Pertanyaan :
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Tolong dijelaskan bagaimana cara Nabi Muhammad Sholallohu ‘alahi wa sallam memenej waktunya?
Syukron
(Dari Hamba Alloh Anggota Grup WA Bimbingan Islam)
Jawaban :
وعليكم السلام ورحمة الله وبر كاته
Terimakasih, semoga Allah subhanahu wa ta’ala menganugrahkan kepada kita semua kekuatan untuk memenej waktu kita dengan sebaik-baiknya, demi untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.
Waktu adalah diantara nikmat besar yang Allah anugrahkan bagi kita. Dan kelak kita akan dimintai pertanggung jawaban atas waktu yang telah kita habiskan di dunia. Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
نعمتان مغبونٌ فيهما كثيرٌ من الناس: الصحة والفراغ
“Ada dua nikmat yang kebanyakan manusia tertipu karenanya ; nikmat sehat dan waktu luang”.(HR. Bukhari : 6412).
Allah ta’ala berfirman :
ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ
“Kemudian kelak kalian pasti akan ditanya di hari itu akan nikmat (yang telah kalian dapatkan)”. (QS. At-Takatsur : 8).
Dan Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullahu ta’ala ketika menafsirkan ayat tersebut ;
وَمَعْنَى هَذَا: أَنَّهُمْ مُقَصِّرُونَ فِي شُكْرِ هَاتَيْنِ النِّعْمَتَيْنِ، لَا يَقُومُونَ بِوَاجِبِهِمَا، وَمَنْ لَا يَقُومُ بِحَقِّ مَا وَجَبَ عَلَيْهِ، فَهُوَ مَغْبُونٌ.
“Makna hal ini adalah bahwa kebanyakan manusia lalai dari mensyukuri dua nikmat ini, tidak melaksanakan kewajiban yang menjadi konsekwesi nikmat ini. Barangsiapa tidak melaksanakan apa yang diwajibkan atas kedua nikmat ini maka mereka adalah orang yang tertipu”. (Tafsir Ibnu Katsir: 8/478).
Syaikh Ismail Haqqi al-Barousawi ketika menjelaskan maksud hadis di atas beliau berkata :
ومعناه ان من أنعم الله عليه بهاتين النعمتين وهما صحة الجسد بالعافية التي هى كالتاج على رؤس الأصحاء لا يراه الا السقيم والفراغ من شواغل الدنيا وعلقها فمن حصل له هاتان النعمتان واشتغل عن القيام بواجب حق الله تعالى فهذا هو الذي غبن بضياع حظه ونصيبه من طاعة الله وبذل النفس فى الخدمة وتحصيل ما ينفعه لآخرته من انواع الطاعات والقربات
“Maknanya ialah barangsiapa yang diberikan oleh Allah dua nikmat ini yaitu sehatnya jasad dengan keselamatan dan kebugaran, yang mana kesehatan ini ibarat mahkota yang bertengger di atas kepala orang-orang yang sehat dan tak akan mampu melihatnya melainkan orang-orang yang sakit. Dan juga nikmat waktu luang dari berbagaikesibukan dunia dan pernak-perniknya.
Barangsiapa mendapatkan keduanya namun ia lalai dari menunaikan hak-hak Allah, orang seperti inilah yang telah tertipu dengan hilangnya kesempatan untuk mentaati Allah, dan melaksanakan segala hal yang bermanfaat bagi dia di akhirat berupa bermacam-macam ketaatan dan ibadah yang bisa mendekatkan dirinya kepada Allah. (Tafsir Ruhul Bayan : 2/268).
Adapun tentang manajemen waktu nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, kami belum pernah mendapati dan membaca buku khusus yang membahasnya. Dan berkenaan dengan bagaimana nabi mengatur waktunya kami mendapati sebuah riwayat dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu yang berkata :
كان إذا أوى إلى منزله جزّأ نفسه دخوله ثلاثة أجزاء، جزءاً لله، وجزءاً لأهله، وجزءاً لنفسه، ثم جزأ جُزأه بينه وبين الناس
“Adalah nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam apabila beranjak kerumah beliau, maka beliau membagi waktunya menjadi tiga ; bagian untuk Allah, bagian untuk keluarganya dan bagian untuk diri sendiri. Kemudian beliau membagi lagi jatah waktu untuk diri sendiri ini menjadi dua bagian untuk diri sendiri dan untuk muamalah dengan manusia”.
Hanya saja riwayat ini dha’if jiddan (lemah sekali) sebagaimana keterangan Al-Imam Al-Albani di dalam kitab Mukhtashar Syamail Muhammadiyah No. 6.
Dan di sini kami akan nukilkan penjelasan dari Al-Imam Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz -semoga Allah senantiasa merahmati beliau- tentang bagaimana seharusnya seorang muslim membagi waktunya, diantara yang beliau tuturkan :
ينبغي للمسلم أن يحفظ وقته ليلا ونهارا، وأن يقضيه في طاعة الله من صلاةٍ وتسبيحٍ وتهليلٍ وذكر ودعاء صالح، كما يشرع له أن يقضيه أيضاً في حاجاته، حاجات أهله، كان النبي – صلى الله عليه وسلم- في بيته يقضي حاجات أهله، وهكذا في كسب الحلال في البيع والشراء، والتجارة المباحة، وفي الأعمال المباحة، يكسب الرزق حتى ينفق على أهله وعلى نفسه، فيكون وقته محفوظاً، إما في طلب الرزق في الحلال وإما في العبادات كالذكر وقراءة القرآن والتسبيح والتهليل، والصلاة النافلة في أوقات الصلاة، وهكذا ما ينفعه في الآخرة من دعوة إلى الله وأمر بمعروف ونهي عن منكر، وعيادة المريض، إلى غير هذا من وجوه الخير
“Selayaknya bagi seorang muslim untuk menjaga waktunya siang dan malam. Dan agar ia menghabiskannya untuk mentaati Allah untuk bertasbih, bertahlil, berdzikir berdoa. Sebagaimana pula waktu disyariatkan untuk digunakan guna memenuhi kebutuhan diri dan keluarga. Adalah nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam ketika berada di tengah-tengah keluarganya beliau memenuhi kebutuhan keluarganya, demikian pula beliau menggunakan waktunya untuk mencari nafkah, untuk berjual-beli yang halal, perniagaan yang dibolehkan, muamalah yang dibolehkan, untuk mencari rizki sehingga bisa menafkahi diri dan keluarga.
Dengan demikian waktunya terjaga untuk mencari nafkah yang halal dan juga untuk beribadah, berdzikir, berdoa, membaca Al-Qur’an, shalat-shalat sunnah pada waktunya. Demikian pula waktu digunakan untuk semua hal yang bermanfaat, untuk menyeru manusia kepada kebaikan, mencegah kemungkaran, menengok orang sakit dan kebaikan-kebaikan yang lain”. (Fatwa Syaikh Bin Baz No. 693).
Wallahu a’lam
Referensi :
Tafsir Ibnu Katsir oleh Al-Imam Ibnu Katsir
Tafsir Ruhun Bayan oleh Syaikh Ismail Haqqi al-Barousawi
Mukhtashar Syamil Muhammadiyah oleh Al-Imam Al-Albani
Fatawa Syaikh Bin Baz No. 693 (http://binbaz.org.sa/noor/693).
Referensi: https://bimbinganislam.com/managemen-waktu-nabi-shalallahu-alaihi-wasallam/