Pertanyaan:

بسم الله الرحمن الر حيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ustadz, Afwan mau bertanya.
Apakah semua kaum muslimin yang pernah bersyahadat akan dapat meminum air dari telaga Rasūlullāh ﷺ kelak? Bagaimana dengan pelaku Bid’ah?
Mohon penjelasannya, ustadz.
Syukran, jazkallāhu khairan wa bārakallāhu fiik ustadz.

[Ditanyakan oleh Sahabat BiAS T07]

Jawaban:

وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ الله وَبَرَكَاتُهُ
بِسْـمِ الله

Alhamdulillāhi rabbil ālamīn

Washshalātu wassalāmu ‘alā rasūlillāh, wa ‘alā ālihi wa ash hābihī ajma’īn.

Afwan Wajazākallāh khairan katsiran wa fīka bārakallāhu ,

Kita selalu memohon kepada Allah taufiqNya, petunjukNya.

Apa yang kita lakukan saat ini akan sangat berpangaruh terhadap nasib kita kelak di telaga Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim No.247:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «تَرِدُ عَلَيَّ أُمَّتِي الْحَوْضَ، وَأَنَا أَذُودُ النَّاسَ عَنْهُ، كَمَا يَذُودُ الرَّجُلُ إِبِلَ الرَّجُلِ عَنْ إِبِلِهِ» قَالُوا يَا نَبِيَّ اللهِ أَتَعْرِفُنَا؟ قَالَ: ” نَعَمْ لَكُمْ سِيمَا لَيْسَتْ لِأَحَدٍ غَيْرِكُمْ تَرِدُونَ عَلَيَّ غُرًّا مُحَجَّلِينَ مِنْ آثَارِ الْوُضُوءِ، وَلَيُصَدَّنَّ عَنِّي طَائِفَةٌ مِنْكُمْ فَلَا يَصِلُونَ، فَأَقُولُ: يَا رَبِّ هَؤُلَاءِ مِنْ أَصْحَابِي. فَيُجِيبُنِي مَلَكٌ، فَيَقُولُ: وَهَلْ تَدْرِي مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ؟

Dari Abu Hurairah dia berkata, Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Umatku menemuiku di telaga, dan aku menghalau umat lain darinya sebagaimana seseorang menghalau unta orang lain dari untanya.” Mereka bertanya, “Wahai Nabi Allāh , apakah engkau mengenal kami?” Beliau menjawab: “Ya.” Kalian memiliki tanda yang tidak dimiliki oleh umat yang lain. Kalian menemuiku dalam keadaan putih bersinar karena bekas air wudhu. Dan sungguh sekelompok dari kalian akan dihalau dariku, sehingga kalian tidak sampai kepadaku. Lalu aku berkata : “Wahai Rabbku, mereka adalah para sahabatku.” Allāh menjawab “Apakah kamu tahu apa yang terjadi setelah kepergianmu?”

Ketika mensyarah hadits ini, Imam An-Nawawi menukilkan perkataan Ibnu Abdil Bar ketika beliau mengatakan :

مَنْ أَحْدَثَ فِي الدِّينِ فَهُوَ مِنَ الْمَطْرُودِينَ عَنِ الْحَوْضِ كَالْخَوَارِجِ وَالرَّوَافِضِ وَسَائِرِ أَصْحَابِ الْأَهْوَاءِ قَالَ وَكَذَلِكَ الظَّلَمَةُ الْمُسْرِفُونَ فِي الْجَوْرِ وَطَمْسِ الْحَقِّ وَالْمُعْلِنُونَ بِالْكَبَائِرِ قَالَ وَكُلُّ هَؤُلَاءِ يُخَافُ عَلَيْهِمْ أَنْ يَكُونُوا مِمَّنْ عَنُوا بِهَذَا الْخَبَرِ وَاللَّهُ أَعْلَمُ

Siapa yang membuat hal baru dalam syariat agama, maka ia termasuk orang yang terusir dari telaga (saat hari kiamat), seperti orang khawarij, orang syiah rafidhah, dan seluruh orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya, begitu juga orang-orang yang dhalim sangat jahat dan meninggalkan kebenaran serta orang-orang yang terang-terangan berbuat dosa besar. Mereka semua dikhawatirkan akan masuk kedalam golongan ini, Wallāhu a’lam

Memang, ketika menjelaskan siapa yang dimaksud dalam hadits di atas, para ulama berselisih pendapat, tetapi, jika ternyata yang benar adalah perkataan Ibnu Abdil Bar ini, tentunya kita menjadi khawatir, di saat terik panas begitu menyengat, keringat bisa menenggelamkan badan, namun nasib kita terusir kemudaian tidak bisa minum dari telaga Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam dikarenakan kita membawa penghalang. Alangkah sedihnya hati kita saat itu, alangkah malangnya nasib kita jika seperti itu keadaannya,Wal’iyyādzubillāh. Menangispun sudah tidak ada manfaatnya, mau kembali ke dunia pun sudah tertutup jalannya.

Sehingga mari, kita berusaha untuk mengamalkan yang kita yakini bahwa Allāh dan Rasul-Nya menginginkan hal tersebut. Amal ibadah yang masih diragukan, apakah disyariatkan atau tidak, kita tinggalkan terlebih dahulu.

Bahkan jika kita melaksanakan apa yang Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam tuntunkan dalam hadits-haditsnya, hingga ketika umur kita habis, pasti kita belum bisa melaksanakan semuanya.

Wallāhu a’lam

Wabillāhittaufiq

Dijawab dengan ringkas oleh :
? Team Tanya Jawab Bimbingan Islam

Referensi: https://bimbinganislam.com/nasib-pelaku-bidah-di-telaga-rasulullah-shallallahu-alaihi-wa-sallam/