Pertanyaan:

Ustadz izin bertanya, di antara cara agar ikhlas dalam menuntut ilmu ialah dengan menyampaikan ilmu kepada orang lain, namun di sisi lain kita harus berilmu sebelum menyampaikannya. Jadi bagaimana jika kita ditanya ketika menyampaikan kepada orang lain padahal kita baru tau sedikit, apakah jika kita menjawab “tidak tahu” sebagai bentuk kehati-hatian termasuk menyembunyikan ilmu? Syukron, jazakallahu khoiiran.

(Ditanyakan oleh Santri Mahad BIAS)

 

Jawaban:

Bila Telah Yakin akan Kebenarannya
Bismillah. Kesempurnaan dan keindahan agama Islam di antaranya terlihat dari proses transfer ilmu yang di lakukan, antara perintah untuk menuntut ilmu dan menyebarkannya, membutuhkan keseimbangan yang harus dijalankan. Menuntut ilmu agama dengan dalil dan menyebarkannya dengan dalil, sehingga prinsip ini yang hendaknya harus dijaga, sehingga keabsahan dan kebenaran bisa digabungkan dalam dua sisi.

Selama seseorang mengetahui suatu ilmu pengetahuan yang didapatkan dari suatu dalil yang diyakini kebenarannya, maka tidak selayaknya untuk menyembunyikannya dari pihak yang sedang membutuhkannya. Maka bila ia melihat seseorang bertanya dan membutuhkan jawaban tersebut maka tidak seyogyanya ia mengatakan tidak tahu atau menolaknya, walaupun yang kita tahu hanya sedikit, sampaikan sebatas yang kita tahu bila ia membutuhkannya. Selama ia memang tidak berniat menundanya karena suatu kepentingan, karena akan di sampaikan pada waktunya. Menyembunyikan ilmu padahal kita mengetahuinya maka ada ancaman dalam masalah ini, sebagaimana firman Allah ta`ala:

وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ لَتُبَيِّنُنَّهُ لِلنَّاسِ وَلَا تَكْتُمُونَهُ

Dan (ingatlah), ketika Allâh mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu): “Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan janganlah kamu menyembunyikannya!” [Ali-‘Imrân/3:187]

الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمْ ۖ وَإِنَّ فَرِيقًا مِنْهُمْ لَيَكْتُمُونَ الْحَقَّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ

Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian diantara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui. [Al-Baqarah/2:146]

Bila Belum Yakin akan Kebenarannya
Namun bila ia tidak tahu atau tidak begitu mengetahui dengan baik, ia hanya sekadar mendengar belum membentuk suatu keyakinan terhadap kebenaran dari kesimpulannya maka diperbolehkan ia tidak menjawabnya atau mengatakan tidak tahu terhadap permasalahan yang ditanyakan. Karena bila ia menjawabnya maka ia akan menyesatkannya dan akan terkena dengan ancaman terhadap orang yang mengatakan sesuatu tentang Allah dan rasulnya atas dasar kejahilan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَلَا تَقُوْلُوْا لِمَا تَصِفُ اَلْسِنَـتُكُمُ الْكَذِبَ هٰذَا حَلٰلٌ وَّهٰذَا حَرَا مٌ لِّـتَفْتَرُوْا عَلَى اللّٰهِ الْكَذِبَ ۗ اِنَّ الَّذِيْنَ يَفْتَرُوْنَ عَلَى اللّٰهِ الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُوْنَ

“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta ‘Ini halal dan ini haram,’ untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tidak akan beruntung.” [QS. An-Nahl: 116]

Bila memang sangat dibutuhkan jawaban, maka sebaiknya menolongnya untuk mendapatkan jawaban tersebut atau mengalihkannya kepada orang yang di anggap tahu dalam masalah ini. Sehingga nantinya akan terjadi transfer ilmu yang sangat dibutuhkan dengan baik dan benar, yang akan membawa seorang hamba kepada kebahagiaan yang hakiki di dunia dan akhirat, serta akan melahirkan pahala besar dan kebaikan terhadap umat ini. Sebagaimana firman Allah ta`alaa:

Dari Abu Umamah al-Baahili radhiyallahu ‘anhubahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,

« إِنَّ اللَّهَ وَمَلاَئِكَتَهُ وَأَهْلَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ، حَتَّى النَّمْلَةَ فِى جُحْرِهَا وَحَتَّى الْحُوتَ، لَيُصَلُّونَ عَلَى مُعَلِّمِ النَّاسِ الْخَيْرَ »

“Sesungguhnya Allah dan para Malaikat, serta semua makhluk di langit dan di bumi, sampai semut dalam lubangnya dan ikan (di lautan), benar-benar bershalawat/mendoakan kebaikan bagi orang yang mengajarkan kebaikan (ilmu agama) kepada manusia”[ HR at-Tirmidzi (no. 2685) dan ath-Thabrani dalam “al-Mu’jamul kabiir” (no. 7912)).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ

“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893).

Semoga Allah menjadikan kita bagian dari hamba yang terus semangat untuk mencari hidayah dari Allah dengan ilmu dan amal shalih serta menyebarkannya kepada umat manusia sebagai bentuk baiknya umat dengan amar makruf nahi mungkar yang selalu di jaga dan diterapkan, sebagaimana firman Allah ta`ala:

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar.” (QS. Ali Imran: 110).

Karenanya, semua harus ada porsinya untuk menyampaikan sejauh apa yang kita tahu. Bila mengetahui kita menjawabnya dengan apa yang kita ketahui, dan bila ia ragu atau tidak jelas atau benar tidak tahu dan menjawabnya dengan tidak tahu, maka tidak mengapa, insyaallah, dengan tetap berusaha mencarikan tahu jawaban dari apa yang dibutuhkan oleh saudara kita.. Wallahu a`lam.

Dijawab dengan ringkas oleh:
USTADZ MU’TASIM, Lc. MA. حفظه الله