Pertanyaan
بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُه
Ustadz, apabila anak-anak tumbuh dalam didikan yang kurang baik dalam keluarganya (orang tua sering saling menjelekkan satu sama lain di depan anak-anaknya sehingga menimbulkan rasa tidak hormat dari anak-anak kepada orang tuanya, serta akhlak dan adab anak-anak yang kurang baik terhadap orang tuanya karena melihat contoh orang tuanya yang kurang baik tersebut).
Anak-anaknya tahu bahwa sikap mereka merupakan perbuatan durhaka kepada orang tua, akan tetapi karena sudah tertanam sejak kecil kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik, seringkali anak-anaknya menjadi lepas kontrol meskipun sudah berusaha untuk bersikap santun, tapi kemudian menyesali perbuatan tersebut.
Bagaimana solusinya ya ustadz karena anak-anak dan orang tua tinggal berdekatan yang setiap hari pasti bertemu.
Jazaakallahu khayran wa baarakallahu fiyk.
( Penanya : Siti Nursholiah, admin T07)
Jawaban
وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْـمِ اللّهِ
Alhamdulillāh
Washshalātu wassalāmu ‘alā rasūlillāh, wa ‘alā ālihi wa ash hābihi ajma’in.
Salah satu yang perlu disadari oleh orangtua tentang baik dan buruknya anak adalah hidayah , dan hidayah itu hanya milik Alloh.
Syeikh Musthofa Al-‘Adawi dalam kitabnya Fiqh Tarbiyatul Abna’ menjelaskan dalam bab pertama berkaitan dengan hal yang wajib diketahui oleh para orangtua adalah :
الهادي هو الله، والمهتدي هو من يريد لله به خير ,
Bahwa yang memberikan hidayah (kebaikan) hanyalah Alloh, dan barang siapa yang telah diberi kebaikan (sifat, amal perbuatan, dll) adalah siapa yang dikehendaki baik oleh Alloh.
» Maka beberapa kesalahan orangtua adalah terlalu bergantung pada lisannya dalam menasehati anaknya.
Sering kita dengar, ‘Oalah nak.. kan sudah ayah beritahu kalau itu salah’.
Seakan-akan baik buruknya anak, benar salahnya anak, ada pada kekuatan nasihat orangtua, semakin sering menasehati mestinya semakin baik akhlaq seorang anak.
Padahal yang tepat semua itu disandarkan pada Alloh, perbanyak meminta dan berdo’a pada Alloh.
Jika masih susah dinasehati, maka minta pada Alloh agar melembutkan hati sang anak, agar mengetuk hati sang anak.
Jika marah pada anak, maka ganti umpatan dengan do’a kebaikan untuk ana, karena marahnya orantua pada anak (karena kesalahan atau kenakalan) terkumpul padanya 2 sebab terkabulnya doa , yakni doa orang yang terdzolimi dan doa orangtua pada anaknya. Insya Alloh akan dikabulkan.
Kemudian selanjutnya, tidaklah tercela ketika orangtua menjauhkan anak darinya dalam rangka memberi pendidikan terbaik pada anak. Seperti tatkala Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam lahir, disusui oleh ibundanya Aminah hanya 3-7 hari pertama saja (dengan banyaknya perbedaan riwayat tentangnya), selebihnya disusui oleh 3 ibu susu beliau yakni; Ummu Aiman, Tsuwaibah, dan Halimah.
Apa tujuannya?
Untuk menjaga keaslian lingkungan yang baik, yakni di pedesaan yang masih natural bahasa serta adat istiadatnya/fithrohnya.
Begitupula di zaman kita dengan menyekolahkan anak di pesantren, baik usia dini atau remaja, serta pesantren mahasiswa jika sudah kuliah.
Jika sudah menikah? Pilihkan lingkungan yang baik untuknya, carikan komunitas yang baik, seperti perumahan atau perkampungan santri yang kental suasana islaminya.
Maka untuk kasus diatas, jika sang anak sudah mengetahui hakikat durhaka, maka coba tanamkan rasa sayang pada orangtua dengan mengingat pengorbanan mereka saat merawat di kala kecil, hamilnya sang ibu, berjuangnya ayah mencari ma’isyah, dll.
Juga anggap ketika bermuamalah pada orangtua itu sejatinya sama dengan bermuamalah pada Alloh , karena Alloh sendiri yang memerintahkannya, dan jika buruk muamalahnya pada orangtua sama halnya dengan buruk muamalahnya pada Alloh.
Seringlah pula mendengar kajian tentang birrul walidain, serta berkumpul dengan ikhwah yang beradab pada orangtua.
Wallohu A’lam
Wabillahit Taufik
Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Rosyid Abu Rosyidah حفظه الله
Referensi: https://bimbinganislam.com/menyikapi-anak-yang-tidak-menghormati-orang-tuanya/