Pertanyaan:

Ustadz, saya mau bertanya mengenai adab bersaudara, jadi begini, saudara saya ini (laki-laki) beliau orangnya kasar, suka main tangan dengan perempuan, terkadang lisannya juga kasar, sulit menerima nasihat dan ada rasa arogan di hatinya.

Karena satu rumah dengan beliau jadi berpengaruh dengan pribadi saya ustadz, saya juga terpancing emosi dan berbicara kasar, karena sering dikerasin hati saya juga ikutan berpengaruh ustadz dan beliau juga pernah main tangan sama saya.

Lantai saya membela diri dan beliau menyalahkan saya karena ucapan saya yang kasar, saya rasakan perbedaan ini karena memang kalau saya tinggal di tempat saudara yang lain atau kumpul dengan orang yang saling menyayangi, berbicara juga penuh kasih sayang, ramah dan sopan, pribadi/jiwa saya juga ikut berpengaruh, saya merasakan kedamaian dan ketenangan.

Beda halnya dengan yang saya rasakan saat tinggal satu rumah dengan saudara saya yang tadi, pun saat saya berbuat baik atau berkata dengan sopan beliau bilang palsu, pencitraan seolah-olah saya ini buruk saja di matanya, jadi yang mau saya tanyakan, apakah sikap dan sifat saya seperti itu salah Ustadz? Apa yang harus saya perbuat supaya hati saya juga tidak ikutan keras, penuh ketenangan dan tetap istiqomah dalam kebaikan? Mohon nasihatnya Ustadz.

(Disampaikan oleh Anggota Grup WA Sahabat BiAS)

 

Jawaban:

Alhamdulillah, wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah, wash shalaatu was salaamu ‘alaa rasulillaah, Amma ba’du.

Hidup di dunia pada hakikatnya adalah ujian untuk meraih kesuksesan hidup dunia dan akhirat. Sebagaimana ujian-ujian yang dilakukan bagi para pelajar pada hakikatnya ujian adalah untuk menaikkan derajatnya. Bahkan seseorang terkadang sengaja mengikuti ujian-ujian tertentu dalam rangka untuk mengetahui kemampuannya.

Semakin tinggi derajat yang hendak diraih maka ujian yang dihadapi juga semakin sulit dan berat. Untuk masalah yang sedang Anda hadapi, ingatlah pesan berharga dari pepatah bijak;

“Membalas kejelekan dengan kejelekan adalah salah dan tindakan tak terpuji juga.”

 

Menghadapi Hidup dengan Menggapai Derajat Mulia
Derajat keimanan akan semakin tinggi seiring keberhasilan seseorang dalam mengahadapi ujian atau cobaan yang Allah berikan kepadanya. Dalam hadits sahih Rasulullah bersabda,

أَشَدُّ النَّاسِ بَلَاءً الْأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ يُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِيْنِهِ فَإِنْ كَانَ فِيْ دِيْنِهِ صَلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَ إِنْ كَانَ فِيْ دِيْنِهِ رِقَّةً ابْتُلِيَ عَلَى قَدْرِ دِيْنِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِي عَلَى الأَرْضِ وَ مَا عَلَيْهِ خَطِيْئَةٌ

“Orang yang paling banyak mendapat cobaan adalah para nabi, kemudian yang semisalnya kemudian yang setelahnya. Seorang diberi bala’ (ujian) sesuai dengan kualitas agamanya. Apabila agamanya kuat maka semakin besar ujiannya dan bila agamanya lemah maka diuji sesuai dengan ukuran agamanya. Terus ujian menimpa seorang hamba hingga dibiarkan berjalan diatas bumi tanpa ada dosa sama sekali.” (HR Ahmad dan an-Nasa’i dan dinilai Shahih oleh al-Albani dalam Shahih al-Jaami’ no. 994)

Nasihat Tetaplah Nasihat, Bersabarlah!
Nasihat kami adalah bersabar dan selalu mendoakan kebaikan dan hidayah untuk saudara atau kakak/adik Anda. Nabi dan Rasul saja dibilang gila, tukang sihir, orang aneh, maka diperlukan kesabaran extra dalam berpegang teguh dengan ajaran Islam dan harus kita yakini bahwa pertolongan Allah Ta’ala bersama orang-orang yang sabar. Mengalah, atau . . . Jika mengalah lebih menambah hubungan baik, maka lebih baik mengalah, dan jangan mengundang kemarahan dan perkelahian, hindari konfrontasi sebisa mungkin.

Jika hal ini tidak bisa, adik kakak tetap bertengkar, maka lebih baik tidak tinggal dalam satu rumah dulu, lebih baik pisah sambil tetap menjaga hubungan baik dengan saudara/i kandung, Ingat, jangan putus hubungan, dan hal ini bukan memutus hubungan silaturahim.

Ini adalah tindakan yang perlu diambil sebagai tindakan pencegahan terakhir, bila upaya damai gagal dilalui, daripada satu atap dengan saudara akan tetapi saling menyakiti, atau salah satu terzalimi dan tidak mampu mencegah kezaliman tersebut, maka menarik diri adalah sikap terbaik. Walau bagaimanapun, upaya islah dan perdamaian antara satu keluarga itu selalu diusahakan dan patut diperjuangkan.

Wallahu Ta’ala A’lam.

Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Fadly Gugul S.Ag. حفظه الله

 

Sumber: https://bimbinganislam.com/solusi-bila-kerap-bertengkar-dengan-saudara-anggota-keluarga/