Pertanyaan :

بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta’aala merahmati ustadz dan keluarga, serta seluruh pengurus bimbingan islam ini, aamiin.

Ustadz, mana yang lebih afdhol dzikir dengan suara keras (sampai terdengar orang lain) atau dzikir dengan suara lirih?
Mohon penjelasannya ustadz.

جزاكم الله خيرا وبارك الله فيكم.

(Disampaikan oleh Fulanah, Admin BiAS G08 T23)

Jawaban :

وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

بِسْـمِ اللّهِ

Alhamdulillāh
Alhamdulillah, wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah, wash shalaatu was salaamu ‘alaa rasulillaah, Amma ba’du
Ayyuhal Ikhwan wal Akhwat baarakallah fiikum Ajma’in.

Dzikir secara lirih lebih utama (hanya didengar diri sendiri) walaupun kadang-kadang bisa didengar orang lain di sekitarnya daripada dzikir secara keras (didengar orang lain). Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala,

وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعاً وَخِيفَةً وَدُونَ الجَهْرِ مِنَ القَوْلِ بِالغُدُوِّ والآصَالِ وَلاَ تَكُنْ مِنَ الغَافِلِينَ

“Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.”
(QS. Al-A’raf: 205).

Imam Asy-Syaukani, seorang ahli ilmu dari negeri Yaman rahimahullah menjelaskan tentang kalimat ghafilin dari ayat di atas, yaitu janganlah menjadi orang yang lalai dari dzikir. Dalam ayat ini juga ada perintah untuk berdzikir dengan suara lirih karena berdzikir dengan lirih lebih mendekati ikhlas.
(Lihat Tafsir Fath Al-Qadir, 2/403).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam juga pernah menegur beberapa sahabat dalam sebuah perjalanan, dimana mereka mengeraskan suara mereka saat berdo’a, dan doa tersebut sebagaimana yang telah dimaklumi bagian dari dzikir juga, beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam menegur dan memberikan nasehat dengan sabdanya,

أَيُّهَا النَّاسُ أَرْبِعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ ؛ فَإِنَّكُمْ لَا تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلَا غَائِبًا وَإِنَّمَا تَدْعُونَ سَمِيعًا قَرِيبًا إنَّ الَّذِي تَدْعُونَهُ أَقْرَبُ إلَى أَحَدِكُمْ مِنْ عُنُقِ رَاحِلَتِهِ

“Wahai sekalian manusia, lirihkanlah suara kalian. Kalian tidaklah berdo’a pada sesuatu yang tuli lagi ghoib (tidak ada). Yang kalian seru (yaitu Allah Ta’ala), Maha Mendengar lagi Maha Dekat. Sungguh yang kalian seru itu lebih dekat pada salah seorang di antara kalian lebih dari leher tunggangannya.”
(HR. Ahmad, 4/402. Dan Sanad dalam hadits ini shahih, sesuai syarat Bukhari-Muslim, sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Syu’aib Al Arnauth).

Wallahu Ta’ala A’lam.

Disusun oleh:
Ustadz Fadly Gugul S.Ag. حفظه الله

 

sumber:  https://bimbinganislam.com/dzikir-suara-keras-atau-dzikir-suara-pelan/