Pertanyaan :

بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Semoga Allah selalu menjaga Ustadz dan keluarga. Izin bertanya ustadz.
Ibu ana dulu kesulitan ekonomi sehingga pernah – maaf – mencuri ikan asin lumayan agak besar di warung. Ibu ana sekarang sangat menyesalinya. Bagaimana cara bertaubat dari dosa tersebut?

jazakumullahu khairan ustadz dan tim bimbingan islam semuanya.

(Disampaikan oleh Fulanah, Sahabat BiAS T06-G17)

Jawaban :

وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

بِسْـمِ اللّهِ

Alhamdulillāh
Alhamdulillah, wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah, wash shalaatu was salaamu ‘alaa rasulillaah, Amma ba’du
Ayyatuhal Akhwat baarakallah fiikunna.

Mencuri adalah tergolong dosa besar dan pelakunya wajib bertaubat nasuha kepada Allah Ta’ala.

فعن أبي حميد الساعدي قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : (والله لا يأخذ أحد منكم شيئاً بغير حقه إلا لقي الله يحمله يوم القيامة ، فلأعرفن أحداً منكم لقي الله يحمل بعيراً له رغاء ، أو بقرةً لها خوار ، أو شاة تيعر ، ثم رفع يده حتى رئي بياض إبطه يقول : اللهم هل بلغت ؟

Dari Abu Humaid As-Sa’idi, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Demi Allah, semua orang yang mengambil sesuatu tanpa menggunakan cara yang benar itu pada hari kiamat nanti akan menghadap Allah sambil memikul sesuatu yang dia ambil tersebut.
Sungguh, aku akan mengenal salah seorang kalian yang menghadap Allah sambil memikul unta yang bersuara, sapi yang bersuara, atau kambing yang sedang mengembik.”
Nabi kemudian mengangkat tangannya sehingga putihnya ketiak beliau pun tampak, lalu beliau berkata, “Ya Allah, bukankah aku telah menyampaikan?”
(HR. Bukhari, no. 6578. dan Muslim, no. 1832).

Cara Taubat Dari Mencuri
Adapun barang yang dicuri adalah adalah harta orang lain, maka harta ini harus dikembalikan atau diganti dengan nilai (uang misalkan) yang setimpal.
Jika tidak memungkinkan karena ini membongkar aib yang lama dan mudharat yang ditimbulkan akan lebih besar (kemungkinan besar) maka yang cara atau tahapan hendaknya dilakukan sebagaimana keterangan Imam Ibnu Qoyyim al Jauziyah rahimahullah:

Harta/barang yang diambil tanpa ridha pemiliknya (mencuri, merampok, menipu, dan sebagainya) dan tidak diinginkan penggantinya, barang tersebut harus dikembalikan.
Jika tidak bisa dikembalikan (ketidakmungkinan), maka akan menjadi beban utang yang wajib dilunasi.
Jika tidak bisa ditunaikan sampai pemiliknya meninggal, maka wajib dikembalikan pada ahli warisnya.
Jika tidak bisa pula, disedekahkan atas nama dirinya.

Jika pemiliknya menghendaki hal tadi diganti pahala untuknya pada hari kiamat, maka ia berhak mendapatkannya.
Jika ia enggan, maka ia bisa mengambil kebaikan-kebaikan orang yang mengambil hartanya tanpa izin tadi. Kebaikan yang diambil setara dengan harta yang telah diambil tanpa izin.
(lihat pembahasan secara lengkap dalam kitab Zaad Al-Ma’ad, 5/690)

Wallahu Ta’ala A’lam.

 

Disusun oleh:
Ustadz Fadly Gugul S.Ag. حفظه الله

 

sumber: https://bimbinganislam.com/jika-dahulu-pernah-mencuri-maka-beginilah-cara-taubat-dari-mencuri/