Pertanyaan :
بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُه
Semoga Allah Ta’ala senantiasa menjaga Ustadz beserta keluarga. Aamiin yaa Robbal alamiin.
Ijin bertanya Ustadz, bagaimana hukumnya khitbah lewat video call? Ikhwannya sudah menyatakan keseriusannya ke orang tua akhowat, namun karena keterbatasan jarak dan waktu, saat ini kami hanya bisa berkomunikasi lewat video call dengan didampingi orang tua pihak wanita. Mohon penjelasannya Ustadz.
جزاك الله خيرا
(Disampaikan oleh Admin BIAS T09 G-10)
Jawaban :
وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْـمِ اللّهِ
Alhamdulillah, wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah, wash shalaatu was salaamu ‘alaa rasulillaah, Amma ba’du.
Apa yang diharamkan bagi akhwat di dunia nyata juga diharamkan di dunia internet. Apabila seorang akhwat dilarang berduaan dengan lelaki asing di dunia nyata, maka ia juga dilarang berduaan dengan lelaki asing di dunia internet. Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلاَّ كَانَ ثَالِثَهُمَا الشَّيْطَانُ
“Tidaklah sekali-kali seorang lelaki berkhalwat dengan seorang wanita, melainkan yang ketiganya adalah setan.”
(HR Ahmad : 1/18, Tirmidzi : 2165).
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda :
إِيَّاكُمْ وَالدُّخُوْلَ عَلَى النِّسَاءِ. فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْأَنْصَارِ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَفَرَأَيْتَ الْحَمْوَ؟ قَالَ: الْحَمْوُ الْمَوْتُ
“Hati-hati kalian dari masuk ke tempat para wanita!”
Ada seseorang dari kalangan Anshar berkata, “Wahai Rasulullah, apa pendapatmu dengan hamwu (ipar)?”
“Al-Hamwu adalah maut,” jawab Nabi.
(HR. Bukhari : 5232)
Dan karena fitnah wanita itu teramat sangat dahsyat tak ada bisa selamat darinya kecuali sedikit. Syaikh Ali Al Farkus Al Jazairi menyatakan :
فالمراسلة مع المرأة الأجنبية والمكالمة معها ولو بحجّة التعرّف أو دعوى الزواج غير جائزة شرعًا سواء بالوسائل العادية أو عبر الإنترنت لما في ذلك من فتح باب الفتنة، وتوليد دوافعَ غريزيةٍ تبعث في النفس حُبَّ الْتِمَاسِ سُبُلِ اللقاءِ والاتصال وما يترتّب على ذلك من محاذيرَ لا يُصان فيها العِرض ولا يحفظ بها الدِّين، لقوله صلى الله عليه وآله وسلّم: «مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ»(١- أخرجه البخاري في «النكاح» (4706)، ومسلم في «الرقاق» (7121)
“Surat menyurat dan ngobrol dengan wanita asing itu meskipun dengan alasan ta’aruf atau alasan hendak menikahinya adalah sesuatu yang tidak diperbolehkan secara syar’i. Sama saja baik dengan menggunakan sarana komunikasi biasa atau melalui internet, karena hal itu menjadi pembuka pintu fitnah dan memotivasi timbulnya dorongan kuat yang menggejola di dalam jiwa untuk menyentuh dan bertemu langsung atau berkomunikasi terus menerus.
Dan juga keburukan lain yang mengakibatkan jiwa dan agama menjadi tidak aman dan tidak terjaga. Ini semua berdasarkan sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam : “Aku tidak meinggalkan fitnah yang lebih membahayakan bagi lelaki melebihi bahayanya wanita.”
(HR Bukhari : 4706, Muslim : 7121).
(Sumber : Fatawa Syaikh Muhammad Ali Al Farkus no. 568)
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin pula menyatakan :
لا_يجوز لأي إنسان أن يراسل امرأة أجنبيَّة عنه ؛ لما في ذلك من فتنة ، وقد يظن المراسِل أنه ليس هناك فتنة ، ولكن لا يزال به الشيطان حتى يغريه بها ويغريها به
وقد أمر صلى الله عليه وسلم مَن سمع الدجال أن يبتعد عنه ، وأخبر أن الرجل قد يأتيه وهو مؤمن ولكن لا يزال به الدجال حتى يفتنه
ففي مراسلة الشبان للشابات فتنة عظيمة وخطر كبير ، ويجب الابتعاد عنها ، وإن كان السائل يقول إنه ليس فيها عشق ولا غرام
“Tidak boleh bagi siapa saja untuk surat menyurat kepada wanita asing karena di dalamnya terdapat fitnah. Terkadang si pelaku menganggap tidak ada fitnah, akan tetapi syaithan senantiasa menjerumuskan hingga ia bisa menyesatkan si pelaku dan si wanita asing tadi.
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam telah memerintahkan bagi siapa yang mendengar Dajjal agar menjauh darinya. Dan beliau mengabarkan ada lelaki beriman yang justru mendatangi Dajjal, akan tetapi Dajjal senantiasa mempengaruhinya hingga berhasil menjerumuskannya.
Dalam aktifitas surat menyurat yang dilakukan seorang pemuda terhadap pemudi asing (yang bukan mahram-pent) terdapat fitnah yang besar dan bahaya yang dahsyat dan wajib untuk menjauhinya meski si penanya menyatakan tidak ada perasaan rindu atupun cinta kepadanya.”
(Fatawa Mar’ah Muslimah : 2/578).
Akan tetapi jika proses khitbah yang dilakukan melalui internet dirasa benar-benar aman dari penipuan, amanah dan disaksikan serta dihadiri wali serta mahram maka sebagian ulama menyatakan bolehnya perbuatan tersebut.
Meski sebenarnya hal tersebut sangat rentan penipuan, maka dari itu kami menganjurkan untuk tetap dilangsungkan di satu majelis sebagaimana proses khitbah pada umumnya.
Wallahu a’lam
Wabillahit taufiq
Dijawab dengan ringkas oleh :
Ustadz Abul Aswad Al Bayati, حفظه الله تعالى
Referensi: https://bimbinganislam.com/bagaimana-hukumnya-khitbah-melalui-medsos-dengan-didampingi-mahrom/