Kesombongan adalah pembunuh hati perlahan-lahan, ia pemakan hati, sehingga hati akan menjadi keras seperti batu. Seseorang yang sombong akan merasa ujub dan meremehkan orang lain. dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْر

“Tidak masuk surga orang yang dalam hatinya ada seberat zarrah kesombongan.”

Kemudian ada sahabat yang bertanya,

“Ada orang yang suka memakai baju bagus, sandal yang bagus. Apakah termasuk kesombongan?”

Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,

إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ

“Allah itu indah menyukai sikap berhias. Sombong itu menolak kebenaran dengan takabbur dan merendahkan orang lain.” (HR. Muslim no. 275)

Sombong Itu Bertingkat-tingkat
Sombong itu memiliki tingkatan, sombong itu tidak satu tingkatan, namun sombong itu bertingkat. Dan secara umum, tingkatan sombong itu ada dua,

Pertama, Sombong yang bertentangan dengan iman secara keseluruhan
Inilah sombong yang menghalangi orang untuk menerima kebenaran islam. Kesombongan macam ini yang membuat seseorang sama sekali tidak diizinkan masuk surga. Bahkan dirinya terhalang dari hidayah. Seperti kesombongan orang kafir, yang menyebabkan mereka tidak mau beribadah kepada Allah.
Allah berfirman,

إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

“Sesungguhnya orang yang sombong sehingga tidak mau beribadah kepadaku, mereka akan masuk jahanam dengan kondisi terhina.” (QS. Ghafir: 60)

Sombong macam ini juga seperti kesombongannya Iblis, kesombongan Firaun atau para musuh nabi lainnya. Atau seperti sombongnya orang yahudi, sehingga mereka menolak syariat setiap nabi yang tidak sesuai keinginannya. Allahul Musta’an.

Kedua, Sombong yang tidak bertentangan dengan iman secara keseluruhan
Sombong jenis ini bisa dikatakan sombong yang terpuji atau tidak sampai menyebabkan pelakunya keluar dari islam, meskipun bisa jadi, itu dosa besar. Seperti menghina orang lain atau merasa lebih berjasa dari pada orang lain.

Ada pula kesombongan yang dibenarkan dalam syariat. Seperti kesombongan di depan pasukan orang kafir ketika perang, untuk menghinakan mereka. Ada juga kesombongan amalan akhirat untuk menjatuhkan orang yang sombong atas kekayaan dunianya.

Bisa kita lihat pada saat perang uhud, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menawarkan sebuah pedang untuk para sahabatnya, guna melawan musuhnya. Rasulullah berkata,

“Siapa yang mau mengambil pedang ini dengan menunaikan haknya?”
Kemudian Abu Dujanah bertanya, “Apa haknya Ya Rasulullah?”

“Engkau menebas leher-leher musuh sampai mereka terpukul mundur.” Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Kemudian berangkatlah Abu Dujanah, dan dia berjalan menunjukkan keangkuhannya dan keberaniannya di depan pasukan kaum musyrikin. Maka tatkala melihat hal tersebut, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,

إِنَّها لمَشْيَةٌ يُبْغِضُهَا اللهُ إِلَّا فِي مِثْلِ هَذَا المَوْطِن

Ini cara berjalan yang dibenci Allah, kecuali jika dilakukan di tempat seperti ini.

Namun, sebagian ulama memahami, yang dimaksud sombong yang menyebabkan pelakunya terancam tidak masuk surga sebagaimana dalam hadits diatas adalah sombong yang bertentangan dengan iman.

Lalu apa makna sombong di hadapan orang yang sombong atau sombong di hadapan orang yang sombong adalah sedekah!? Perhatikan keterangan di bawah ini,

Muhammad Al-Khadimi salah seorang ulama hanafiyah pernah menjelaskan, Takabur kepada orang yang takabur adalah sedekah. Karena jika kita tawadhu’ di dahapannya, maka dia akan semakin tenggelam dalam kesesatannya. Namun jika kita membalas kesombongannya, dia akan merasa diingatkan. Karena alasan inilah, Imam as-Syafii mengatakan, “Bersikaplah sombong 2 kali bagi orang yang sombong.”

Lalu beliau menukil keterangan beberapa ulama,

Az Zuhri rahimahullah mengatakan, sombong di depan pecinta dunia, termasuk ikatan islam yang paling kuat… Ada yang mengatakan, terkadang takabur untuk mengingatkan orang yang takabur, bukan untuk menyanjung dirinya, sehingga ini takabur yang terpuji, seperti takabur di depan orang bodoh (sombong dengan kebodohanya) atau orang kaya (yang sombong dengan kekayaannya). Kata Yahya bin Muadz, “Takabur kepada orang yang takabur dengan hartanya di hadapanmu adalah bentuk tawadhu’.” (Bariqah Mahmudiyah, 2/186).

Diantara Obat Mujarab Penyakit Sombong
1. Mengenal hak Allah, yaitu mengagungkan dan memuliakan Allah Ta’ala dengan sebenar-benarnya pengagungan. Beribadah dengan mewujudkan nama dan sifat Allah sebab semua kebaikan berada di tanganNya.

2. Memahami hakikat jiwa manusia, yaitu memahami bahwa jiwa itu memiliki syahwat dan penyakitnya. Dengan berusaha memperbaiki penyakit jiwa dan meluruskannya.

3. Introspeksi diri (mawas diri) yaitu dengan meyakini bahwa setiap kelebihan dan kekurangan itu semua berasal dari Allah Ta’ala.

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata : “Sesungguhnya hati manusia dihadapi oleh dua macam penyakit yang amat besar jika orang itu tidak menyadari adanya kedua penyakit itu akan melemparkan dirinya kedalam kehancuran dan itu adalah pasti, kedua penyakit itu adalah riya dan takabur, maka obat dari pada riya adalah : (Hanya kepada-Mu kami menyembah) dan obat dari penyakit takabur adalah: (Hanya kepadaMu kami memohon pertolongan)”. (Madarijus Salikin, 1/54)

Renungkanlah perkataan Ulama berikut ini!
Sungguh mulia sekali perkataan Ibnul Muqaffa’ rahimahullah agar kita semua berlindung dari sifat sombong, “Jika manusia memuliakanmu karena harta ataukah kedudukan yang ada padamu, Maka janganlah kamu merasa kagum dengannya. Karena Pemuliaan tersebut akan sirna seiring sirnanya harta dan kedudukan yang ada padamu. Akan tetapi hendaknya engkau merasa kagum jika mereka memuliakanmu karena agama ataukah adab yang ada padamu.” (‘Uyunul akhbar : 2/591)

Al-Allamah Abdul Aziz bin Baz rahimahullah memberikan resep mujarab agar kita terhindar dari penyakit sombong, beliau rahimahullah berkata, “Apabila seseorang mengingat kelemahannya dan bahwasanya dia terlahir dari saripati yang lemah dari air yang hina. Dan bahwasanya dia butuh teman untuk menunaikan keperluannya, dan bahwasanya dia makan dari sini (mulut), keluar dari sini (belakang), dan bahwasanya jika dia tidak konsisten dalam ketaatan kepada Allah maka dia akan masuk neraka, dia akan tahu kelemahannya dan bahwasanya dia orang yang miskin yang tidak boleh untuk sombong.” (Majmu’ Fatawa Ibnu Baz, 9/269)

Semoga kita semua dilindungi oleh Allah ‘Azza wa Jalla dari penyakit sombong.

Ditulis Oleh:
Ustadz Abu Ruwaifi’ Saryanto, S.Pd.I. حفظه الله

 

sumber:  https://bimbinganislam.com/obat-mujarab-mengobati-kesombongan/