Pertanyaan:
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Ustadz, saya pernah membaca dalam tanya jawab, pendapat Syeikh Bin Baaz dan Syeikh Al-Utsaimin bahwa bepergian ke negri kafir dengan alasan pemandangan alamnya yang indah (bukan kepentingan berobat, sekolah, pekerjaan / tugas negara) itu hukumnya haram, karena dikhawatirkan akan tumbuhnya cinta pada negeri itu disebabkan pemandangan alamnya yang indah, bukannya yg seharusnya membenci kekafiran negeri itu.
Apakah benar begitu ustadz? Jika benar begitu, bagaimana dengan bali? Apakah bali termasuk negeri kafir yang haram dikunjungi? Atau boleh, karena merupakan bagian dari indonesia?
جَزَاك اللهُ خَيْرًا
(Dari Ratu Di Surabaya Anggota Grup WA Bimbingan Islam BIAS T06-G46).
Jawaban:
وعليكم السلام ورحمة الله وبر كاته
Benar haram hukumnya bagi kita bersafar ke negri kafir kecuali dengan syarat-syarat yang ditetapkan oleh para ulama. Diantaranya yang dinyatakan oleh Syaikh Bin Baz ketika beliau ditanya hukum safar ke negri kafir beliau menjawab :
السفر إلى بلاد الكفار خطير يجب الحذر منه إلا عند الضرورة القصوى يقول النبي صلى الله عليه وسلم: ((أنا بريء من كل مسلم يقيم بين المشركين)) وهذا خطر فيجب الحذر، فيجب على الدولة وفقها الله أن لا تبعث إلى بلاد المشركين إلا عند الضرورة، مع مراعاة أن يكون المبعوث ممن لا يخشى عليه لعلمه وفضله وتقواه، وأن يكون مع المبعوثين من يلاحظهم ويراقبهم ويتفقد أحوالهم، وهكذا إذا كان المبعوثون يقومون بالدعوة إلى الله سبحانه، ونشر الإسلام بين الكفار لعلمهم وفضلهم فهذا مطلوب ولا حرج فيه.
أما إرسال الشباب إلى بلاد الكفار على غير الوجه الذي ذكرنا، أو السماح لهم بالسفر إليها فهو منكر وفيه خطر عظيم، وهكذا ذهاب التجار إلى هناك فيه خطر عظيم؛ لأن بلاد الشرك الشرك فيها ظاهر والمعاصي فيها ظاهرة، والفساد منتشر، والإنسان على خطر من شيطانه وهواه ومن قرناء السوء فيجب الحذر من ذلك.
“Alhamdulillah, safar ke negeri kafir mengandung bahaya, wajib menghindari masalah ini, kecuali jika kondisinya sangat mendesak. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
أنا بريء من كل مسلم يقيم بين المشركين
“Aku berlepas diri dari setiap muslim yang tinggal di antara orang-orang musyrik.”
Ini berarti bahaya, maka wajib dihindari. Wajib bagi pemerintah, semoga Allah memberi taufiq, agar tidak mengirim (para pelajar) ke negeri-negeri kaum musyrikin kecuali terpaksa. Itupun dengan memperhatikan agar orang-orang yang diutus itu tidak dikhawatirkan (tergelincir) karena ilmu, keutamaan dan ketakwaannya. Juga hendaknya menyertakan para pembimbing yang terus memantau dan memperhatikan kondisi mereka.
Demikian pula halnya jika utusan tersebut melaksanakan dakwah kepada Allah, menyebarkan Islam di tengah kaum kafir karena ilmu dan kemuliaan mereka, maka hal ini justru dianjurkan dan tidak ada masalah dengannya.
Adapun mengirim para pemuda ke negeri-negeri kafir tidak dengan kriteria yang telah kami jelaskan atau sekedar mengizinkan mereka bepergian ke sana, maka itu adalah munkar dan mengandung bahaya yang besar. Begitupula kepergian para bisnisman ke sana mengundang bahaya besar. Karena di negeri syirik, kesyirikan di sana tampak dan kemaksiatan serta kerusakan merajalela. Maka seseorang berada dalam bahaya dari godaan setan dan dari teman yang buruk. Maka hal ini harus dihindari.” (Majmu’ Fatawa Syaikh Bin Baz : 24/46).
Larangan ini berlaku umum untuk semua daerah-derah kafir yang dihuni oleh mayoritas orang kafir dan syiar-syiar kekafiran merebak di sana, di sisi yang lain syiar Islam dan kaum muslimin menjadi minoritas, Wallahu a’lam
Konsultasi Bimbingan Islam
Abul Aswad Al Bayati
Referensi: https://bimbinganislam.com/hukum-safar-ke-negri-kafir/