Pertanyaan
بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
Ustadz, apakah benar tidak boleh memakai pala untuk bumbu dapur/dimakan, adakah dalil shahihnya?
Syukron Ustadz
(Deti, Sahabat BiAS T07 G-48)
Jawaban
وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
Bismillah, was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Pala yang dibahas oleh para ulama adalah bijinya, adapun buah pala maka tidak mengapa.
Biji pala di dalam bahasa arab disebut dengan nama “Jauzatuth Thib”,disebutkan oleh para ulama ahli fiqih di dalam kitab-kitab mereka bahwa biji pala ini memabukkan. Penelitian modern menyatakan di dalamnya ada kandungan “Miristisin” yang ada di dalam biji pala. Ia adalah zat kimia yang menyebabkan halusinasi ketika kita memakannya dalam jumlah banyak.
Menurut keterangan Syaikh Masyhur Hasan Ali Salman efek halusinasi ini baru akan muncul jika berat biji pala yang kita makan mencapai kadar yang banyak. Maka pendapat yang benar biji pala ini memabukkan sehingga haram dikonsumsi secara sendiri.
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
ما أسكر كثيره فقليله حرام
“Apa yang jika banyaknya memabukkan maka sedikitnya haram.” (HR Tirmidzi: 1865 dishahihkan oleh Imam Al-Albani dalam Irwa’ul Ghalil: 2375)
Adapun mengkonsumsi makanan yang diberi bumbu (biji, ~ed) pala, maka halal dan boleh. Karena pala yang dicampurkan hanya sedikit dan sudah hilang sama sekali pengaruhnya kecuali pada rasa saja.
Lebih jelasnya Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid Al-Halaby menyatakan:
الأخ يسأل يقول ما حكم جوزة الكيب هل حلال أم حرام
“Saudara ini bertanya tentang apa hukum biji pala, apakah ia halal ataukah haram?”
أقول ذكر أهل العلم أن جوزة الطيب مخدرة وبالتالي الأصل فيمن خدر بها أو أكل منها القدر الذي لو أكثر منه لأصابه التخدير أنه محرم لكن استعمال الناس لجوزة الطيب في الحقيقة هو أقرب إلى الحلال منه إلى الحرام فإن الناس عندما يستعملون جوزة الطيب في بعض الحلويات يضعون الحبة والحبتين على الكمية الكبيرة من الطحين أو من السميد أو من أنواع المواد التي تصنع بها فهذا القدر اليسير لا يؤثر بذلك الكم الكبير إلا برائحة أو نكهة لا يمكن أن تكون مخدرة بحيث لو أكلت العشرين كيلوغراما من هذه المادة لن تتخدر لكن لو أكلت غرام واحد من جوزة الطيب وحدها لا يجوز لأن ما أسكر كثيره فقليله حرام إذا القليل من حيثه إذا كان مسكرا الإكثار منه فهو محرم لكن القليل إذا كان ليس فيه الأثر بمخالطته غيره وبالتالى هذا الغير لزمه هذا الأثر فهذا لا يكون داخلا في معنى قوله عليه الصلاة والسلام (ما أسكر كثيره فقليله حرام) وقد استدل أهل العلم على هذا الفهم بقوله عليه الصلاة والسلام (إذا بلغ الماء قلتين لا يحمل الخبث ) ما هو الوجه في ذلك أن الماء الكثير يغلب الخبث القليل فينئذ لو كان الخبث هذا في ماء مثله بحجمه جئنا بقلتي خبث على قلتي ماء هل لا يحمل الخبث أم يحمله يحمله لأنه لم يعد مكاثرا فهذا كهذا والله تعالى أعلم
“Aku katakan para ahli ilmu menyatakan bahwa biji pala ini memabukkan, sehingga otomatis setiap yang memabukkan atau jika dikonsumsi dalam jumlah banyak memabukkan maka ia haram. Hanya saja pengunaan manusia terhadap biji pala ini lebih mendekati ke halal dari pada haramnya. Karena manusia ketika menggunakan biji pala ini ke dalam manisan mereka meletakkan sebiji atau dua biji ke dalam tepung yang jumlahnya sangat besar, atau ke dalam samid atau bahan lain yang akan dijadikan manisan. Sehingga biji pala yang sangat sedikit ini tidak berpengaruh sama sekali terhadap jumlah manisan yang sangat besar ini kecuali hanya tersisa bau, atau rasa yang tidak mungkin akan memabukkan.
Yang mana jika seseorang mengkonsumsi dua puluh kilo gram dari bahan ini (manisan) tidak akan mabuk. Tapi jika seseorang memakan satu gram saja biji pala maka ini tidak boleh, karena yang memabukkan itu sedikit atau banyaknya tetap haram. Karena jika banyaknya haram maka sedikitnya juga haram. Akan tetapi jika yang sedikit ini tidak berpengaruh ketika dicampurkan dengan materi lain, maka otomatis materi lain ini yang dicampur tadi tidak berlaku padanya ucapan Nabi; ‘Sesuatu yang banyaknya memabukkan, maka sedikitnya pun haram’.
Para ahli ilmu berhujjah atas benarnya pemahaman ini dengan ucapan Nabi -shalallahu ‘alaihi wa sallam;- ‘Jika air telah mencapai dua kullah maka ia tidak membawa najis‘.
Bagaimana sisi pendalilannya, bahwa air yang banyak ini mendominasi/mengalahkan kotoran yang sedikit. Maka dari itu seandainya kotorannya ini berjumlah sama dengan airnya, kita mencampurkan dua kulah kotoran dengan dua kulah air, apakah air ini tidak menjadi najis? jawabnya menjadi najis karena airnya tidak mendominasi. Maka kasus biji pala ini semisal dengan kasus air ini, wallahu a’lam.”
(Dari tanya jawab kajian berjudul “Iqtidha’ul Ilmi Al-‘Amalu oleh Syaikh Ali Hasan Al-Halaby: http://www.kulalsalafiyeen.com/vb/showthread.php?t=18022)
Kesimpulannya adalah biji pala itu memabukkan jika dikonsumsi dalam jumlah banyak, adapun penggunaan biji pala yang sedikit pada masakan atau dicampur dengan makanan lain yang jumlahnya lebih banyak, maka tidak mengapa.
Wallahu a’lam, wabillahi taufiq.
Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Abul Aswad Al Bayati حفظه الله
Referensi: https://bimbinganislam.com/biji-pala-dapat-menyebabkan-mabuk/