Pertanyaan
بسم اللّه الرحمن الر حيم
السلام عليكم ورحمةالله وبركاته
Ustadz, shohihkah hadist berikut ini :
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:
“Wahai Ibnu Hawalah, jika engkau melihat ke khilafahan telah turun di bumi Al-Magdis (Palestina), maka itu pertanda telah dekatnya berbagai goncangan dan peristiwa-peristiwa besar bagi umat manusia. Kiamat lebih dekat kepada mereka daripada dekatnya telapak tanganku kepada kepalamu ini.” (HR. Abu Dawud)
Syukran ustadz, jazakallahu khairan.
(Dari Sahabat BiAS T05 G21-28)
Jawaban
وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْـمِ اللّهِ
Alhamdulillāh
Washshalātu wassalāmu ‘alā rasūlillāh, wa ‘alā ālihi wa ash hābihi ajma’in.
Hadits di atas diriwayatkan oleh beberapa imam ahli hadits berikut potongan redaksinya :
يَا ابْنَ حَوَالَةَ، إِذَا رَأَيْتَ الْخِلَافَةَ قَدْ نَزَلَتِ الْأَرْضَ الْمُقَدَّسَةَ فَقَدْ دَنَتِ الزَّلَازِلُ وَالْبَلَايَا وَالْأُمُورُ الْعِظَامُ، وَالسَّاعَةُ يَوْمَئِذٍ أَقْرَبُ إِلَى النَّاسِ مِنْ يَدَيَّ هَذِهِ مِنْ رَأْسِكَ
“Wahai Ibnu Hawalah, jika engkau melihat kekhilafahan telah turun di bumi Al-Maqdis, maka itu pertanda telah dekatnya berbagai goncangan dan peristiwa-peristiwa besar bagi umat manusia. Kiamat lebih dekat kepada mereka daripada dekatnya telapak tanganku kepada kepala mu ini.”
(HR Ahmad : 5/288, Abu Dawud : 3/19 dishahihkan oleh Imam Al-Albani rahimahullah di dalam Shahih Sunan Abu Dawud : 2210 Dishahihkan pula oleh Syaikh Hamud At-Tuwaijiri di dalam kitab Ithaful Jama’ah : 2/178).
Sebagian para ulama menyatakan kekhilafahan yang dimaksud di dalam hadits ini adalah kekhilafahan Bani Umayyah yang dahulu muncul disertai dengan adanya bencana dan kekacauan.
Pendapat ini dinyatakan di antaranya oleh Imam Al-Khathabi.
Dan sebagian ulama di antaranya Syaikh Hamud At-Tuwaijiri menyatakan bahwa kekhilafahan yang dimaksud dalam hadits ini adalah kekhalifahan yang akan muncul bersama dengan kemunculan Al-Mahdi di akhir zaman dari Bumi Al-Maqdis.
Ala Kullin hadits-hadits tentang akhir zaman ini hendaknya tidak menyibukkan kita sehingga kita meninggalkan amal shalih. Tapi sebaliknya justru hadits ini harus memotivasi kita untuk beramal lebih banyak lagi.
Disebutkan di dalam fatwa Islamweb :
وأحاديث الفتن والملاحم لا تدل على ترك العمل النافع، بل يحرص المسلم على عمل الخير ما استطاع، حتى لو قامت القيامة، كما جاء في الحديث عن أنس بن مالك قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إن قامت الساعة وبيد أحدكم فسيلة، فإن استطاع أن لا تقوم حتى يغرسها فليفعل . رواه الإمام أحمد، والضياء في المختارة، وصححه الألباني وغيره.
ولا شك أن الدعاء نافع في كل زمان، فعن أبي سعيد – رضي الله عنه – أن النبي – صلى الله عليه وسلم – قال: ما من مسلم يدعو بدعوة ليس فيها إثم ولا قطيعة رحم إلا أعطاه الله عز وجل إحدى ثلاث: إما أن يعجل له دعوته, وإما أن يؤخرها له في الآخرة, وإما أن يدفع عنه من السوء مثلها, قالوا: إذا نكثر. قال: الله أكثر. أخرجه أحمد وصححه الحاكم، والحديث عام لكل مسلم، فمسلم: نكرة في سياق النفي تفيد العموم، والعموم للأشخاص يلزم منه العموم في الأزمان كما يقوله جمع من الأصوليين، قال زكريا الأنصاري في لب الأصول: وعموم الأشخاص يستلزم عموم الأحوال والأزمنة والأمكنة على المختار؛ لأنه لا غنى للأشخاص عنها. انتهى .
فدل الحديث على أن الدعاء نافع في كل زمان، ومن ذلك زمن الفتن والملاحم.
والله أعلم.
“Hadits-hadits fitnah dan peperangan akhir zaman tidak menunjukkan akan bolehnya meninggalkan amal. Bahkan ia menginspirasi untuk melakukan amal kebaikan yang bermanfaat semaksimal mungkin bahkan seandainya kiamat datang sekalipun.
Sebagaimana hal ini dinyatakan di dalam hadits Anas bin Malik ia berkata,
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda :
“Apabila kiamat telah mulai terjadi dan di tangan kalian ada bibit tanaman, jika ia mampu untuk menanamnya sebelum ia berdiri maka hendaknya ia lakukan.”
(Diriwayatkan oleh Ahmad, Adh-Dhiya’ di dalam kitab Al-Mukhtarah, dishahihkan oleh Al-Albanu dan ulama’ lainnya.)
Tiada keraguan sama sekali bahwa doa itu bermanfaat di segala zaman, dari Abu Sa’id radhiyallahu ‘anhu bahwa
Rasūlullāhshallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:
“Tidaklah seorang muslim berdoa dalam keadaan tidak memiliki dosa dan tidak sedang memutus silaturrahim melainkan Allah Ta’ala akan memberikan kepadanya salah satu dari tiga hal, bisa jadi Allah menyegerakan, mengabulkan permintaannya, bisa jadi Allah mengakhirkannya di akhirat, bisa jadi Allah akan menolak bahaya semisal dari dirinya.
Para sahabat bertanya, ‘Bagaimana jika kami memperbanyak doa ?’
Beliau menjawab, ‘Perbanyaklah berdoa.’
(Diriwayatkan oleh Ahmad dan dishahihkan oleh Al-Hakim).
Hadits ini umum untuk seluruh orang Islam, karena muslim dalam hadits ini disebut dalam bentuk nakirah dalam konteks negatif yang itu artinya memiliki makna umum. Keumuman person menunjukkan keumuman waktu dan zaman sebagaimana yang dinyatakan oleh sejumlah ulama ahli ushul.
Zakariyah Al-Anshari menyatakan di dalam kitab Lubbul Ushul :
Keumuman person menunjukkan keumuman kondisi, waktu dan tempat menurut pendapat yang benar. Karena point-point ini tidak bisa lepas darinya.
Maka hadits ini menunjukkan bahwa berdoa itu bermanfaat di segala zaman, termasuk zaman ketika terjadinya fitnah dan peperangan/kekacauan. Wallahu a’lam
Sumber : Fatwa Islamweb no.193677
••Kesimpulan :
– Hadits yang ditanyakan di atas adalah *hadits yang shahih* , dishahihkan oleh sejumlah para ulama. Dan makna kekhilafahan di Baitul Maqdis adalah kekhilafahan Bani Umayyah atau kekhilafahan Al-Mahdi yang akan muncul di akhir zaman.
– Kemudian hadits-hadits tentang akhir zaman selayaknya tidak membuat kita kendor dari melakukan doa dan amal shalih.
Wallohu A’lam
Wabillahit taufiq
Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Abu Aswad al Bayati حفظه الله
Referensi: https://bimbinganislam.com/hadits-kekhilafahan-di-al-maqdis/