Pertanyaan

بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Ustadz, saat ini saya bekerja di Singapura, dengan orang non muslim. Dan hampir setiap hari saya masak daging babi. Saat waktu shalat, saya harus sembunyi-sembunyi untuk shalat, bahkan jika ada atasan.. saya terpaksa meninggalkan shalat. Apakah shalat saya sah ?

جَزَاكَ الله خَيْرًا

(Devi, SAHABAT BiAS T07 G-45)

Jawaban

Wa’alaikumussalam warahmatullah wabarakatuh

Bismillah

Alhamdulillāh
Washshalātu wassalāmu ‘alā rasūlillāh, wa ‘alā ālihi wa ash hābihi ajma’in

Shalatnya sah jika memang badan, pakaian, serta lokasi telah suci dari babi. Namun penanya berdosa karena telah melakukan berbagai macam perbuatan dosa berupa tinggal di negeri kafir, memasak dan menyajikan babi, maka segeralah bertaubat dan berusaha mencari jenis pekerjaan halal di negri muslim sehingga kita akan bebas melaksanakan ajaran agama kita.

Ribuan bahkan jutaan kaum muslimin lainnya bisa bertahan hidup meski tidak bekerja di negeri kafir, bahkan tidak sedikit yang menjadi jutawan dengan tetap tinggal di negeri muslim dan bekerja dengan jenis pekerjaan halal.

Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz, ketika beliau ditanya hukum safar ke negeri kafir, beliau menjawab :

السفر إلى بلاد الكفار خطير يجب الحذر منه إلا عند الضرورة القصوى يقول النبي صلى الله عليه وسلم: ((أنا بريء من كل مسلم يقيم بين المشركين)) وهذا خطر فيجب الحذر، فيجب على الدولة وفقها الله أن لا تبعث إلى بلاد المشركين إلا عند الضرورة، مع مراعاة أن يكون المبعوث ممن لا يخشى عليه لعلمه وفضله وتقواه، وأن يكون مع المبعوثين من يلاحظهم ويراقبهم ويتفقد أحوالهم، وهكذا إذا كان المبعوثون يقومون بالدعوة إلى الله سبحانه، ونشر الإسلام بين الكفار لعلمهم وفضلهم فهذا مطلوب ولا حرج فيه.

أما إرسال الشباب إلى بلاد الكفار على غير الوجه الذي ذكرنا، أو السماح لهم بالسفر إليها فهو منكر وفيه خطر عظيم، وهكذا ذهاب التجار إلى هناك فيه خطر عظيم؛ لأن بلاد الشرك الشرك فيها ظاهر والمعاصي فيها ظاهرة، والفساد منتشر، والإنسان على خطر من شيطانه وهواه ومن قرناء السوء فيجب الحذر من ذلك.

“Alhamdulillah, safar ke negeri kafir mengandung bahaya, wajib menghindari masalah ini, kecuali jika kondisinya sangat mendesak. Nabi shallallāhu alayhi wa sallam bersabda :

أنا بريء من كل مسلم يقيم بين المشركين

“Aku berlepas diri dari setiap muslim yang tinggal di antara orang-orang musyrik.”

Ini berarti bahaya, maka wajib dihindari. Wajib bagi pemerintah, semoga Allāh memberi taufiq, agar tidak mengirim (para pelajar) ke negeri-negeri kaum musyrikin kecuali terpaksa. Itupun dengan memperhatikan agar orang-orang yang diutus itu tidak dikhawatirkan (tergelincir) karena ilmu, keutamaan dan ketakwaannya. Juga hendaknya menyertakan para pembimbing yang terus memantau dan memperhatikan kondisi mereka.

Demikian pula halnya jika utusan tersebut melaksanakan dakwah kepada Allah, menyebarkan Islam di tengah kaum kafir karena ilmu dan kemuliaan mereka, maka hal ini justru dianjurkan dan tidak ada masalah dengannya.

Adapun mengirim para pemuda ke negeri-negeri kafir tidak dengan kriteria yang telah kami jelaskan atau sekedar mengizinkan mereka bepergian ke sana, maka itu adalah munkar dan mengandung bahaya yang besar. Begitu pula kepergian para bisnisman ke sana mengundang bahaya besar, karena di negeri syirik.. kesyirikan di sana tampak dan kemaksiatan serta kerusakan merajalela. Maka seseorang berada dalam bahaya dari godaan setan dan dari teman yang buruk. Maka hal ini harus dihindari.” (Majmu’ Fatawa Syaikh Bin Baz : 24/46).

Wallahu A’lam
Wabillahit Taufiq

Dijawab dengan ringkas oleh :
Ustadz Abul Aswad Al Bayati حفظه الله

Referensi: https://bimbinganislam.com/hukum-bekerja-di-negara-mayoritas-kafir/