Pertanyaan

بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Ustadz, mau tanya soal hitam di dahi, itu katanya cara sujud yang salah dan riya? Syukron…

(Artha, Sahabat BiAS T07 G-50)

Jawaban

وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Bismillah, was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Tidak mungkin bagi kita mendeteksi eksistensi riya’ pada diri seseorang hanya dengan tampilan luar, karena ada tanda hitam di dahi lantas otomatis menjadi riya’??! Tidak benar ini, tidak ada satu dalilpun yang melandasi kaidah ini.

Tanda di jidat tidak menjadi tanda keshalihan, tidak pula menjadi tanda riya’ pada hati seseorang.

Kita diperintahkan untuk sujud diatas jidat kita, Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

أُمِرْتُ أَنْ أَسْجُدَ عَلَى سَبْعَةِ أَعْظُمٍ عَلَى الْجَبْهَةِ – وَأَشَارَ بِيَدِهِ عَلَى أَنْفِهِ – وَالْيَدَيْنِ ، وَالرُّكْبَتَيْنِ وَأَطْرَافِ الْقَدَمَيْنِ

“Aku diperintahkan bersujud dengan tujuh bagian anggota badan: Dahi (termasuk juga hidung, -Beliau mengisyaratkan dengan tangannya-, ~pent), telapak tangan kanan dan kiri, lutut kanan dan kiri, serta ujung kaki kanan dan kiri”. (HR. Bukhari: 812, Muslim: 490)

Ketika jidat kita menempel atau sering menempel, ada yang menimbulkan bekas karena memang karakter kulitnya tipis atau lemah. Ada pula yang tidak menimbulkan bekas karena karakter kulitnya tidak peka.

Maka dari itu disebutkan oleh Imam Ibnu Utsaimin rahimahullah:

فإذا جاء المصلي بما أمره به النبي صلى الله عليه وسلَّم وكان يسجد على تراب أو شيء خشن ، فإنه قد تحدث له علامة على جبهته ، وهذا شيء قد يورث في النفس الفخر والخيلاء كما في السؤال ، لكن من كان قلبه مطمئناً بالإيمان ، ولا يريد بفعله إلا ما عند الله فلا يهمه ما يقوله الناس ، وأما من يتعمّد إحداث شيء في جبهته حتى يصير فيها كهيئة علامة السجود فهذا من المراءاة والكذب فويل له من عذاب يوم أليم .

“Jika seorang yang shalat melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Nabi -shalallahu ‘alaihi wa sallam- atau ia sujud di atas tanah atau sesuatu yang keras, kadang bisa menimbulkan tanda di jidat. Hal ini kadang-kadang (tidak mesti) menimbulkan perasaan sombong di dalam jiwa sebagaimana disampaikan didalam pertanyaan.

Namun barangsiapa hatinya tenang di dalam keimanan dan tidak mengharapkan kecuali apa yang ada di sisi Allah, maka ia tidak akan mempedulikan omongan manusia.

Adapun jika ia sengaja membuat sesuatu di atas jidatnya sampai menyerupai seolah ia tanda bekas sujud, maka ini termasuk perbuatan suka pamer dan dusta, celakalah ia kelak pada hari pembalasan.” (Syarhul Mumti’: 3/168)

Wallohu A’lam, wabillahi taufiq.

Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Abul Aswad Al bayati حفظه الله

Referensi: https://bimbinganislam.com/hitam-di-dahi-ciri-sujud-yang-salah-dan-riya/