Pertanyaan

بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Ustadz, ana ingin bertanya:

Mengenai carut marut suasana politik dan berita-berita di medsos yang banyak sekali perang media saling menghujat dan tentang PKI serta Syi’ah yang sedang hangat-hangatnya dibincangkan di medsos-medsos di Indonesia mulai bermunculan.

Selain itu mengenai konflik di negara Syam/Syria yang membuat hati ini kadang ingin menjerit dan menangis melihat kekejamaan Assad dan pendukungnya yang membantai tiada henti.
Hari ini juga ada berita mengenai penembakan dubes Rusia di Turki.

Bagaimana menyikapinya, Ustadz?
Menginhat kami sebagai muslim yang masih belajar sunnah dikit demi dikit dan berusaha mengamalkannya.

Menjerit rasanya hati ini Ustadz , melihat muslim dibantai dimana-mana.

Apa yang harus kita perbuat dalam menyikapi banyaknya masalah yang ada pada umat Islam?

Syukron, Ustadz.
Jazaakallaahu khoiron.

(Fulan, Admin BiAS N01)

Jawaban

وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْـمِ اللّهِ

Pertama kita harus terlebih dulu sadar dimana posisi kita, ketika kita sebagai orang yang memiliki wewenang besar untuk suatu kebijakan, maka maksimalkan peran itu.
Gunakan seluruh power untuk membantu dan berpartisipasi memenangkan Islam.

Namun jika kita sebagai orang awam, maka taraf maksimalnya tentu saja berbeda dengan yang berkedudukan atau berwenang.
Minimal kita mengaplikasikan Hadits an-Nu’man bin Basyir dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang satu tubuhnya kaum muslimin, beliau bersabda:

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ، مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى.

“Perumpamaan kaum mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan bahu-membahu, seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam”. [HR al-Bukhari no. 6011, Muslim no. 2586 dan Ahmad IV/270]

Jika satu tubuhnya kaum muslimin telah dirasakan, dengan empati, sedih terhadap mereka, marah kepada yang mendzolimi mereka, lalu wujudkan dengan praktek nyata dengan doa, membantu mereka dengan apa yang kita bisa, dengan donasi rupiah kah, tenaga kah, atau yang lainnya.
Gerakan satu tubuh dan praktek nyata ini tentu saja harus sesuai dengan kadar atau posisi kita saat ini.

Namun pesan saya, mari kita mulai berubah dari diri sendiri, mulai dari lingkup terkecil dan mulai saat ini juga, dalam 4 hal yang menjadi tolok ukur sempurnanya keimanan. Sebagaimana dalam Hadits dijelaskan;

مَنْ أَحَبَّ لِلَّهِ وَأَبْغَضَ لِلَّهِ وَأَعْطَى لِلَّهِ وَمَنَعَ لِلَّهِ فَقَدْ اسْتَكْمَلَ الْإِيمَانَ

“Barangsiapa mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah, dan tidak memberi karena Allah, maka dia berarti telah sempurna imannya”. [HR. Abu Dawud]

Yakni mencintai, membenci, memberi, dan menolak karena Alloh.
Jika selama ini kita hanya bisa mencintai dan memberi karena Alloh, kita tingkatkan lagi dengan 2 hal lainnya, yaitu membenci dan menolak karena Alloh. Jika hanya bisa mencintai atau merasaka empati terhadap saudara muslim yang terdzolimi, juga hanya bisa berdonasi rupiah, maka tingkatkan lagi dengan mengamalkan 2 hal lainnya, agar kesempurnaan Iman dapat terwujud.

Seperti membenci karena Alloh, membenci para musuh Islam dengan mendoakan balasan Alloh atas mereka, atau tidak mendzolimi saudara kita, tidak melakukan sesuatu yang justru merusak hubungan atau jadi sebab kerusakan ukhuwah.

Juga menolak karena Alloh dengan tidak menerima hal-hal yang diharamkan, seperti suap, harta haram, dsb. Insya Alloh jika 4 hal ini kita amalkan maka bukan hanya kesempurnaan Iman sebagaimana dalam hadits yang menjadi ganjaran bagi kita, namun juga persatuan kaum muslimin

Wallohu A’lam
Wabillahit Taufiq

Dijawab dengan ringkas oleh :
Ustadz Rosyid Abu Rosyidah حفظه الله

Referensi: https://bimbinganislam.com/cara-menyikapi-berbagai-masalah-yang-menimpa-umat-islam/