Pertanyaan:

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

Ustadz bolehkah menjual/membeli buah yang masih ada di batangnya, sedangkan buah tersebut masih muda. seperti durian, seseorang membeli durian yang masih muda dan masih di batangnya kemudian dia tunggu matang (gugur) sampai habis buahnya.

Jazakallahu khair atas jawaban ustadz

Ditanyakan oleh Sahabat BiAS N05 G6

Jawaban:

وعليكم السلام ورحمة الله وبر كاته

Jual beli ijon adalah jual beli yang terlarang di dalam Islam karena ia mengandung unsur gharar/ketidak jelasan.

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata :

أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه و سلم نَهَى عَنْ بَيْعِ الْغَرَرِ. رواه مسلم

“Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang jual-beli yang mengandung unsur gharar/ketidak jelasan.” (HR. Muslim : 1513).

Dan makna dari Gharar ialah sebagaimana yang diterangkan oleh Syaikh Wahbah Az-Zuhaili :

والخلاصة أن بيع الغرر هو البيع الذي يتضمن خطرا يلحق أحد المتعاقدين فيؤدي إلى ضياع ماله

“Jual beli gharar adalah jual beli yang mengandung bahaya yang mengancam salah satu dari penjual atau pembeli sehingga menyebabkan lenyap atau musnahnya harta salah satu dari keduanya”. (Fiqih Islami Wa Adillatuhu : 4/437).

Jual beli ijon dengan tanpa keraguan sama sekali jelas mengandung apa yang beliau isyaratkan. Karena buah yang sudah dibeli bisa saja rusak sebelum dipanen baik karena bencana atau hama atau faktor lainnya. Maka dari itu dalam hadits lain yang lebih gamblang Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam melarang jenis jual beli seperti ini.

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم نَهَى عَنْ بَيْعِ الثَّمَرَةِ حَتَّى تُزْهِىَ قَالُوا وَمَا تُزْهِىَ قَالَ تَحْمَرُّ. فَقَالَ إِذَا مَنَعَ اللَّهُ الثَّمَرَةَ فَبِمَ تَسْتَحِلُّ مَالَ أَخِيكَ؟. متفق عليه

Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang jual beli buah-buahan hingga menua? Para sahabat bertanya ; ‘Apa maksudnya telah menua?”. Beliau menjawab ; ‘Bila telah berwarna merah.’ Kemudian beliau bersabda ; ‘Bila Allah menghalangi masa panen buah-buahan tersebut, maka apa alasannya engkau mengambil harta saudaramu ?” (HR. Bukhari : 2198, Muslim : 1555).

Syaikh Shadiq Muhammad Amin Adh-Dharir berkata ketika mengomentari hadits pertama yang tadi kita nukilkan di awal :

يستفاد من هذا الحديث ثلاثة أحكام : الحكم الأول تحريم بيع الغرر لأن صيغة النهي تدل على التحريم على القول المختار عند الأصوليين ولا تستعمل في غيره إلا مجازا. الحكم الثاني فساد عقد بيع الغرر أي عدم ترتب أي أثر عليه على رأي جماهير العلماء. الحكم الثالث شمول التحريم والفساد لكل بيوع الغرر على رأي القائلين بأن قول الصحابي : نهي النبي صلى الله عليه وسلم عن كذا يدل على العموم

“Hadits tersebut memiliki tiga faidah hukum :

Yang pertama : Pengharaman jual beli Gharar, karena redaksi larangan itu menunjukkan pengharaman berdasarkan pendapat dari para ulama ahli ushul yang terpilih dan tidak digunakan pada selainnya kecuali majaz.

Yang kedua : Rusaknya akad jual beli Gharar maksudnya tidak ada konsekwensi apapun yang harus ditanggung berdasarkan pendapat mayoritas para ulama.

Yang ketiga : Pengharaman serta rusaknya akad jual beli Gharar itu mencakup semua jenis jual beli Gharar, berdasarkan pendapat para ulama yang menyatakan bahwa perkataan sahabat : ‘Larangan Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam dari ini dan itu, menunjukkan keumuman”. (Al-Gharar Fil ‘Uqud Wa Atsaruhu Fit Tathbiqatil Mu’ashirah : 10).

Konsultasi Bimbingan Islam
Ustadz Abul Aswad Al Bayati

Referensi: https://bimbinganislam.com/hukum-jual-beli-ijon/