Pertanyaan:

بسم اللّه الرحمن الر حيم
السلام عليكم ورحمةالله وبركاته

Ustadz, saya tinggal di komplek perumahan staff perusahaan sawit. Para ibu staff punya kebiasaan yang membuat saya bingung, yaitu sering membeli baju seragam pada setiap acara seperti pengajian, makan-makan, yasinan (alhamdulillah saya tidak mengikuti acara yasinannya).

Sedangkan pengajian yang diadakan itu setiap dua pekan sekali. Jadi beli baju seragamnya juga dua pekan sekali.
Menurut saya itu hal yang sia-sia dan foya-foya.

Apa yang harus saya lakukan?
Jika saya menolak, mereka akan mengatakan kalau ini kan baju seragam agar kita nampak kompak.
Saya bingung, harus bagaimana? Mohon nasihatnya, ustadz.

Jazaakallaahu khairan wa barakallahu fiik.

(Dari fulanah, Sahabat BiAS)

 

Jawaban:

وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْـمِ اللّهِ

Alhamdulillāh
Washshalātu wassalāmu ‘alā rasūlillāh, wa ‘alā ālihi wa ash hābihi ajma’in.

Iya benar itu adalah perilaku foya-foya, sampaikan saja nasehat lebih baik uang seragam itu dikumpulkan kemudian disedekahkan kepada fakir miskin dan orang-orang dhuafa . Adapun seragam cukup satu dua stel untuk dipakai setiap kali pengajian.

Perilaku foya-foya seperti ini sangat dicela dalam Islam, Allah Ta’ala berfirman :

Malaikat Hafazhah yang Menjaga Manusia
Malaikat Hafazhah Yang Menjaga Manusia
1 day ago
اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا ۖ وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ ۚ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, Seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS Al-Hadid : 20).

Aisyah radhiyallahu Ta’ala anha pernah menyatakan :

“إن كنَّا آلَ محمد – صلى الله عليه وسلم – لَنمكثُ شهرًا ما نستوقد بنار، إن هو إلا التمر والماء”

“Sesungguhnya kami keluarga Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah menjalani masa sebulan lamanya dan kami tidak menyalakan api (untuk memasak) kami hanya makan kurma dan air saja. (HR Bukhari : 6458, Muslim : 2972).

Abdullah bin Mas’ud juga pernah menyatakan :

نَامَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى حَصِيرٍ فَقَامَ وَقَدْ أَثَّرَ فِي جَنْبِهِ ، فَقُلْنَا : يَا رَسُولَ اللهِ لَوِ اتَّخَذْنَا لَكَ وِطَاءً ؟ فَقَالَ : مَا لِي وَلِلدُّنْيَا، مَا أَنَا فِي الدُّنْيَا إِلاَّ كَرَاكِبٍ اسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا

“Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam tidur di atas tikar daun kurma kemudian beliau bangun dan tikar itu membekas pada tubuh beliau. Kami pun mengatakan : Wahai Rasulullah seandainya boleh kami menyediakan alas untuk engkau. Beliau berkata ; Apa urusanku dengan dunia, aku di dunia ini hanya seperti seorang musafir yang berteduh di bawah pohon untuk kemudian pergi dan meninggalkannya.” (HR Tirmidzi : 2377 dishahihkan oleh Imam Al-Albani di dalam Silsilah Ahadits Ash-Shahihah : 438).

Tidak terlihat pantas dari sisi etika apatah lagi dari sisi agama, kita membeli seragam setiap dua pekan sekali sementara di sana masih banyak fakir miskin yang tidak memiliki pakaian layak, tempat tingggal serta makanan yang layak bagi mereka.

Hendaknya kita mulai belajar untuk berfikir dan mempedulikan orang lain dan tidak menjadikan pertimbangan kita murni karena dunia semata.

Wallahu a’lam,
wabillahittaufiq.

Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Abul Aswad Al Bayati حفظه الله