Saudaraku sekalian yang mencintai Sunnah dan dicintai oleh Alloh, diantara bukti liciknya syaitan dalam mengganggu kita adalah beragamnya cara mereka untuk menyesatkan kita, salah satunya dengan memutarbalikkan perasaan; yakni malu dalam ketaatan.

Jika kita perhatikan, tidak banyak orang yang ber-istighfar saat berada di lampu merah, saat antri di pom bensin, atau saat antri CS di Bank, mayoritas sibuk dengan gadgetnya. Padahal istighfar tidak membutuhkan banyak effort untuk melafalkannya. Apa sebabnya? Apa karena kesadaran istighfar yang minim? Tidak tau keutamaan istighfar? Atau malu saat beristighfar lalu dilihat orang? Semua pilihan sangat mungkin, namun bahasan kita kali ini adalah mau dalam beristighfar.

Dalam salah satu Atsarnya, Hasan Al-Bashri rohimahulloh pernah ditanya oleh seseorang

ألا يستحيي أحدُنا من ربه يستغفِرُ من ذنوبه، ثم يعود، ثم يستغفر، ثم يعود

“Apakah salah seorang dari kita tidak malu kepada Alloh, ia beristighfar atas dosa-dosanya lalu ia kembali lagi berdosa lalu istighfar lagi, lalu berdosa lagi?”

Maka Hasan Al-Bashri menjawab :

ودَّ الشيطانُ لو ظَفِرَ منكم بهذه، فلا تملُّوا من الاستغفار

“Syaitan berangan-angan kalau bisa menjatuhkan kalian kepada perasaan malu seperti ini, maka janganlah kalian bosan untuk terus beristighfar”

(Jamiul Uluum wal Hikam 2/485)

Saudaraku, kenapa mesti malu beristighfar? Bukankah kita semua adalah pendosa, hamba yang berbuat salah? Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam bersabda

كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ

“Seluruh anak Adam berdosa, dan sebaik-baik orang yang berdosa adalah yang bertaubat” [HR Ibnu Majah 4241]

Jadi untuk apa malu bertaubat? Toh berbuat salah adalah fithroh manusia, syari’at pun telah memberi solusinya dengan bertaubat, dan salah satu bentuknya istighfar.

Sungguh aneh jika ada diantara kita yang malu beristighfar, padahal secara fithroh mayoritas dari kita semua pasti menginginkan 3 hal;

Ingin diampuni dari dosa dan kesalahan yang berujung siksa neraka.
Ingin selamat dari adzab atau musibah yang menyebabkan kesulitan di dunia.
Serta ingin kejayaan atau kekuatan yang bisa dinikmati di dunia
Dan semua hal itu bisa didapat dengan istighfar, Alloh mengatakan dalam surat Ali Imron tentang Istighfar yang menjadi sebab pengampunan dosa;

وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ

“Dan orang-orang yang, apabila berbuat keji atau menganiaya diri sendiri, mengingat Alloh lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka. Siapa lagi yang dapat mengampuni dosa, kecuali Alloh?” (QS Ali ‘Imran 135)

Dalam ayat lain Alloh Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman,

وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ غَفُورًا رَحِيمًا.

“Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, (tetapi) kemudian memohon ampun kepada Alloh, niscaya ia mendapati bahwa Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS An-Nisa` 110)

Istighfar juga yang menghindarkan Hamba dari adzab atau musibah, Alloh berfirman dalam surat Al-Anfal;

وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ.

“Alloh tidak akan meng-adzab mereka, sedang mereka dalam keadaan beristighfar” (QS Al-Anfal 33)

Dan dengan Istighfar pula lah Alloh akan memberi tambahan kekuatan atau kejayaan. Alloh Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan ucapan Nabi Hud ‘alaihis salam kepada kaumnya dalam surat Hud,

وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَى قُوَّتِكُمْ

“Wahai kaumku, beristighfarlah kepada Robb kalian lalu bertaubatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atas kalian dan menambahkan kekuatan kepada kekuatan kalian” (QS Hud 52)

Maka jelaslah saudaraku… Betapa bodohnya kita jika enggan atau malu untuk beristighfar padahal didalamnya terdapat kebaikan yang besar. Sungguh syari’at telah memberi porsi yang luar biasa dalam keutamaan istighfar, Alloh menghimpun keutamaan istighfar dalam urusan dunia pada Surat Nuh;

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّاراً . يُرْسِلِ السَّمَاء عَلَيْكُم مِّدْرَاراً . وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَل لَّكُمْ أَنْهَاراً

“Aku (Nabi Nuh) berkata (pada mereka), “Beristighfarlah kepada Robb kalian, sungguh Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan kepada kalian hujan yang lebat dari langit (Rahmat). Dan Dia akan memperbanyak harta serta anak-anakmu (Kekayaan), juga mengadakan kebun-kebun dan sungai-sungai untukmu (Keberkahan)” (QS Nuh 10-12)

Dalam Hadits Abdulloh Ibnu ‘Abbas Juga disebutkan

مَنْ أَكْثَرَ مِنْ الِاسْتِغْفَارِ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا، وَمِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا، وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

“Barang siapa memperbanyak istighfar, niscaya Alloh memberikan jalan keluar bagi setiap kesedihannya, kelapangan untuk setiap kesempitannya dan rizki dari arah yang tidak disangka-sangka olehnya” [HR Ahmad 2123]

Karenanya saudaraku.. Beristighfarlah dimanapun, di lampu merah, di kendaraan, atau di antrian apapun itu, dan jangan malu.

 

Ditulis oleh:
Ustadz Rosyid Abu Rosyidah حفظه الله

 

sumber:  https://bimbinganislam.com/kenapa-mesti-malu-beristighfar/