La ilaha illallah merukapan kalimat yang agung, kalimat ini menjadi pemisah antara islam dan kafir, dengan tujuan menegakkan kalimat inilah, Allah mengutus para rasul, Allah menurunkan kitab-Nya, Allah mewajibkan berjihad dijalan-Nya.
Kalimat ini, bukan kalimat yang biasa, kalimat ini sangat luar biasa, bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:
مَنْ كَانَ آخِرُ كَلامِهِ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ
“Siapa yang ucapan terakhir (sebelum mati) adalah ‘la ilaha illallah’ maka ia akan masuk surga”
(HR. Abu Dawud 3116 dan dihasankan oleh Al-Albani rahimahullah)
Bahkan orang yang mengucapkannya dengan ikhlas dari lubuk hati terdalamnya, maka ia akan menjadi sebagian orang yang sangat berbahagia ketika menerima syafaat Nabi kita, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:
يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَنْ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِكَ يَوْمَ القِيَامَةِ؟
“Wahai Rasulullah, siapa orang yang paling berbahagia dengan syafaatmu pada hari kiamat kelak ?”
Mendengar pertanyaan tersebut, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memuji Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu terlebih dahulu sebelum menjawabnya, kemudian beliau bersabda:
أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ القِيَامَةِ مَنْ قَالَ: لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، خَالِصًا مِنْ قِبَلِ نَفْسِهِ
“Orang yang paling berbahagia dengan syafaatku pada hari kiamat kelak adalah orang yang mengucapkan ‘la ilaha illallah’ ikhlas dari lubuk hati terdalamnya”
(HR. Al-Bukhari no. 6570)
Oleh karena itu, kalimat ini bukan kalimat biasa, ini adalah kalimat luar biasa, yang akan menjadi kunci surga bagi setiap orang.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَا مِنْ عَبْدٍ قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، ثُمَّ مَاتَ عَلَى ذَلِكَ إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ
“Tidak ada seorang hamba pun yang mengatakan ‘la ilaha illallah’ kemudian ia mati diatas keyakinan tersebut, kecuali pasti ia akan masuk surga”
Mendengar pernyataan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ini, muncul berbagai pertanyaan dalam hati salah seorang sahabat ketika itu, Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu namanya, ia pun akhirnya bertanya kepada Nabi, ‘Meskinpun ia berzina dan mencuri ?!’, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab:
وَإِنْ زَنَى وَإِنْ سَرَقَ
“Meskipun ia berzina dan meskipun ia mencuri”, tegas Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam hingga 3x.
(HR. Al-Bukhari no. 5827 dan Muslim no. 94)
Dan maksud sabda beliau ini adalah meskipun orang-orang yang berdosa yang tidak diampuni Allah ta’ala, masuk neraka terlebih dahulu, akan tetapi pada akhirnya mereka pun akan dimasukan ke dalam surga.
Apa sebenarnya makna kalimat la ilaha illallah ?
Kalimat la ilaha illallah maknanya adalah tidak ada Tuhan/Sesembahan/Rabb yang berhak disembah/diibadahi selain Allah. Dan hal ini berdasarkan firman Allah ta’ala:
ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ هُوَ الْبَاطِلُ وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ
“Yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan) Yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka sembah selain dari Allah, itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar”
(QS. Al-Hajj : 62)
Menurut para ulama, kalimat ini mengandung dua unsur:
1. Peniadaan (An-Nafyu), Maksudnya adalah peniadaan sesembahan, yaitu pada kalimat (la ilaha) yang berarti “tidak ada tuhan/sesembahan/rabb yang berhak disembah” dimanapun, kapanpun.
2. Penetapan (Al-Itsbat), Maksudnya adalah menetapkan Allah sebagai satu-satunya sesembahan yang benar dimanapun dan kapanpun serta tidak ada sekutu baginya. Makna ini kita dapatkan dari kalimat (illallah) yang berarti (kecuali Allah semata)
Secara setruktur kalimat, maka kalimat la ilaha illallah merupakan kalimat yang memiliki arti sangat dalam. Dimana kalimat tersebut mengisyaratkan bahwa satu-satunya yang tuhan / sesembahan / rabb hanyalah Allah semata tidak ada selainnya.
Syarat kalimat la ilaha illallah
Setiap orang yang mengucapkan kalimat ini, dan beriman bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah utusan Allah maka ia telah masuk kedalam agama islam. Darahnya menjadi haram ditumpahkan kecuali dengan alasan yang benar. Kehormatan haram untuk direndahkan. Hartanya haram untuk dirampas.
Dan ini berlaku untuk semua yang mengatakan dua kalimat tersebut, baik dengan hati yang tulus ataupun tidak. Baik mereka tahu maknanya ataupun tidak. Mereka tetap dinilai sebagai seorang muslim. Dan berlaku hak-haknya sebagai orang muslim. Ini apabila dilihat dari sisi pandang penilaan makhluk kepada makhluk.
Terkait hal ini, Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhuma pernah bercerita:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengutus kami ke perkampungan Hurqah di bani Juhainah. Kami menyerang mereka di pagi buta dan menjadikan mereka kocar kacir. Saya dan seorang laki-laki anshar berhasil menemukan seseorang dari mereka. Tatkala kami bisa mengepungnya, tiba-tiba ia mengatakan; ‘la ilaha illallah.’ Si laki-laki anshar menahan serangannya, sedang aku meneruskannya hingga kubunuh orang itu.
Ketika kami pulang, peristiwa ini disampaikan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sehingga beliau berujar kepadaku: “Apakah kamu membunuhnya setelah ia mengucapkan la ilaha illallah?”
Kujawab; ‘betul, Ya Rasulullah, ia mengucapkannya hanya sekedar mencari keselamatan.’ Nabi mengulangi pertanyaannya: “Apakah kamu membunuhnya setelah ia mengucapkan la ilaha illallah?” Nabi berulangkali menegurku dengan ucapan ini hingga aku mengandai-andai kalaulah aku belum masuk Islam saat itu (karena teguran Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang begitu keras).”
(HR. Al-Bukhari no. 6872 dan Muslim no. 96)
Cerita dalam hadits ini mengandung pelajaran bahwa setiap kali orang mengucapkan kalimat tauhid, atau syahadat, maka kita semua harus menerimanya sebagai seorang muslim, baik ia jujur ataupun tidak. Akan tetapi agar kalimat la ilaha illallah ini bermanfaat di akherat bagi pengucapnya, maka harus ada syarat-syarat yang dipenuhi.
Diantara syarat-syaratnya adalah sebagai berikut:
1. Ilmu
Maksudnya adalah mengilmui dan memahami arti kalimat tauhid, bahwasannya ibadah itu hanya untuk Allah semata dan tiada sekutu bagi-Nya.
Allah ta’ala berfirman:
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
“Ilmuilah ! bahwa tiada satupun yang berhak disembah melainkan Allah semata”
(QS. Muhammad : 19)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، دَخَلَ الْجَنَّةَ
“Barangsiapa mati dalam keadaan memahami kalimat la ilaha illallah pasti ia akan masuk surga”
(HR. Muslim no. 26)
2. Yakin Tidak Ragu-Ragu
Maksudnya adalah seseorang yang mengucapkan kalimat ini harus yakin dengan kandungan dan konsekuensinya, sehingga tidak ada keragu-raguan dalam hatinya. Allah berfirman:
Baca: Rajin Sholat Namun Melakukan Kesyirikan
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian ia tidak ragu-ragu lagi…”
(QS. Al-Hujurat : 15)
3. Ikhlas Tanpa Ada Tendensi Lain
Maksudnya adalah seorang yang mengucapkan kalimat la ilaha illallah harus ikhlas tanpa pamrih. Ia ucapkan kalimat tersebut tulus ikhlas bukan karena malu, terpaksa, riya atau dunia apalagi wanita.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ القِيَامَةِ، مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ، أَوْ نَفْسِهِ
“Orang terbahagia dengan syafaatku di hari kiamat kelak adalah seorang yang mengucapkan la ilaha illallah dengan tulus ikhlas dari lubuh hati terdalamnya”
(HR. Al-Bukhari no. 99)
3. Jujur
Agar kalimat la ilaha illallah bermanfaat di akherat, maka orang yang mengucapkannya harus jujur. Apabila ada seorang tidak jujur ketika mengucapkan kalimat tersebut, ia tetap dianggap sebagai seorang muslim di dunia oleh kaum muslimin yang lainnya, akan tetapi, di akherat nanti, Allah ta’ala tidak mungkin bisa dibohongi.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَا مِنْ أَحَدٍ يَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، صِدْقًا مِنْ قَلْبِهِ، إِلَّا حَرَّمَهُ اللَّهُ عَلَى النَّارِ
“Tidak ada setupun orang bersaksi dengan la ilaha illallah dan muhammad adalah utusan Allah, jujur dari lubuk hati terdalam, kecuali akan Allah haramkan ia dari neraka”
(HR. Al-Bukhari no. 128 dan Muslim no.32)
5. Rasa Cinta
Agar kalimat ini bermanfaat, maka kalimat ini harus keluar dari rasa cinta. Rasa cinta yang tidak menyisakan kebencian sedikitpun baik kepada Allah, Rasul-Nya ataupun syariat-Nya.
Allah ta’ala berfirman:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman rasa cintanya kepada Allah amatlah kuat”
(QS. Al-Baqarah : 165)
6. Menerima Dengan Tulus
Maksudnya adalah menerima kalimat la ilaha illallah dengan tidak menolak ataupun sombong kepada Allah.
Allah berfirman terkait sifat orang-orang yang berdosa:
إِنَّهُمْ كَانُوا إِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ يَسْتَكْبِرُونَ
“Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan: la ilaha illallah, mereka menyombongkan diri”
(QS. Ash-Shaafaat: 35)
7. Tunduk dan Patuh
Yaitu dengan melaksanakan kensekuensi kalimat la ilaha illallah dengan menjadikan Allah sebagai satu-satunya yang diibadahi, kemudian mentaati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan menjalankan syariatnya.
Allah ta’ala berfirman:
وَمَنْ يُسْلِمْ وَجْهَهُ إِلَى اللَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى
“Barangsiapa menyerahkan dirinya kepada Allah, dan ia ralisasikan dengan berbuat kebaikan, maka ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh”
(QS. Luqman: 22)
Banyak sekali kita jumpai di masyarakat kesalahan pengartian kalimat la ilaha illallah, diantara cara mengartikan yang salah adalah:
1. Tidak Ada Pencipta Selain Allah
2. Tidak Ada Pemberi Rizki Selain Allah
3. Tidak Ada Pengatur Selain Allah
4. Atau arti dan makna yang semisal ini
Kenapa ini kita katakan salah ?
Karena apabila arti-arti dan makna-makna diatas adalah makna la ilaha illallah yang benar, tentu orang-orang Kafir Quraisy tidak perlu enggan untuk mengucapkannya, karena mereka semua juga mengimani bahwa Allahlah yang mencipta, Allahlah yang memberi rizki, Allahlah yang mengatur alam.
Allah ta’ala berfirman:
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ
“Apabila Engkau bertanya kepada mereka (orang-orang kafir quraisy), ‘siapa yang menciptakan kalian’ tentu mereka akan menjawab : ‘Allah !’…”
(QS. Az-Zukhruf : 87)
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ
“Apabila Engkau bertanya kepada mereka (orang-orang kafir quraisy), ‘Siapa yang telah menciptakan langit dan bumi ?’, pasti mereka akan menjawab: ‘Allah !’…”
(QS. Az-Zumar : 38)
قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَمَّنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ
Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka akan menjawab: “Allah”. Maka katakanlah “Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?”
(QS. Yunus : 31)
Dari sini kita mengetahui bahwa orang-orang kafir quraisy di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga mengimani bahwa Allahlah sang pencipta, yang mematikan, yang menghidupkan, yang memberi rizki, yang mengatur alam, akan tetapi mereka semua enggan mengatakan kalimat la ilaha illallah, sehingga dapat kita pastikan bahwa makna kalimat la ilaha illallah bukanlah sebagaimana banyak difahami oleh kalangan masyarakat umum.
Dan Makna kalimat la ilaha illallah yang tepat adalah sebagaimana yang telah kita jelaskan diawal, yaitu “Tidak ada Tuhan/Sesembahan/Rabb yang berhak disembah/diibadahi selain Allah”
Dijumpai Dalam Doa-Doa
Kalimat la ilaha illallah akan sangat banyak kita jumpai dalam doa–doa ataupun dzikir, dan hal tersebut dikarenakan keagungan kalimat ini.
Satu saja, doa Nabi Yunus ‘alaihissalam ketika ia berada di dalam perut ikan paus, kalimat apa yang beliau panjatkan ?
Beliau disana memanjatkan kalimat ini,
لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
Laa ilaaha illaa anta subhaanaka innii kuntu mindh dhalimiin
“Tidak ada Tuhan/Rabb/Sesembahan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim”
(QS. Al-Anbiya : 87)
Dan dengan doanya tersebut, Allah pun mengeluarkannya dari perut ikan paus. Dan silahkan baca buku-buku doa, dan lihatlah doa-doa ketika susah atau tetimpa musibah berat, sering kali kita akan diajarkan dengan doa yang mengandung kalimat la ilaha illallah
Inilah beberapa pembahasan penting tentang kalimat-kalimat ini, semoga bermanfaat.
wallahu ta’ala a’lam bish shawab
Ditulis oleh:
? Ustadz Ratno Abu Muhammad Lc
Read more https://bimbinganislam.com/kalimat-la-ilaha-illallah/