Pertanyaan:

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Terdapat Artikel

http://infogunamasakini.blogspot.co.id/2016/08/sebarkan-nabi-tidak-memerintahkan.html

Jikalau ustadz berkenan menananggapi artikel diatas . Mohon diberikan penjelasannya. Karena ada teman saya yang termakan racun tersebut. Syukron

جَزَاك اللهُ خَيْرًا

(Dari Muhammad Zaki di Pelaihari Anggota Grup WA Bimbingan Islam NO5 – G68)

Jawab:

وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته

Saya sudah baca artikelnya. Inti masalah yang dibahas sebenarnya bersifat ijtihadiyah, alias masalah yang diperselisihkan hukumnya oleh para ulama. Hanya saja penulisnya terkesan antipati dengan Syaikh Al Albani dan sebagian pengikut beliau. Tentunya sebagai seorang penuntut ilmu, kita tidak boleh fanatik kepada seseorang semata-mata karena pribadi orang tersebut, kecuali Rasulullah. Karena hanya beliau lah yang ma’shum. Adapun para ulama tetap saja manusia yang bisa salah dan bisa benar. Nah, cara memahami hadits Nabi juga sifatnya ijtihadiyah.

Hadits-nya shohih namun cara memahaminya terkadang bisa berbeda-beda, dan itupun terkadang -dalam hadits-hadits tertentu- bersifat relatif. Artinya, bagi sebagian kalangan, pemahaman terhadap hadits A adalah begini, dan mereka menyalahkan yang tidak sepaham. Namun bagi kalangan yang lain malah sebaliknya, dan mereka juga menyalahkan yang tidak sepaham. Nah, selama masing-masing kalangan tersebut memiliki alasan dan argumentasi ilmiah dalam berpendapat, dan sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu syar’i, maka kita harus bersikap toleran dlm masalah ini.

Apalagi jika masing-masing kalangan tersebut mengacu kepada pendapat sebagian salaf atau sebagian ulama yang mu’tabar. Maka ini jelas harus ditoleransi.

Jadi, tidak perlu dianggap sebagai ‘racun’,ini bukan racun, kok. Hanya beda pendapat dalam suatu masalah fiqih yang insya Allah tidak mengeluarkan seseorang dari ahlussunnah wal jama’ah.

Hanya saja saking antipatinya si penulis kepada dakwah salaf, dia terkadang menggunakan bahasa yang tidak santun, tidak obyektif, dan berlebihan sehingga menjadikan orang yang membacanya ‘panas’ dan ‘emosi’. Seperti menyifati syaikh Al Albani sbg ‘tukang servis jam’… dia lupa bahwa para ahli hadits zaman salaf banyak yang profesinya lebih bersahaja dari syaikh Al Albani. Ada yang tukang jual minyak samin (Dzakwan As Samman, Hamzah Az Zayyat), ada yang tukang menyewakan unta utk angkut barang (Harun Al Hammal), ada yang tukang bikin sepatu (Al Hadzdza’), ada yang tukang kayu (an Najjar), dan lain-lain…

Keilmuan syaikh Al Albani dalam takhrij hadits dan mengkaji validitas sanad-sanadnya telah diakui oleh lawan-lawan beliau, sehingga tidak perlu kita gubris kalau ada orang yang mengingkarinya, apalagi yang tidak selevel dengan beliau. Tapi, ini tidak berarti bahwa semua yang disahihkan oleh beliau harus dianggap sahih oleh semua orang, demikian pula sebaliknya. Dan tidak berarti bahwa ketika beliau memahami hadits ttg merapatkan kaki dlm shalat itu sebagai suatu keharusan, maka orang lain/ulama lain pun harus sependapat dgn beliau dlm hal ini.

Oleh karenanya, sebagian ulama kontemporer seperti syaikh Bakr Abu Zaid mengkritisi beberapa hal yang disebutkan oleh Syaikh Al Albani dalam kitab sifat solat Nabi-nya. Salah satunya ialah masalah yang ditulis dlm artikel di atas. Demikian juga syaikh Utsaimin. Dan bila antum ke Saudi Arabia, antum jarang menemukan orang-orang saudi yang bermadzhab Hambali menempelkan kaki mereka, namun mencukupkan dengan menempelkan bahu mereka. Jadi, ini tidak jauh beda dengan masalah khilafiyah madzhabiyah lainnya, antara madzhab Imam Syafi’i, Hambali, Hanafi dan Maliki.

Demikian,

wallahu a’lam.

Konsultasi Bimbingan Islam

Dijawab oleh Ustadz Dr. Sufyan Baswedan Lc MA

Referensi: https://bimbinganislam.com/artikel-tentang-meluruskan-shof-sholat/