Pertanyaan:
Bismillah, ustadz. Saya ingin bertanya. Bagaimana cara kita dalam mencintai habib?
(Ditanyakan oleh Santri Kuliah Islam Online Mahad BIAS)
Jawaban:
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله، وصحبه، أما بعد:
Bismillah.
Mencintai mereka, sama halnya mencintai orang-orang yang dianggap wali Allah atau orang-orang yang beriman dan bertakwa. Mencintai mereka, baik orang-orang yang dianggap sebagai keturunan atau pewaris nabi, dengan cara menjaga wibawa mereka supaya mereka tetap bisa memberikan contoh yang baik kepada kita untuk lebih mencintai, mengikuti, menjaga sunnah-sunnah nabi dan tidak melakukan ritual ibadah yang bertentangan dengan ajaran-ajarannya. Inillah kaidah yang harus kita bangun. Bahwa kecintaan kita dan penghormatan seyogyanya kita arahkan kepada mereka orang-orang yang benar-benar mencintai nabi, bukan hanya sebatas pengakuan lisan. Cinta kepada nabi harus dengan bukti, itulah yang harus kita lakukan, karena iman dan cinta mereka kepada Allah dan RasulNya lah, kita pun memperlakukan dan mencintai mereka dengan sepenuh pemuliaan.
Bila benar mereka sebagai keturunan nabi, seharusnya mereka buktikan dengan perilaku mereka yang benar-benar cinta kepada Nabi dan syariat yang dibawanya. Tidak hanya sekadar pengakuan. Bila ucapan cinta, namun agama Islam mereka cabik-cabik, maka tentunya mereka bukanlah sebenar-benarnya keluarga, bisa jadi seorang pengkhianat yang ingin merusak Islam dari dalam.
Allah Ta’ala berfirman:
{ وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا} [النساء: 115]
Artinya: “Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasinya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahanam, dan Jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. An Nisa’: 115)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika dibacakan kepadanya.
عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يقول: « فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِى فَلَيْسَ مِنِّى »
Artinya: “Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang membenci sunnahku maka bukan dariku.”
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ } [الحجرات: 1]
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Hujurat:1)
Sebgaimana yang di katakan oleh Imam Malik :
من ابتدع في الإسلام بدعة يراها حسنة ، فقد زعم أن محمدا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم خان الرسالة ، لأن الله يقول : { الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ } فما لم يكن يومئذ دينا ، فلا يكون اليوم دينا
Artinya: “Barangsiapa yang berbuat bid’ah di dalam agama Islam yang ia anggap sebagai bid’ah hasanah, maka sungguh ia telah menuduh bahwa Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengkhianati risalah, karena Allah Ta’ala berfirman: “Hari telah Ku sempurnakan bagi kalian agama kalian.” Jadi, apa saja yang pada hari ini bukan sebagai agama, maka tidaklah hari ini dia menjadi agama.” (Lihat kitab Al ‘Itisham, 1/49.)
Tentunya kita mencoba lebih mengutamakan dan menghormati mereka lebih dari manusia lain, karena terkumpulnya jalur iman/taqwa dan juga jalur nasab yang mulia. Sebagaimana yang dilakukan oleh para salaf di dalam mengagungkan para keluarga nabi:
Syaikhul Islam berkata, “Ahlussunnah melaksanakan dan menjaga wasiat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang ahli bait. Di antaranya, sabda beliau pada hari Ghadir Khum,
«أُذَكِّرُكُمُ اللَّهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي»
‘Aku ingatkan kalian akan Allah tentang ahli baitku.’” (Muslim hadits no. 2408. Ahmad IV/366)
Syaikhul Islam berkata, “Begitu pula sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada pamannya, al-Abbas, yang mengadukan tindakan sebagian orang Quraisy yang menyakiti Bani Hasyim,
«وَالَّذِي نَفْسِ بِيَدِهِ لاَ يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحِبُّوكُمْ لِلَّهِ وَلِقَرَابَتِي»
‘Demi Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya, tidak sempurna keimanan mereka hingga mereka mencintai kalian karena Allah dan karena kekerabatan kalian denganku.’” (Ahmad I/207)
Penjelasan:
Ahlussunah tidak mendudukkan ahli bait melampaui yang semestinya dan membenci orang-orang yang bersikap berlebihan kepada ahli bait yang mengangkatnya hingga memiliki hak uluhiyah (hak untuk diibadahi). Seperti yang dilakukan oleh Abdullah bin Saba’ terhadap Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu, dengan mengatakan kepada beliau, “Engkau adalah Allah.”
Sehingga, bila kita mengaku cinta kepada ahlul bait seharusnya kita melakukan amalan berikut, antara lain:
1. Mengagungkan Mereka dengan Pantas
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda. “Artinya : Dan terhadap ahli baitku, aku ingatkan kalian kepada Allah tentang ahli baitku”. Beliau mengulang ucapannya sampai tiga kali” [HR Muslim : 24028]
2. Mencintai dan Mendo’akan Kebaikan
Berdasarkan keumuman firman Allah yang berbunyi. Artinya: Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdo’a : “Ya Rabb kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantuan lagi Maha Penyayang” [Al-Hasyr : 10]
Imam Bukhari telah meriwayatkan dalam kitab shahih-nya bahwa Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu pernah berkata kepada Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu: “Sungguh aku lebih senang menyambung tali kekerabatan kepada keluarga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam daripada keluargaku sendiri” [HR Bukhari : 3712]
3. Membela dari Hujatan
Termasuk bentuk membela Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah membela ahli bait dan keluarganya, lebih-lebih para istri beliau, khususnya Aisyah Radhiyallahu ‘anhuma yang Allah telah sucikan dirinya dari segala tuduhan.
4. Menasehati Ahli Bait yang Bersalah
Ahli bait adalah manusia biasa, tidak ma’shum dan kesalahan. Mereka ada yang shalih dan ada yang fajir. Kemuliaan nasab ahli bait tidak akan berarti sama sekali apabila tidak diiringi dengan keimanan dan ketaqwaan. Karena orang yang mulia di sisi Allah adalah orang yang beriman dan bertaqwa. Allah berfirman. “Artinya : …Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu” [Al-Hujurat : 13]
5. Berholawat Kepada Mereka
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata : “Demikian pula ahli bait Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mempunyai hak-hak yang wajib dijaga. Sungguh Allah telah menjadikan bagi mereka hak dalam seperlima harta ghonimah dan fa’i, dan telah memerintahkan kita untuk bershalawat kepada mereka dan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam” [Majmu Fatawa 3/407]
Itulah di antara amalan yang bisa kita lakukan untuk mencintai orang orang yang beriman, baik dari kalangan para ulama, para keturunan Nabi atau dari kaum muslimin.
Wallahu a`lam.
Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Mu’tashim, Lc. MA. حفظه الله
Sumber: https://bimbinganislam.com/cara-mencintai-habib/