Pertanyaan :

بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Semoga Ustadz dan keluarga selalu dalam kebaikan dan lindungan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Ustadz saya mau nanya. Akhir-akhir ini, banyak di kalangan remaja yang gemar dengan bintang korea. Mereka mengidolakan pemeran film/drama, penyanyi band dari negara tersebut. Bagaimana Islam memandang idola?
Apa yang harusnya dilakukan para remaja sekarang agar tidak terjebak pada pengidolaan yang berlebihan?

Terima kasih, ustad

(Disampaikan oleh Fulan, penanya dari media sosial bimbingan islam)

Jawaban :

وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Bismillah Walhamdulillah Washalatu Wassalamu Ala Rasulillah, Amma Ba’du.

Penanya yang dirahmati Allah. Semoga kita dalam lindungan Allah Ta’ala.
Mengidolakan dan menggandrungi pada akhirnya meneladani. Bukan hal yang baru di tengah masyarakat kita khususnya para remaja. Kita sering melihat gaya rambut, telinga dan fashion yang beraneka ragam, semuanya digugu dan ditiru agar mirip dengan sang idola.

Contoh kasusnya ketika seorang wanita muslimah berjilbab naik di atas panggung musik, lalu dikecup oleh sang idola, bukan kepalang bahagianya ia bahkan terbawa oleh suasana emosional sampai ia menangis bahagia bisa berjumpa dengan sang idola.

Indonesia dikenal oleh dunia dengan masyarakat ketimuran, yang menjaga adab dan sopan santun dalam bertutur kata dan berpakaian.
Namun seiring berkembangnya zaman adab dan sopan santun makin hari makin menurun. Karena itu anak-anak remaja banyak meniru budaya barat dalam segala hal, salah satu pintu masuknya dari perfilman, olah raga dan yang lainnya. Dampaknya yaitu mengikuti gaya hidup bebas, free sex, mabuk dan merosotnya moral.

Anas bin Malik, beliau menceritakan bahwa seseorang bertanya pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Kapan terjadi hari kiamat, wahai Rasulullah?”

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,
“Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?”

Orang tersebut menjawab,

مَا أَعْدَدْتُ لَهَا مِنْ كَثِيرِ صَلاَةٍ وَلاَ صَوْمٍ وَلاَ صَدَقَةٍ ، وَلَكِنِّى أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ

“Aku tidaklah mempersiapkan untuk menghadapi hari tersebut dengan banyak shalat, banyak puasa dan banyak sedekah. Tetapi yang aku persiapkan adalah cinta Allah dan Rasul-Nya.”

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,

أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ

“(Kalau begitu) engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat lain di Shohih Bukhari, Anas mengatakan,

فَمَا فَرِحْنَا بِشَىْءٍ فَرَحَنَا بِقَوْلِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – « أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ » . قَالَ أَنَسٌ فَأَنَا أُحِبُّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ بِحُبِّى إِيَّاهُمْ ، وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِمِثْلِ أَعْمَالِهِمْ

“Kami tidaklah pernah merasa gembira sebagaimana rasa gembira kami ketika mendengar sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: Anta ma’a man ahbabta (Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai).”

Anas pun mengatakan,

فَأَنَا أُحِبُّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ بِحُبِّى إِيَّاهُمْ ، وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِمِثْلِ أَعْمَالِهِمْ

“Kalau begitu aku mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar, dan ‘Umar. Aku berharap bisa bersama dengan mereka karena kecintaanku pada mereka, walaupun aku tidak bisa beramal seperti amalan mereka.”

Imam An-Nawawi rahimahullah mengatakan; Itulah keutamaan orang yang mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, orang sholeh, pelaku kebaikan yang masih hidup atau pun yang telah mati. Namun, kecintaan ini dilakukan dengan melakukan perintah Allah dan Rasul-Nya, menjauhi setiap larangan dan beradab sesuai yang diajarkan oleh syari’at Islam.
(Lihat Syarh Muslim, 8/483)

Lihatlah bagaimana perbedaan antara yang mengidolakan aktor, aktris, selebriti dan olahragawan dengan yang mengidolakan Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam, tentunya sama-sama mengikuti dan meneladani. Akan tetapi perbedaannya pada akhir kehidupan seseorang.

Dalam riwayat Thobroni dalam Mu’jamnya, dari ‘Aisyah secara marfu’ (sampai pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam),

لَا يُحِبّ أَحَد قَوْمًا إِلَّا حُشِرَ مَعَهُمْ يَوْم الْقِيَامَة

“Tidaklah seseorang mencintai suatu kaum melainkan dia akan dikumpulkan bersama mereka pada hari kiamat nanti.”
(Lihat ‘Aunul Ma’bud, 11/164, Asy Syamilah).

Siapa yang mau dikumpulkan di hari kiamat bersama dengan orang-orang pelaku maksiat atau orang-orang kafir[?]

Solusinya
Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallan bersabda :

أًدِّبُوا أَوْلَادَكُمْ عَلَى ثَلَاِث خِصَالٍ : حُبَّ نَبِيِّكُمْ ، وَحُبِّ أَهْلِ بَيْتِهِ ، وَقِرَاءَةِ القُرْآَنِ ، فَإِنَّ حَمَلَةَ القُرْآَنِ فِي ظِلِّ اللهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلًّهُ مَعَ أَنْبِيَائِهِ وَ أًصْفِيَائِهِ

“Didiklah anak-anak kalian tiga hal ; cinta kepada nabi, cinta kepada keluarga nabi, dan membaca Al-Qur’an. Karena sesungguhnya para pembawa Al-Qur’an akan berada di bawah naungan Allah bersama para nabi pada hari tiada naunganlain selain naungan Allah bersama para Nabi dan Piliha-Nya”.
(Hadits ini diriwayatkan oleh Ad-Dailami (1/1/24) dari Ja’far bin Muhammad Al-Husain, didhoifkan oleh Syaikh al-Albani dalam al-Jaami’ ash-Shaghir, Hlm. 36 No. 251)

Para Ayah dan Ibu ajarilah sedini mungkin tentang kehidupan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallan, para sahabat dan orang-orang shaleh, agar terekam dalam pikiran mereka tentang kehidupan mereka yang bisa diteladani dan ditiru. Jika tidak dilakukan sejak dini, maka ketika dewasa anak-anak dan remaja akan mencari sosok idola yang mereka akan jadikan panutan.

Penyair Arab mengatakan :

فَتَشَبًّهٌوْا إِنْ لَمْ تَكُوْنُوْا مِثْلَهُمْ*** إِنَّ التَشَبُّهَ بِالْكِرَامِ فَلَاحُ

Maka teladanilah mereka meskipun kamu tidak seperti mereka, karena menyerupai orang-orang mulia adalah keberuntungan.

Semoga bermanfaat pembahasan tentang hukum mengidolakan artis korea dalam islam ini.

Disusun oleh:
Ustadz Abu Rufaydah, Lc., MA. حفظه الله

 

sumber:  https://bimbinganislam.com/hukum-mengidolakan-artis-korea-dalam-islam/