Pertanyaan:

Bismillah
‘afwan ustadz mengganggu waktunya.
mau bertanya, apakah boleh kita memberi zakat fitrah kepada mustahiq secara diam-diam?
misal dengan menaruh beras didepan pintu rumahnya lalu memberi keterangan : ini zakat fitrah untuk ibu fulannah.
*karena dikawatirkan membuat penerima tersinggung karena dianggap miskin.

Jawaban:

Bismillah walhamdulillah was sholaatu wassalam’ala Rasulillah wa ba’du.

Memberitahu pemberian zakat kepada orang yang berhak menerimanya, bukan tergolong syarat sah zakat atau rukun zakat, sama sekali bukan kewajiban yang berkaitan dengan zakat. Bahkan dihukumi makruh oleh sebagian ulama seperti sejumlah ulama mazhab Maliki, Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hambal. Mereka menilai makruh, karena alasan sama yang disampaikan dalam pertanyaan di atas, yaitu demi menjaga perasaan penerima zakat.

Di dalam Al-Qur’an pun, Allah telah mengajarkan kita untuk tidak merusak pahala sedekah dengan melukai perasaan orang yang kita beri sedekah. Dan zakat, tergolong sedekah yang wajib.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تُبۡطِلُواْ صَدَقَٰتِكُم بِٱلۡمَنِّ وَٱلۡأَذَىٰ كَٱلَّذِي يُنفِقُ مَالَهُۥ رِئَآءَ ٱلنَّاسِ وَلَا يُؤۡمِنُ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِۖ فَمَثَلُهُۥ كَمَثَلِ صَفۡوَانٍ عَلَيۡهِ تُرَابٞ فَأَصَابَهُۥ وَابِلٞ فَتَرَكَهُۥ صَلۡدٗاۖ لَّا يَقۡدِرُونَ عَلَىٰ شَيۡءٖ مِّمَّا كَسَبُواْۗ وَٱللَّهُ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡكَٰفِرِينَ

Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu merusak sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti perasaan penerima. Seperti orang yang menginfakkan hartanya karena ria (pamer) kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari akhir. Perumpamaannya (orang itu) seperti batu yang licin yang di atasnya ada debu, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, maka tinggallah batu itu licin lagi. Mereka tidak memperoleh sesuatu apa pun dari apa yang mereka kerjakan. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir. (QS. Al-Baqarah: 264)

Keterangan ini senada dengan penjelasan para ulama di bawah ini :

Imam Nawawi rahimahullah.

Beliau mengatakan,

” إذا دفع المالك أو غيره الزكاة إلى المستحق ولم يقل هي زكاة ، ولا تكلم بشيء أصلا : أجزأه ، ووقع زكاة ، هذا هو المذهب الصحيح المشهور الذي قطع به الجمهور ، وقد صرح بالمسألة إمام الحرمين – أي : الجويني – ، وآخرون “

Bila pemilik harta atau yang lain, membagikan zakat kepada yang berhak menerima, lalu ia tidak memberitahu kepada penerima bahwa ini zakat, ia tidak sama sekali berbicara tentang itu, maka zakatnya sah. Inilah pendapat yang benar dan populer di kalangan ulama. Dipegang oleh mayoritas ulama. Imam Al-Haramain Al-Juwaini dan yang lainnya, telah menegaskan hal ini. (Al-Majmu’ 6/233)

Imam Ibnu Qudamah rahimahullah:

Beliau menerangkan,

” وإذا دفع الزكاة إلى من يظنه فقيراً : لم يحتج إلى إعلامه أنها زكاة ، قال الحسن : أتريد أن تقرعه ؟! لا تخبره . وقال أحمد بن الحسن : قلت لأحمد : يدفع الرجل الزكاة إلى الرجل فيقول : هذا من الزكاة ، أو يسكت ؟ ، قال : ” ولم يبكِّته بهذا القول ؟! يعطيه ، ويسكت ، ما حاجته إلى أن يقرعه ؟! انتهى .

“Memberikan zakat kepada orang yang disangka fakir, tidak perlu mengabarkan bahwa ini zakat.

Hasan mengatakan, “Dengan mengabarkan zakat kepada penerima, apakah anda ingin menghinanya?! Aku pernah bertanya kepada Imam Ahmad, “Seorang membagikan zakat kepada penerima apakah perlu mengabarkan ini pembagian zakat atau cukup diam saja tidak mengabarkan?”

Beliau menjawab, “Mengapalah kita cela dia dengan pengkhabaran itu?! Berikan kemudian diam saja. Tidak perlu menghinakan dia.” (Al-Mughni 2/508)

Syekh Ahmad bin Muhammad Ad-Dasuqi rahimahullah

Di dalam “Syarhul Kabir Lis Syekh Ad-Dardiri (1/500)” beliau mengatakan,

” ولا يشترط إعلامه ، أو علمه بأنها زكاة ، بل قال اللقاني : يكره إعلامه ؛ لما فيه مِن كسر قلب الفقير ، وهو ظاهر ، خلافاً لمَن قال بالاشتراط “

“Membagikan zakat tidak disyaratkan mengabarkan kepada penerima bahwa ini zakat. Atau memberitahu kepadanya bahwa ini zakat. Bahkan Al-Laqoni mengatakan, “Makruh mengabarkan zakat kepada penerima. Karena hal tersebut dapat menyakiti hati kaum fakir. Dan ini benar adanya. Berbeda dengan pendapat fikih yang menyatakan bahwa pemberitahua adalah syarat.”

وقد ذكرنا في جواب السؤال (33777) فتوى عن اللجنة الدائمة للإفتاء بأنه لا يجب إخبار الآخذ بان هذا المال زكاة .
لكن .. إذا علم المعطي أن الآخذ لا يقبل الزكاة ، وأنه إذا علم أنها زكاة لم يأخذها ، فيجب على المعطي حينئذ أن يخبره أنها زكاة ، ثم إن شاء قبلها وإن شاء ردّها .

Syekh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin rahimahullah, beliau pernah ditanya tentang hukum memberikan zakat tanpa mengabarkan kepada penerima bahwa ini zakat.

Syekh menjawab,

” لا بأس أن يعطي الزكاة لمستحقها بدون أن يعلم أنها زكاة ، إذا كان الآخذ له عادة بأخذها وقبولها ، فإن كان ممن لا يقبلها : فإنه يجب إعلامه ، حتى يكون على بصيرة ، فيقبل ، أو يرد ” انتهى .

Tidak mengapa memberikan zakat kepada yang berhak, tanpa memberi tahu bahwa pemberian ini adalah zakat. Ini dilakukan bila kebiasaan si penerima, legowo menerima zakat. Namun jika penerima dikenal orang yang tidak mau menerima zakat, maka wajib memberitahu. Sehingga jelas padanya alasan memberikan pemberian itu, setelah itu terserah dia apakah menerima atau menolak.” (Majmu’ Fatawa Syekh Ibnu ‘Utsaimin, jilid 18, soal no. 229)

Wallahua’lam bis showab.

Referensi: islamqa.info/amp/ar/answers/97728

******

Dijawab oleh Ustadz Ahmad Anshori, Lc

source: https://konsultasisyariah.com/36385-ketika-zakat-haruskah-memberitahu-penerima-zakat.html