Pertanyaan

بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Ustadz, ada yang mengganggu benak saya..

Mengapa dalam Materi BiAS, kita lebih mengutamakan pada hadist, bukan berdasarkan Al-Qur’an?
Mohon maaf ustadz, bukankah kedudukan Al-Qur’an nomor satu sebagai pedoman hidup, setelah itu Al-hadist?

(Sekedar info, Materi-nya mengenai Adab dan Akhlak, Aqidah, Sirah, Tafsir juz amma, dst)

Jazaakumullah khayran

(Sahabat BiAS T07 G-08)

Jawaban

وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Bismillah, was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Yang pertama, kita harus meyakini bahwa tidak ada pertentangan sama sekali antara hadits dengan Al-Qur’an. Karena hadits ini hakikatnya adalah wahyu dari Allah, sama Al-Quran juga wahyu dari Allah.

Coba simak ayat berikut :

وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى (٣) إِنْ هُوَ إِلا وَحْيٌ يُوحَى

“Dan tidaklah yang diucapkan Muhammad itu karena menurut keinginannya. Akan tetapi ia adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS An Najm : 3-4)

Jika kita meyakini ada pertentangan antara Al-Qur’an dengan hadits maka berarti kita menuduh Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam melakukan penyelisihan terhadap Allah -ta’ala- dan ini mustahil terjadi.

Yang kedua, hadits itu adalah ucapan rasul, maka orang yang mengikuti hadits dia telah mengikuti Al-Qur’an, karena Allah memerintahkan kita mengikuti Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam.

Allah ta’ala berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَلَا تُبْطِلُوا أَعْمَالَكُمْ

“Hai orang-orang yang beriman, ta’atlah kepada Allah dan ta’atlah kepada rasul dan janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu”. (QS. Muhammad : 33)

Yang ketiga, Anggapan bahwa Al-Qur’an nomer satu dan hadits nomer dua ini adalah anggapan yang keliru. Karena Al-Qur’an wahyu, hadits juga wahyu sehingga keduanya wajib diterima dengan tanpa membedakan apakah itu Al-Qur’an ataukah hadits.

Yang keempat, hadits itu merupakan penjelasan bagi Al-Qur’an. Banyak sekali ayat-ayat Al-Qur’an yang masih global, masih umum kemudian maknanya, tafsirnya, rinciannya dijelaskan oleh hadits Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam.

●●》Sebagai contoh;

Al-Qur’an hanya memerintahkan untuk mendirikan shalat, adapun waktu-waktu shalat tidak ada keterangannya di dalam Al-Qur’an, dan hadits datang menjelaskan rincian waktu-waktu shalat. Dan masih banyak lagi contoh yang lain.

Allah ta’ala berfirman:

وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ

“Dan Kami turunkan kepadamu Al-Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.” (QS An-Nahl : 44).

Ucapan Nabi (hadits) adalah merupakan keterangan lengkap bagi Al-Qur’an.
Maka dari itu dikatakan salah seorang salaf Makhul Asy-Syami :

وأن القرآن إلى السنة أحوج من السنة إلى القرآن

“Dan bahwasanya Al-Qur’an itu lebih butuh kepada sunnah/hadits dari pada kebutuhan sunnah terhadap Al-Qur’an.” (Jami’ Bayanil Ilmi Wa Fadhlihi : 2/191)

Yahya bin Abi Katsir menyatakan :

السنة قاضية على الكتاب، وليس الكتاب بقاضٍ على السنة

“Sunnah itu menjelaskan makna Al-Qur’an dan tidak sebaliknya.” (Sunan Ad-Darimi : 1/118)

Yang kelima, jumlah ayat dalam Al-Qur’an itu lebih sedikit dari pada jumlah hadits yang ada. Sehingga wajar jika satu ayat dinukil, kemudian setelahnya puluhan hadits dinukilkan untuk menguatkan makna yang ada di dalam ayat tersebut.

Dan perlu kami sampaikan di sini bahwa memperbanyak menukilkan hadits demikian pula jawaban kami di sini tidak bermaksud sama sekali untuk mengajak meninggalkan Al-Qur’an, tidak sama sekali.

Wallohu A’lam, wabillahi taufiq.

Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Abul Aswad Al bayati حفظه الله

Referensi: https://bimbinganislam.com/al-quran-dan-hadits-adalah-wahyu-dari-allah/