Pertanyaan :
بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
Ustadz, semoga Allah berikan keberkahan selalu.
Ustadz Bagaimana pandangan Islam mengenai Donor Organ?
Dan bagaimana hukumnya?
Jazaakallah khairan
(Disampaikan Oleh Fulanah,Sahabat BIAS T09-G16)
Jawaban :
وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْـمِ اللّهِ
Alhamdulillāh
Alhamdulillah, wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah, wash shalaatu was salaamu ‘alaa rasulillaah, Amma ba’du
Ayyatuhal Akhwat baarakallah fiikunna.
Hukum donor organ manusia dirinci :
1. Jika masih hidup, kemudian seseorang ingin mendonorkan organnya maka ini tidak boleh dan terlarang karena keumuman hadits Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam
عن جابر ـ رضي الله عنه ـ أنه قال: خرجْنا مع رسول الله ـ صلّى الله عليه وسلم ـ في جنازة فجلس النبيّ على شَفير القبر وجلسْنا معه، فأخرج الحَفّار عظمًا ـ ساقًا أو عضوًا ـ فذهب ليكسِره، فقال النبي ـ صلى الله عليه وسلم, “لا تكسرْها، فإنّ كسرَك إيّاه ميّتًا ككسرِك إياه حَيًّا، ولكن دُسَّه في جانب القبر”هذا الحديث رواه مالك وابن ماجه وأبو داود بإسناد صحيح
Dari Jabir radhiallahu ‘anhu: kami keluar bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam mengantar jenazah, beliau duduk di pinggir kuburan dan kami pun juga demikian.
Lalu seorang penggali kubur mengeluarkan tulang (betis atau anggota) dan mematahkannya (menghancurkannya). Maka nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Jangan kamu patahkan tulang itu. Kamu patahkan meski sudah meninggal sama saja dengan kamu patahkan sewaktu masih hidup. Benamkanlah di samping kuburan.”
(HR. Malik dan Ibnu Majah dengan sanad shahih).
2. Jika seseorang meninggal, kemudian dia ingin berwasiat mendonorkan organnya (bukan jual beli organ, kesadaran sendiri tidak ada paksaan), seperti ucapan : “anakku, saya mungkin meninggal sebentar lagi, saya wasiatkan ginjal saya untuk saudara kecilmu yang kelainan ginjal, semoga cocok untuk dia”.
Dan menurut dokter ahli, tidak ada pengobatan selain jalan ini (dharurat), maka hal ini dibolehkan dengan alasan:
# kaidah: bahwa mahslahat orang hidup lebih diutamakan dari mashlahat kehormatan orang yang sudah meninggal.
# fatwa dari Majma’ al-Fiqh al-Islami, Bolehnya memindahkan anggota tubuh dari orang mati ke orang hidup :
يجوز نقل عضو من ميت إلى حي تتوقف حياته على ذلك العضو، أو تتوقف سلامة وظيفة أساسية فيه على ذلك؛ بشرط أن يأذن الميت أو ورثته بعد موته، أو بشرط موافقة ولي المسلمين إن كان المتوفى مجهول الهوية أو لا ورثة له
“Boleh hukumnya memindahkan organ tubuh mayyit kepada orang hidup yang sangat bergantung keselamatan jiwanya dengan organ tubuh tersebut, atau fungsi organ vital sangat tergantung pada keberadaan organ tersebut.
Dengan syarat si mayit atau ahli warisnya mengizinkan. Atau dengan syarat persetujuan pemerintah muslim jika si mayyit seorang yang tidak dikenal identitasnya dan tidak memiliki ahli waris.”
(Sumber: Fatawa lit thabibil Muslim)
Wallahu Ta’ala A’lam.
Disusun oleh:
Ustadz Fadly Gugul S.Ag. حفظه الله
sumber: https://bimbinganislam.com/hukum-donor-organ-tubuh-dalam-islam/