Menjaga Lisan Dari Banyak Berbicara

Sepantasnya setiap muslim memperhatikan apa yang dikatakan oleh lisannya, karena bisa jadi seseorang menganggap suatu perkataan hanyalah kata-kata yang ringan dan sepele namun ternyata hal itu merupakan sesuatu yang mendatangkan murka Allah Ta’ala. Hati-hatilah anda terhadap lisan anda. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَا نَبِىَّ اللَّهِ وَإِنَّا لَمُؤَاخَذُونَ بِمَا نَتَكَلَّمُ بِهِ فَقَالَ ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ يَا مُعَاذُ وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِى النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ أَوْ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ

“Wahai Rasulullah, apakah kita diazab karena apa yang kita ucapkan?” Muadz bin Jabal bertanya. Maka Rasulullah bersabda, “Bagaimana engkau ini wahai Muadz, bukankah seorang tertelungkup dalam neraka di atas wajahnya tidak lain karena sebab lisannya?” (HR. At-Tirmidzi no. 2616)

Begitu bahayanya petaka lisan, hendaknya sebagai mukmin kita berlimdung kepada Allah dari petaka yang ditimbulkan lisan kita. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda:

وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka katakanlah perkataan yang baik atau jika tidak maka diamlah.” (HR. Al-Bukhari no. 6018 dan Muslim no. 47)

Imam Asy-Syafi’i menjelaskan makna hadits di atas adalah, “Jika engkau hendak berkata maka berfikirlah terlebih dahulu, jika yang nampak adalah kebaikan maka ucapkanlah perkataan tersebut, namun jika yang nampak adalah keburukan atau bahkan engkau ragu-ragu maka tahanlah dirimu (dari mengucapkan perkataan tersebut).” (Asy-Syarhul Kabir ‘alal Arba’in An-Nawawiyyah)

Dari Maimun bin Mihran rahimahullah, beliau berkata: Seorang pria datang kepada Salman Al-Farisi radhiyallahu ‘anhu. Lalu dia berkata: Nashihatilah aku. Beliau berkata: Janganlah engkau berbicara. Pria itu berkata: Orang yang hidup dengan manusia tidak akan mampu untuk tidak berbicara. Beliau berkata: Jika engkau berbicara, maka berbicaralah dengan kebenaran atau diamlah. Pria itu berkata: Tambahkanlah (nashihatmu). Beliau berkata: Janganlah engkau marah. Pria itu berkata: Sesungguhnya dia hendak menipuku dengan harta miliknya. Beliau berkata: Jika engkau marah, maka tahanlah lisan dan tanganmu. Pria itu berkata: Tambahkanlah (nashihatmu). Beliau berkata: Janganlah engkau bergaul dengan manusia. Pria itu berkata: Orang yang hidup dengan manusia tidak akan mampu untuk tidak bergaul. Beliau berkata: Jika engkau bergaul, maka jujurlah dalam berbicara dan tunaikanlah amanah. (Shifatush Shafwah 1/259)

Buah Menjaga Lisan adalah Surga
Saudaraku, buah menjaga lisan adalah surga. Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ يَضْمَنْ لِي مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ، وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ

“Barangsiapa yang mampu menjamin untukku apa yang ada di antara kedua rahangnya (lisan) dan apa yang ada di antara kedua kakinya (kemaluan) aku akan menjamin baginya surga.” (HR. Al-Bukhari no. 6474)

Maka wajib bagi setiap muslim untuk menjaga lisan dan kemaluannya dari perkara-perkara yang diharamkan oleh Allah, dalam rangka untuk mencari keridhaan-Nya dan mengharap balasan berupa pahala dari-Nya. Semua ini adalah perkara yang mudah bagi orang-orang yang dimudahkan oleh Allah Ta’ala.

Ditulis Oleh:
Ustadz Abu Ruwaifi’ Saryanto, S.Pd.I. حفظه الله

Referensi: https://bimbinganislam.com/menjaga-lisan-dari-banyak-berbicara/