Pertanyaan: 

Saya pernah berbincang dengan seorang atheis, dia bertanya tentang penciptaan Hawa, dengan mengatakan: Kenapa Allah menciptakan Hawa jauh setelah penciptaan Adam, pada saat diketahui bahwa Adam membutuhkan teman yang menenangkannya. Jika Allah itu Maha Mengetahui segala sesuatu, kenapa tidak diciptakan secara bersamaan?, saya mohon penjelasannya untuk menjawab pertanyaan tersebut.

 

Teks Jawaban:

Alhamdulillah.

Pertama:

Kita wajib meyakini bahwa Allah Maha Kuasa berbuat apa yang dikehendaki-Nya. Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya, dan merekalah yang akan ditanyai. Dan seorang hamba tidak berhak bertanya kepada al Kholik tentang perbuatannya kenapa ia malakukannya !?.

Imam Ishak bin Ibrohim –rahimahullah- berkata: “Tidak boleh mendalami apa-apa yang menjadi urusan Allah, namun boleh mendalami sesuatu yang menjadi urusan makhluk, sebagaimana firman Allah –Ta’ala-:

لَا يُسْأَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْأَلُونَ الأنبياء/23

“Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya, dan merekalah yang akan ditanyai.” (QS. Al Anbiya’: 23)

Tidak boleh membayangkan hakekat sifat dan perbuatan Allah, sebagaimana kita boleh memikirkan dan menelaah tentang perbuatan para makhluk. (al Istiqamah/Ibnu Taimiyah: 1/78)

Dia (Allah) bukan hanya Maha Kuasa, Maha Berkuasa, Maha Kuasa berbuat apa yang dikehendaki-Nya saja, bahkan semua perbuatan Allah mengandung hikmah, keadilan dan rahmat, sebagaimana firman-Nya:

أَلَا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ الملك/14 .

“Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan dan rahasiakan); dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui?”. (QS. Al Mulk: 14)

Kedua:

Pernyataan orang atheis di atas: “Kenapa Allah menciptakan Hawa jauh setelah penciptaan Adam ?”. pernyataan tersebut perlu ditanya: “Dari mana anda mengetahui informasi tersebut ?”.

Ini adalah termasuk perkara ghaib yang belum anda saksikan, ilmu sejarah pun tidak menjangkau ke sana. Kalau anda mendapatkan informasi tersebut dari para Nabi, akuilah dulu informasi dari mereka tentang keesaan Allah, keagungan-Nya, dan apa yang mereka kabarkan tentang kegaiban dan wahyu-Nya, surga dan neraka-Nya. Kemudian lihatlah, jika anda mendapatkan contoh seperti pertanyaan anda maka bertanyalah…

Kalau tidak, maka kami yang akan minta kepada anda dalil untuk membenarkan pernyataan anda tersebut. Tunjukkanlah bukti kebenaranmu, jika kamu memang orang-orang yang benar.

Sedangkan kami tidak menemukan dasar dan contohnya seperti pertanyaan anda di atas. Karena dasar utama dari agama ini adalah penyerahan secara total untuk Tuhan semesta alam.

Kami katakan kepada anda: secara dzahir, bahwa pada saat itu belum ada waktu yang panjang antara pnciptaan Adam dan Hawa sebagaimana yang anda tuduhkan. Dan Allah telah menciptakan Hawa untuk Adam, sebelum Adam tinggal di surga.

Imam Bukhori 3331 dan Muslim 1468 meriwayatkan dari Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu- berkata: Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:

اسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ فَإِنَّ الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ وَإِنَّ أَعْوَجَ شَيْءٍ فِي الضِّلَعِ أَعْلَاهُ ، فَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيمُهُ كَسَرْتَهُ ، وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ . فَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ

“Berkeinginan baiklah pada semua wanita, karena wanita diciptakan dari tulang rusuk. Dan tulang rusuk yang palin bengkok adalah yang paling atas, kalau anda meluruskannya (dengan paksa) maka akan patah, namun jika anda biarkan ia akan tetap bengkok. Maka berkeinginan baiklah pada semua wanita”. (HR. Bukhori)

Al Hafidz –rahimahullah- berakata: “Sabda Rasulullah (خلقت من ضلع ) diriwayatkan oleh Ibnu Ishak dan beliau menambahkan:

الْيُسْرَى مِنْ قَبْل أَنْ يَدْخُل الْجَنَّة ، وَجُعِلَ مَكَانه لَحْم انتهى من ” فتح الباري ” (6/368) .

“ (Hawa) diciptakan dari tulang rusuk kiri (Adam) sebelum ia memasuki surga, dan (tulang rusuk yang diambil) diganti dengan daging”. (Fathul Baari: 6/368)

Ibnu Katsir –rahimahullah- berkata: “Allah –Ta’ala- menyuruh Adam –alahis salam- dan istrinya untuk tinggal di surga dalam firman-Nya:

وَقُلْنَا يَا آدَمُ اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَكُلَا مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَا وَلَا تَقْرَبَا هَذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ

“Dan Kami berfirman: “Hai Adam diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim”. (QS. Al Baqarah: 35)

Allah juga berfirman dalam surat al A’raf:

( وَيَا آدَمُ اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَكُلَا مِنْهَا رَغَداً حَيْثُ شِئْتُمَا وَلَا تَقْرَبَا هَذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ )

“(Dan Allah berfirman): “Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan isterimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim”. (QS. Al A’raf: 19)

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَى * فَقُلْنَا يَا آدَمُ إِنَّ هَذَا عَدُوٌّ لَكَ وَلِزَوْجِكَ فَلَا يُخْرِجَنَّكُمَا مِنَ الْجَنَّةِ فَتَشْقَى * إِنَّ لَكَ أَلَّا تَجُوعَ فِيهَا وَلَا تَعْرَى * وَأَنَّكَ لَا تَظْمَأُ فِيهَا وَلَا تَضْحَى

“ Dan (ingatlah) ketika Kami berkata kepada malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam”, maka mereka sujud kecuali iblis. Ia membangkang. Maka kami berkata: “Hai Adam, sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu dan bagi isterimu, maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka. Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang. dan sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak (pula) akan ditimpa panas matahari di dalamnya”. (QS. Thaha: 116-119)

Sesuai konteks ayat di atas bahwa penciptaan Hawa terjadi sebelum Adam memasuki surga, berdasarkan ayat:

وَيَا آدَمُ اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ

“Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan isterimu di surga”. (QS. Al A’raf: 19)

Pendapat tersebut telah dinyatakan dengan terus terang Ibnu Ishak, demikianlah makna dzahir dari ayat tersebut. (Al Bidayah wan Nihayah: 1/81)

Ketiga:

Seharusnya tidak masalah ketika ada hikmah yang tidak bisa dijangkau oleh akal manusia, apakah akal manusia mampu mengungkap semua rahasia yang ada di jagat raya ini ?

Apakah semua yang tidak terjangkau oleh ilmu pengetahuan, dan tidak diketahui hakekatnya sampai sekarang berarti tidak ada dan tidak ada kemungkinan untuk sampai ke sana ?

Kalau demikian, maka keberadaan ilmu para ulama, laboratorium mereka, pembahasan dan penelitian menjadi tidak berguna !?

Penciptaan Adam dan Hawa tidak bersamaan pasti mengandung banyak hikmah, misalnya agar Adam menghargai nilai kebahagiaan bersama istri yang telah Allah ciptakan untuknya setelah ia merasa kesepian sebelumnya.

Tidakkah peristiwa di atas menjadi motivasi bagi Adam untuk berdo’a kepada Allah , memohon dan bermunajat kepada-Nya untuk mengakhiri masa kesepiannya. Bentuk peribatan seperti inilah yang dicintai oleh Allah.

Maha suci Dzat Yang memiliki hikmah yang sempurna dan hujjah yang nyata.

Untuk lebih jelasnya silahkan anda merujuk pada jawaban soal nomor: 145808

Wallahu a’lam .

 

sumber: https://islamqa.info/id/answers/175317/kenapa-allah-tidak-menciptakan-hawa-dan-adam-pada-waktu-bersamaan