Pertanyaan :
بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
Semoga Allah Azza wa Jalla selalu menjaga Ustadz & keluarga.
Apakah boleh zakat fitrah dan zakat mal tidak melalui amil zakat, namun langsung kita berikan kepada yatim piatu di lingkungan tempat kami tinggal dan apakah harus ada ijab kobul nya?
Bagaimana zakat pada zaman nabi masih hidup?
(Disampaikan oleh Fulanah, Disampaikan oleh sahabat BiAS T09-G28)
Jawaban :
وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْـمِ اللّهِ
Alhamdulillāh
Alhamdulillah, wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah, wash shalaatu was salaamu ‘alaa rasulillaah, Amma ba’du
Ayyuhal Ikhwan wal Akhwat baarakallah fiikum Ajma’in.
Boleh zakat fitrah dibayarkan langsung dan tidak melalui amil zakat.
Anak yatim boleh menerima zakat fitrah jika tergolong fakir dan miskin.
Pada zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat, zakat fitrah dibayarkan dengan makanan pokok di negeri tersebut sebesar satu sho’ kurma atau satu sho’ gandum (untuk ukuran berat di Indoesia 2,5 sampai 3 kg). Dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma, beliau mengatakan
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرَضَ زَكَاةَ الفِطْرِ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ، أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ عَلَى كُلِّ حُرٍّ، أَوْ عَبْدٍ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى مِنَ المُسْلِمِينَ
“Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mewajibkan zakat fitri, satu sha’ kurma, atau satu sha’ gandum, untuk semua orang merdeka, budak, baik laki-laki maupun perempuan di kalangan kaum muslimin.”
(HR. Bukhari dan Muslim).
Dan juga tidak perlu ada ijab qobul serta jabat tangan, alasannya karena semisal zakat, sedekah, dan hadiah adalah akad searah dan bersifat sosial, sehingga statusnya sah dengan diserahkan kepada yang berhak, sekalipun tidak ada kesepakatan.
Wallahu Ta’ala A’lam.
Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Fadly Gugul S.Ag. حفظه الله
sumber: https://bimbinganislam.com/bolehkah-menyerahkan-zakat-sendiri-dan-langsung-ke-mustahiq/