Pertanyaan:

Assalamualaikum ustaz, saya izin bertanya, ustaz, apakah masih ada kesempatan bagi wanita yang pernah gagal menjaga kesucian dan kehormatan dirinya untuk menjadi wanita shalihah.

Jazaakumullaahu khairaan wa barakallaahu fiikum

(Ditanyakan oleh Santri Kuliah Islam Online Mahad BIAS)

 

Jawaban:

Tiada Manusia Yang Bebas dari Kesalahan
Waalaikumsalam warahmatullah wabarokatuh.

Perlu kita pahami bahwa tiada manusia yang tidak pernah terlepas dari dosa, manusia tempatnya lupa dan kesalahan, karenanya sebaik baik manusia adalah yang menyadari ketika dirinya tergelincir dalam dosa ia berusaha bangkit untuk meninggalkan kesalahan menuju kepada apa yang diperintahkan Allah `Azza Wa Jalla. Sebagaimana sabda Rasululllah shallahu alaihi wasallam

كل بني آدم خطاء وخير الخطائين التوابون

“Seluruh Bani Adam (manusia) banyak melakukan kesalahan (dosa), dan sebaik-baik manusia yang banyak kesalahannya (dosanya) adalah yang banyak bertaubat.” (hasan, lihat shahih at-Targhib wa at-Tarhib 3139)

Selama Allah berikan kesempatan waktu untuk bertaubat dan memperbaiki diri ini adalah karunia Allah yang perlu kita syukuri, Allah ta’ala berfirman,

وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ وَأَنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ حَكِيمٌ

“Dan seandainya bukan karena keutamaan dari Allah kepada kalian dan kasih sayang-Nya (niscaya kalian akan binasa). Dan sesungguhnya Allah Maha penerima taubat lagi Maha bijaksana.” (QS. An Nuur: 10)

Sambil terus berhati hati-hati supaya tidak kembali lagi kepada keburukan yang Allah benci. Maka teruslah untuk memperbaiki diri jangan berhenti dan merasa suci, apalagi merasa tidak akan ada jalan untuk menuju keshalihan. Jadikan kesalahan masa lampau untuk terus menjadi pelecut kebaikan di masa sekarang dan yang akan datang dan teruslah berlari kepada kebaikan yang Allah inginkan.. Firman Allah ta`ala,”

فَفِرُّوْٓا اِلَى اللّٰهِ ۗاِنِّيْ لَكُمْ مِّنْهُ نَذِيْرٌ مُّبِيْنٌۚ

“Maka segeralah kembali kepada (menaati) Allah. Sungguh, aku seorang pemberi peringatan yang jelas dari Allah untukmu.”

Terus Memperbaiki Diri
Tidak ada kata tidak bisa menjadi seorang yang shalih, tatkala Allah berikan hidayah untuk bisa kembali kepadanya. Bahkan sebagaimana yang kita ketahui ada sebagian sahabat mengalami dan melakukan kemaksiatan yang terlarang, bahkan melakukan dosa paling besar yang tiada dosa besar di atasnya yaitu kesyirikan. Namun ternyata mereka pun akhirnya bisa bangkit untuk totalitas menuju kepada ketaatan sehingga mereka menjadi para sahabat Rasulullah, yang terbaik dan mempunyai kemuliaan yang Allah ridha.

Begitu pun kepada kita yang pernah bahkan sering melakukan dosa dan kemaksiatan, jangan berputus asa untuk selalu memperbaiki diri. Selama seorang hamba tidak pernah bosan untuk bertaubat dan memperbaiki diri, dari setiap kesalahan berulang yang dilakukan, insyaallah Allah tidak akan pernah bosan untuk menerima taubat seorang hamba yang terus bangkit dari setiap kesalahan, walau mungkin berualang kali terjatuh dalam kekhilafan.

Allah Ta’ala berfirman:

( وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ . أُولَئِكَ جَزَاؤُهُمْ مَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَجَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ) آل عمران: 135, 136.

“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.” (Ali Imron: 135-136)

Ibnu Katsir rahimahullah berkomentar: “FimanNya ‘Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.’ Yakni mereka bertaubat dari dosanya dan kembali kepada Allah dalam waktu dekat dan tidak melanjutkan kemaksiatan dan senantiasa melepaskannya. Meskipun dosanya terulang dan mereka bertaubat (kembali).’ Tafsir Ibnu Katsir, 1/408.

Amalan Tergantung Pada Penutupnya
Belajar dan belajarlah untuk selalu meningkatkan diri, jangan berputus asa karena kesalahan, jadikan kesalahan sebagai pelecut untuk semakin memperbaiki diri. Masa lalu bukan untuk disesali dan menjadi penghalang kebaikan, ambil pelajaran dan kebaikan dari apa yang telah terjadi , berusaha menjadikan akhir perjalanan kehidupan terhiasi dengan kebaikan dan ketaatan sebaik mungkin. Kemuliaan hidup tidak hanya dilihat di awal melangkah menuju kebaikan, bahkan bisa jadi kemuliaan didapat dengan apa yang di lakukan di akhir kehidupan manusia tanpa mengurangi proses yang harus diperbaiki. Sebagaimana firman Allah ta’ala,”

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعاً إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِن قَبْلِ أَن يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنصَرُونَ

“Katakanlah kepada hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri-diri mereka, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni semua dosa, sesungguhnya Dialah Zat Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Maka kembalilah kepada Tuhanmu dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datangnya azab kemudian kalian tidak dapat lagi mendapatkan pertolongan.”(QS. Az Zumar: 53-54)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda yang artinya, “Seandainya kalian berbuat dosa sehingga tumpukan dosa itu setinggi langit kemudian kalian benar-benar bertaubat, niscaya Allah akan menerima taubat kalian.” (Shahih Ibnu Majah)

Allah Ta’ala:

(10) قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا (9) وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا

“Sungguh telah beruntung orang yg mensucikan jiwanya. Dan sungguh telah merugi orang yg mengotori jiwanya.” (QS. Asy-Syamsi: 9-10)

Juga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:

إنما الأعمال بالخواتيم (رواه البخاري).

Artinya: “Sesungguhnya amalan-amalan (seorang hamba) itu tergantung pada amalan-amalan penutupnya.” (HR. Imam Al-Bukhari).

Tetaplah berusaha untuk berada di jalan Allah dan berusaha menjauhi hal yang menjadikan kita akan kembali kepada keburukan, sebagaimana firman Allah ta’ala,”

وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ

“Maka Kami jadikan di antara mereka para pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami karena mereka bisa bersabar dan senantiasa meyakini ayat-ayat Kami.”(QS. As Sajdah: 24)

Allah ta’ala berfirman,

وَاللّهُ يُرِيدُ أَن يَتُوبَ عَلَيْكُمْ وَيُرِيدُ الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الشَّهَوَاتِ أَن تَمِيلُواْ مَيْلاً عَظِيماً

“Allah menginginkan untuk menerima taubat kalian, sedangkan orang-orang yang memperturutkan hawa nafsunya ingin agar kalian menyimpang dengan sejauh-jauhnya.”(QS. An Nisaa’: 27)

Maka terus semangat untuk menjaga hidayah Allah, mencari cara untuk selalu mempertahankan dan meningkatkannya, insyaallah masih banyak kesempatan untuk menjadi hamba yang shalih. Terus berdoa dan belajar serta mencari komunitas yang baik yang bisa mengingatkan, berharap Allah memudahkan langkah dan menutup akhir kehidupan kita dengan kebahagiaan dan ketaatan. Wallahu a`lam.

Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Mu’tashim, Lc. MA. حفظه الله

 

Sumber: https://bimbinganislam.com/jangan-berputus-asa-dari-rahmat-allah/