Pertanyaan:
Assalamualaikum ustadz, izin bertanya.
1. Apa hukumnya memeragakan sumpah presiden padahal kita bukan presiden? Misal hanya sekadar membaca untuk memeragakan/mencontohkan? Apakah dianggap sebagai sumpah?
2. Apakah jika kita mengatakan “saya bersumpah” tanpa ada frasa “demi Allah” sumpahnya dianggap sah?
3. Jika mengucap kalimat dengan “beneran, sumpah deh” apakah yang seperti ini dianggap sumpah ataukah sekadar laghwu saja?
Jazakallahu khairan atas jawabannya.
(Ditanyakan oleh Santri Kuliah Islam Online Mahad BIAS)
Jawaban:
Waalaikumsalam warahmatullah wabarokatuh
Sumpah/bentuk qasam dianggap sah dan mempunyai konsekuensi bila memenuhi beberapa rukunnya antara lain yaitu:
1. Harus ada fi’il Qasam yang di-mutaadikan dengan huruf ba’
2. Harus ada muqsam bih penguat sumpah. Yaitu sumpah itu harus diperkuat sesuatu yang diagungkan oleh yang bersumpah yaitu Allah ta`alaa atau salah satu nama dari Nama-Nama-Nya, atau satu sifat dari sifat-sifat-Nya.
3. Harus ada muqsam ‘alaihi berita yang diperkuat dengan sumpah itu, yaitu ucapan yang ingin supaya diterima dipercaya orang yang mendengar, lalu diperkuat dengan sumpah tersebut. Sehingga bila salah satu unsur di atas hilang maka tidak bisa dianggap sebagai sumpah.
Di antara dasar bahwa sumpah tidak sah kecuali dengan menyebut Nama Allah Ta’ala, salah satu nama dari Nama-Nama-Nya, atau satu sifat dari sifat-sifat-Nya. Dari ‘Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu ‘anhuma, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat ‘Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu ‘anhu sedang berjalan dengan kendaraannya, bersumpah dengan nama ayahnya, kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَلاَ إِنَّ اللهَ يَنْهَاكُمْ أَنْ تَحْلِفُوا بِآبَائِكُمْ مَنْ كَانَ حَالِفًا فَلْيَحْلِفْ بِاللهِ أَوْ لِيَصْمُتْ.
“Ketahuilah, sesungguhnya Allah melarang kalian bersumpah dengan nama ayah-ayah kalian. Barangsiapa bersumpah, hendaklah dengan (nama) Allah, atau diam.” [Muttafaq ‘alaih: Shahiih al-Bukhari (XI/530, no. 6646), Shahiih Muslim (III/ 1267, no. 1646 (3))
Begitupula ketika sumpah tidak dimaksudkan untuk hal yang serius atau yang tidak diniatkannya, seperti memisalkan sumpah menjadi presiden tanpa ada niat dengan sumpahnya atau mengatakan sumpah hanya sekadar melafazkannya tanpa ada niat karena hanya kebiasaan yang bukan diniatkan sumpah maka tidak dianggap sebagai sumpah yang di anggap. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
لَا يُؤَاخِذُكُمُ اللَّهُ بِاللَّغْوِ فِي أَيْمَانِكُمْ وَلَٰكِن يُؤَاخِذُكُم بِمَا عَقَّدتُّمُ الْأَيْمَانَ
“Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang disengaja…” [Al-Maa-idah: 89]
Dan dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anhuma, “Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah)…” Ia berkata, “Ayat ini diturunkan berkenaan dengan perkataan seseorang, ‘Tidak, demi Allah. Benar, demi Allah.’” [Shahiih al-Bukhari: no. 6663)
Dari Abi Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّمَا الْيَمِيْنُ عَلَى نِيَّةِ الْمُسْتَحْلِفِ.
“Sesungguhnya sumpah itu digantungkan pada niat orang yang memintanya.” [Shahiih Muslim no. 1653]
Syekh Ibnu Utsaimin radhiyallahu ‘anhu dalam penjelasannya tentang sumpah yang tidak dianggap/laghwu, yang tidak mewajibkan adanya kaffarah (tebusan). Beliau menjelaskan,”Dan perkataan:
الذي يجري على لسانه بغير قصد، يعني يطلقه لسانه وهو لا يقصده، وهذا ليس فيه كفارة بنص القرآن، قال الله تعالى: لاَ يُؤَاخِذُكُمُ اللَّهُ بِاللَّغْوِ فِي أَيْمَانِكُمْ {المائدة: 89}
ولغو اليمين لم يقصد عقدها، فلا تكون يميناً منعقدة، قوله: كقوله: لا والله، وبلى والله، والدليل على أن هذا من لغو اليمين قوله تعالى: لاَ يُؤَاخِذُكُمُ اللَّهُ بِاللَّغْوِ فِي أَيْمَانِكُمْ وَلَكِنْ يُؤَاخِذُكُمْ بِمَا عَقَّدْتُّمُ الأَيْمَانَ {المائدة: 89} وقوله تعالى: وَلَكِنْ يُؤَاخِذُكُمْ بِمَا كَسَبَتْ قُلُوبُكُمْ {البقرة: 225}ولا تكسب القلوب إلا ما قصد، لأن ما لا يقصد ليس من كسب القلب، وقول عائشة ـ رضي الله عنها: اللغو في اليمين كلام الرجل في بيته: لا والله، بلى والله، أي: إن الرجل عندما يقول ذلك لا يقصد القسم والعقد، فهذا نوع من لغو اليمين”.
“Siapa yang lisannya bersumpah dimana ia berbicara tanpa ada maksud di dalamnya maka tidak ada kaffarah berdasarkan ayat Al-Qur’an, Allah berfirman: “Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah). Dan sumpah yang tidak dianggap adalah sumpah yang tidak diniatkan , maka itu bukanlah sumpah, (walau) ia berkata ,” Tidak demi Allah, Ya demi Allah.” Dan dalil bahwa itu termasuk sumpah yang tidak dianggap sebagaimana firman Allah ta`aala,”Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja.” Dan firman Allah ta`alaa,” tetapi Allah menghukum kamu disebabkan (sumpahmu) yang disengaja (untuk bersumpah) oleh hatimu. Maka sumpah tidaklah dianggap kecuali sesuai niatnya, apa yang tidak diniatkan bukan termasuk pekerjaan hati. Juga seperti perkataan Aisyah radhiyallahu anhaa: adapun sumpah yang tidak dianggap adalah ucapan seseorang di dalam rumahnya dengan mengatakan ,” Tidak wallahi, ya wallahi,” yakni bahwa seseorang ketikan ia mengatakannya tidak bermaksud menjadikan sebagai sumpah, maka ini termasuk dari sumpah yang tidak dianggap.” (https://www.islamweb.net/ar/fatwa/352366/)
Sehingga secara hukum syar’i seseorang dianggap bersumpah harus dengan niat yang ada di dalam hatinya, namun hendaknya tidak mudah melafadzkan sumpah kecuali pada perkara yang sangat penting dan tidak membiasakan diri dengan sumpah pada hal yang remeh atau bahkan dengan perkara bohong yang ingin disembunyikannya. Wallahu a`lam.
Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Mu’tashim, Lc. MA. حفظه الله
Sumber: https://bimbinganislam.com/hukum-memperagakan-sumpah/