Pertanyaan:

Bismillaah… Ustadz izin bertanya, berdasarkan hadits tentang Rukun Islam yang telah dibahas di pertemuan 1 Mahad BiAS, ana menemukan perbedaan urutan dengan yang ada di hadits dan yang biasa ana hafal. Bagaimana menyikapinya? Dan bagaimana pengamalan dalam ibadahnya? Jazaakallaahu Khoiron

(Ditanyakan oleh Santri Kuliah Islam Online Mahad BIAS)

 

Jawaban:

الحمد لله و الصلاة و السلام على رسول الله , وبعد :

Bismillahirrahmanirrahiim.

Semoga Anda dan kita semua senantiasa diberikan lindungan Allah, hidayah dan kebahagiaan di dalam kehidupan dunia dan akhirat.

Dalam ilmu hadist terkait perbedaan lafadz, susunan kalimat, tambahan faidah atau perbedaan lainnya adalah sesuatu yang sering didapatkan. Selama kesahihan riwayat dan isi hadist dinyatakan sahih sesuai standar ilmu hadist, maka hadist tersebut bisa dijalankan dipergunakan sebagai landasan dalam beribadah. Begitu sebaliknya, bila ada cacat dan kekurangan dari sisi riwayat dan materinya maka hadist tersebut menjadi lemah, palsu atau yang lainnya, sehingga hadist tersebut tidak bisa diamalkan dalam beribadah.

Misal dari hadist yang terkait dengan rukun Islam sebagaimana yang disebutkan di dalam Shahih Bukhari, ada beberapa (dua) jalur periwayatannya. Jalur dari sahabat Ibnu Umar dan jalur dari riwayat utusan Abul Qais.

عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ

“Dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Islam dibangun di atas lima (tonggak): Syahadat Laa ilaaha illa Allah dan (syahadat) Muhammad Rasulullah, menegakkan shalat, membayar zakat, hajji, dan puasa Ramadhan”. (Shahih Bukhari No 08 : 1/18)

قَالَ أَتَدْرُونَ مَا الْإِيمَانُ بِاللَّهِ وَحْدَهُ قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ شَهَادَةُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَإِقَامُ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءُ الزَّكَاةِ وَصِيَامُ رَمَضَانَ وَأَنْ تُعْطُوا مِنْ الْمَغْنَمِ الْخُمُسَ

“‘Tahukah kalian apa arti beriman kepada Allah satu-satunya?’ Mereka menjawab: ‘Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.’ Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan: ‘Persaksian tidak ada ilah kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan dan mengeluarkan seperlima dari harta rampasan perang’.” (Shahih Bukhari No 41 : 1/21)

Didapatkan dalam riwayat tersebut perbedaan penyebutan kata haji dalam hadist utusan Abdul Qais sedangkan di riwayat Ibnu Umar menyebukkan kata haji.

Berbagai pendapat dalam menafsirkan kedua hadist di atas, antara yang menyatakan bahwa yang lebih sahih dan lengkap adalah hadist abul Qais daripada hadist Anas, hadist Anas disebutkan setelah adanya syariat haji sedangkan pada hadist Abdul Qais sebelumnya dan sebagainya.

Ringkasnya, silakan cek kembali hadist hafalan Anda dan apa yang didapatkan di dalam kitab. Pahami arahan dan pendapat para ulama hadist di dalam menyikapinya. Bisa jadi tidak ada pertentangan di antara keduanya sehingga bisa dilakukan jama`/ dijalankan semuanya atau dipilih mana yang lebih kuat/rajih, sehingga menanggalkan hadis yang dianggap lemah.

Wallahu a`lam.

Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Mu’tashim, Lc. MA. حفظه الله

 

Sumber: https://bimbinganislam.com/sikap-dengan-perbedaan-lafadz-hadist/