Pertanyaan:

A meminjam uang kepada B sebesar 25 juta. Sedang si A menjaminkan sawah miliknya. Dan tanah itu dikelola oleh si B dan hasilnya nanti dibagi dengan si A. Bolehkah y demikian itu?

(Ditanyakan Oleh Santri AISHAH)

 

Jawaban:

Akad pinjaman atau utang piutang adalah akad murni berbuat baik kepada orang lain tanpa ada berharap keuntungan duniawi dari orang yang meminjam (debitur), jika ada keuntungan maka akad berubah menjadi akad riba.

Jika si A menjadikan sebuah sawah sebagai jaminan hutangnya, maka si B tidak boleh mengambil keuntungan sedikit pun dari sawah tersebut, walaupun dia mengelolanya, ini riba.

Kecuali, si B menyewa sawah tersebut (membuat akad ijarah/sewa menyewa) dengan harga sewa yang tidak di bawah standar daerah tersebut, maka dia boleh mengambil keuntungan dari sawah tersebut.

Syaikh bin Baz berkata:

أنه لا بأس أن يرهنها في دينه، لكن لا يكون له شيء من غلتها، بل غلتها تكون لصاحبها، أو تباع ويوفى بها الدين، ولا بأس أن يأخذها بالإيجار، والإيجار يسقط من الدين، إذا كانت الأجرة أجرة المثل كما تؤجر على غيره ما يحابيه

“Tidak mengapa menjadikan sebidang tanah sebagai jaminan utang, namun tidak boleh bagi kreditur (orang yang meminjamkan uang) mengambil keuntungan dari tanah tersebut, keuntungan dari tanah tersebut tetaplah milik pemilik tanah. Atau boleh juga tanah tersebut dijual untuk melunasi utang (namun sisa uang penjualan tetaplah milik pemilik tanah). Tidak mengapa juga si peminjam menyewakan tanahnya kepada kreditur, dan harga sewa untuk melunasi hutangnya, dengan syarat harga sewa sesuai dengan harga pasar, tanpa ada rasa segan”. (https://binbaz.org.sa/fatwas/9714حكم–رهن–الارض–والاستفادة–منها–بزراعتها).

Boleh kalau akadnya adalah akad muzara’ah, yaitu si pemilik tanah menyerahkan ke si B untuk dikelola, dan keuntungannya sesuai kesepakatan. Namun tetap dengan syarat persentase bagi hasilnya sesuai dengan daerah tersebut tanpa dipengaruhi rasa segan karena si B meminjamkan uang.

Kesimpulannya si A boleh menyewakan juga boleh melakukan akad muzara’ah, sehingga tanah tersebut statusnya bukan lagi rahn/jaminan.

Wallahu a’lam

Dijawab dengan ringkas oleh :
Ustadz Muhammad Ihsan حفظه الله