Pertanyaan:

بسم الله الرحمن الر حيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Afwan ustadz, saya mau tanya.
Bagaimana dengan keadaan orang yang taat agama (rajin sholat baik sholat wajib maupun sunnah) tapi ucapan dan sikapnya sering menyakiti hati orang lain? Dan bagaimana kita menyikapinya?

جَزَاكَ الله خَيْرًا

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ditanyakan oleh Sahabat BiAS T08-G50

Jawaban:

وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ الله وَبَرَكَاتُهُ

بِسْـمِ الله

Alhamdulillāhi rabbil ālamīn

Washshalātu wassalāmu ‘alā rasūlillāh, wa ‘alā ālihi wa ash hābihi waman tabi’ahum bi ihsānin Ilā yaumil Qiyāmah. Amma ba’du

Afwan Wajazākallāh khairan katsiran atas pertanyaan dan do’a yang antum sampaikan. Semoga Allah memberikan kita rezeki berupa tetangga yang baik, dan menjauhkan kita dari tetangga buruk atau menyadarkan tetangga tetangga yang buruk.

Sungguh termasuk malapetaka dalam belajar agama di era modern saat ini adalah menyepelekan adab atau akhlaq, ia belajar tauhid ataupun fiqh, namun tidak ia terapkan dalam kehidupan sosialnya.

Terdapat hadits Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam yang menceritakan ketika para sahabat mengadukan kepada beliau shallallāhu ‘alaihi wa sallam tentang wanita yang menyepelekan akhlaq, ia rajin sholat dan puasa sunnah, juga gemar bersedekah, namun tetangganya sering sakit hati karena lisan ataupun ucapannya. Kemudian Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam pun bersabda,

لاَ خَيْرَ فِيْهَا، هِيَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ

“Tidak ada kebaikan di dalam dirinya dan dia adalah penduduk neraka.”

Para sahabat lalu menyampaikan tentang wanita lain,

وَفُلاَنَةُ تُصَلِّي الْمَكْتُوْبَةَ، وَتُصْدِقُ بِأَثْوَارٍ ، وَلاَ تُؤْذِي أَحَداً؟

“Ada wanita lain yang hanya melakukan shalat fardhu (tidak menambah dengan yang sunnah) dan bersedekah dengan gandum ala kadarnya, namun ia tidak mengganggu tetangganya.”
Beliau bersabda,

هِيَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ

“Dia adalah dari penduduk surga” [Silsilah Shohihah 190]

Jika qaddarullah bertetangga dengan orang yang seperti itu, setidaknya ada 3 hal yang bisa dilakukan, dan semuanya Insyaallāh ada landasan dan pahalanya.

Sabar hingga berpisah darinya
Sebagaimana hadits dari Abu Dzar radhiallahu ‘anhu tentang 3 orang yang dicintai Allah dan 3 orang yang dibenci Allah, 3 orang yang dicintai yakni;

الرَّجُلُ يَلْقَى الْعَدُوَّ فِي الْفِئَةِ فَيَنْصِبُ لَهُمْ نَحْرَهُ حَتَّى يُقْتَلَ أَوْ يُفْتَحَ لِأَصْحَابِهِ وَالْقَوْمُ يُسَافِرُونَ فَيَطُولُ سُرَاهُمْ حَتَّى يُحِبُّوا أَنْ يَمَسُّوا الْأَرْضَ فَيَنْزِلُونَ فَيَتَنَحَّى أَحَدُهُمْ فَيُصَلِّي حَتَّى يُوقِظَهُمْ لِرَحِيلِهِمْ وَالرَّجُلُ يَكُونُ لَهُ الْجَارُ يُؤْذِيهِ جِوَارُهُ فَيَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُ حَتَّى يُفَرِّقَ بَيْنَهُمَا مَوْتٌ أَوْ ظَعْنٌ

“Seorang lelaki yang berhadapan dengan musuh dalam barisan perang kemudian dia memasang badannya hingga terbunuh atau membukakan kemenangan untuk para sahabatnya, suatu kaum yang melakukan perjalanan jauh sampai-sampai mereka berkeinginan untuk menyentuh tanah (tidur karena ngatuk), kemudian mereka berhenti dan salah seorang dari mereka menjauh dari yang lain lalu melaksanakan shalat sehingga tiba saat membangunkan mereka untuk berangkat lagi, dan seorang lelaki yang mempunyai tetangga yang menyakitinya namun dia bersabar atas perbuatan tetangganya sehingga keduanya dipisahkan oleh kematian, atau bepergian”

Dan 3 orang yang dibenci oleh Allah adalah;

التَّاجِرُ الْحَلَّافُ أَوْ قَالَ الْبَائِعُ الْحَلَّافُ وَالْبَخِيلُ الْمَنَّانُ وَالْفَقِيرُ الْمُخْتَالُ

“Penjual yang banyak mengobral sumpah (untuk melariskan barang dagangannya), orang yang bakhil yang suka menyebut-nyebut pemberian dan orang fakir yang sombong” [HR Ahmad 20377]

Mendoakannya
Hendaklah berdoa dengan apa yang diajarkan oleh Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam:

اللهمَّ إنَّيْ أعُوْذُ بِكَ مِنْ جَارِ السُّوءِ في دَارِ الإقَامَةِ فإنَّ جَارَ البَادِيَةِ يَتَحَوَّلُ

“Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari tetangga yang buruk di akhirat, karena sejatinya tetangga badui (di dunia) bisa berganti-ganti” [Silsilah Shohihah 1443]

Mengadukannya
Terdapat hadits dari sahabat Abu Hurairah yang diriwayatkan Abu Dawud dalam sunannya, yakni ketika kesabaran sudah meluber-luber dan belum ada perubahan pada tetangga, maka Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam memerintahkannya untuk melemparkan semua barang miliknya ke jalan (luar rumahnya), sehingga orang-orang pun heran dan menanyakan alasannya, dan ketika tau bahwa tetangga buruklah alasannya, mereka berbondong bondong melaknat atau mendoakan keburukan bagi tetangga tersebut, hingga akhirnya keluarlah sang tetangga buruk tersebut sembari meminta maaf dan berjanji tidak akan berbuat dzolim lagi.
Hadits ini silahkan jika ingin diamalkan di zaman sekarang, yakni mengeluarkan barang miliknya ke jalanan, namun menurut hemat ana masih ada solusi lain yang bisa diikhtiarkan, yakni melalui perangkat masyarakat yang ditunjuk resmi, baik itu ketua RT atau RW, sampaikan dengan jelas dan obyektif, tidak perlu ditambah-tambahi atau dikurangi, tetap jelaskan dengan santun, bahwa tujuan anda adalah meminta perangkat masyarakat untuk memediasi dan menasehati sang tetangga buruk tersebut.

Saudaraku, sungguh, tak ada kulit durian yang tak tajam, tak ada manusia yang sempurna. Justru dari keberagaman itulah banyak hikmahnya. Sebab akan selalu ada kekurangan yang melekat dalam diri kita, begitupula tetangga. Tidak menutup kemungkinan tetangga yang dzolim tadi juga memanggap ada kedzoliman dari diri kita. Mari kita terus bersikap obyektif sembari bersabar dan memuhasabah diri.
Solusi yang perlu kita jaga adalah, bagaimana dapat meredam perbedaan yang ada selama tidak melanggar rambu syariat, serta menjalin komunikasi positif dengan menjunjung tinggi adab dan akhlaq. Insyaallāh pahala yang menaungi diri anda.

Wallāhu a’lam, Wabillāhittaufiq

Dijawab dengan ringkas oleh:
? Ustadz Rosyid Abu Rosyidah حفظه الله

Referensi: https://bimbinganislam.com/cara-menyikapi-ahli-ibadah-yang-buruk-akhlaknya/