Pertanyaan:
Assalamualikum Ustadz ingin bertanya, pada materi tentang iman dan rukunnya dijelaskan ada 70 tingkatan iman dan sebagian riwayat menyebutkan ada 79 tingkatan, jadi yang sesuai pendapat rojihnya yang mana Ustadz? Dan bisa disebutkan beserta penjelasannya tentang 70 tingkatan iman. Syukron, jazakumullah khairan.
(Ditanyakan oleh Santri Mahad BIAS)
Jawaban:
Waalaikumsalam warahmatullah wabarokatuh
Dalam masalah menyikapi perbedaan yang seperti ini, dalam ayat ataupun hadits tatkala menyebutkan bilangan atau sifat tertentu maka perlu beberapa hal yang kita perhatikan, antara lain:
1. Tidak ada pertentangan dalam syariat islam, terlebih apa yang telah diyakini keabsahan meteri dari sumber al-Quran dan hadits. Ini yang harus kita yakini.
2. Bila seakan ada pertentangan dari lafadznya, maka para ulama telah memberikan arahan kepada kita dalam menyikapi perbedaan tersebut.
a) Kita yakinkan terlebih dahulu keabsahan sanad atau riwayatnya, apakah ada kelemahan dari silsilah sanad atau makna yang terkandung.
b) Bila memang riwayatnya semuanya sahih, maka hendaknya kita jamak/gabungkan makna yang ada, sehingga masing-masing riwayat ditafsirkan kepada makna yang selaras dengan syariat secara umum.
c) Bila ternyata maknanya dianggap bertentangan, tidak mungkin dilakukan jamak di antaranya, maka bila perlu dilakukan tarjih/diambil pendapat yang lebih kuat. .
d) Bila jamak dan tarjih tidak dapat di lakukan oleh seseorang yang mempunyai kapasitas ilmu terkait hal ini, maka sikap yang dilakukan adalah tawaqquf / artinya abstain, tanpa mengambil salah satu pendapat sampai datang kepadanya ilmu yang menguatkan salah satunya.
Begitu secara umum langkah yang biasa dilakukan oleh para ulama dalam menyikapi perbedaan pendapat dari lafadz dalil yang di temukan dari alkitab dan alhadist.
3. Dalam masalah yang di tanyakan, ada beberapa ulama dalam menyikapinya:
Sebagian para ulama tawaqquf dalam masalah ini, artinya mengambil hadist tersebut tanpa merajihkan salah satunya, bilangan mana yang lebih kuat.
4. Sebagaian ulama lain berpendapat, bahwa penyebutan bilangan hanya bermaksud untuk menyebutkan bilangan, tanpa bermaksud membatasi dengan angka tertentu.
5. Sebagaian pendapat berusaha untuk menggabungkan semua riwayat, tetap dengan menyebutkan angka yang dianggap lebih kuat, namun tanpa melemahkan atau membuang riwayat-riwayat yang ada. Dan ini yang telah dinukilkan oleh Imam Hafidz Abu Hatim ibnu Hibban, seperti yang dinukilkan oleh imam Nawawi – rahimahullah ta`ala di dalam Syarh Shahih Muslim, di mana beliau menuliskan,”
“ وقال الإمام الحافظ أبو حاتم بن حبان بكسر الحاء: تتبعت معنى هذا الحديث مدة، وعددت الطاعات، فإذا هي تزيد على هذا العدد شيئا كثيرا، فرجعت إلى السنن فعددت كل طاعة عدها رسول الله صلى الله عليه وسلم من الإيمان، فإذا هي تنقص عن البضع والسبعين، فرجعت إلى كتاب الله تعالى فقرأته بالتدبر وعددت كل طاعة عدها الله تعالى من الإيمان، فإذا هي تنقص عن البضع والسبعين، فضممت الكتاب إلى السنن، وأسقطت المعاد، فإذا كل شيء عده الله تعالى ونبيه صلى الله عليه وسلم من الإيمان تسع وسبعون شعبة لا يزيد عليها ولا تنقص، فعلمت أن مراد النبي صلى الله عليه وسلم أن هذا العدد في الكتاب والسنن.
البحر المحيط الثجاج في شرح صحيح الإمام مسلم بن الحجاج
)لمحمد بن علي بن آدم بن موسى الإتيوبي الولوي(38/2:
,” Telah berkata Imam Hafidz Abu Hatim ibnu Hibban: aku perhatikan makna hadist ini beberapa lama, aku hitung amalan-amalan ketaatan, ternyata jumlahnya lebih banyak. Maka aku kembali melihat kepada kitab hadist dan aku hitung amalan ketaatan yang disebutkan Rasulullah yang termasuk bagian dari iman, ternyata jumlahhnya kurang dari tujuh puluhan. Aku kembali mengamati alquran, aku baca secara seksama dan aku hitung ketaatan yang disebutkan oleh Allah ta`ala yang masuk dari keimanan, ternyata ia kurang dari tujuh puluhan. Aku pun gabungkan apa yang disebutkan di dalam alquran dan kitab Sunan, aku kembali hitung ulang, ternyata apa yang disebutkan oleh Allah dan Nabi sallahu alaihi wasallam dari keimanan berjumlah 79 macam, tidak lebih dan tidak kurang. Sehingga sekarang aku menjadi tahu apa yang dimaksudkan oleh nabi shallahu alaihi wasallam bahwa jumlah ini (yang di maksudkan adalah) apa yang telah disebutkan di dalam alquran dan kitab sunan ( hadist).
Sehingga, bila menyebutkan sebuah angka tertentu mana yang lebih mendekati dari apa yang telah disebutkan di dalam alquran dan alhadist maka lebih mengerucut kepada angka 79. Walaupun begitu bukan berarti kemudian meniadakan bilangan atau angka yang ada di bawahnya, karena masuk di dalamnya. Juga, yang harus di perhatikan, hendaknya seorang muslim tidak terjebak dengan hanya menyebut dan membatasi angka, namun hendaknya ia berusaha menunaikan seluruh amalan yang diperintahkan seoptimal mungkin sesuai kemampuan. Semoga Allah memudahkan kita semua dalam menjalankan segala perintah perintahNya. wallahu a`lam.
Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Mu’tashim, Lc. MA. حفظه الله