Pertanyaan

بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Ustadz, apakah nama dan sifat Allah yang tercantum dalam Al – Qur’an tergolong ayat mutasyabihat?

Syukron Ustadz

(ABN0605_Dody_Surabaya’69)

Jawaban

وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْـمِ اللّهِ

Alhamdulillāh
Washshalātu wassalāmu ‘alā rasūlillāh, wa ‘alā ālihi wa ash hābihi ajma’in

Yang perlu dipahami dulu adalah pengertian ayat Mutasyabih yaitu ayat yang maknanya tidak jelas, berkebalikan dengan ayat Muhkam yang makna dari ayat – ayatnya jelas dan tidak tersembunyi.
Dari sinipun bisa melahirkan sebuah pertanyaan, tidak jelasnya ayat mutasyabih itu menurut siapa? Dan adakah yang tidak paham dari jelasnya ayat muhkam?

Tentu saja kita melihat dari sudut pandang kita sebagai makhluq, bukan Sang Kholiq Alloh Jalla wa ‘Alaa. Sebab Al – Quran diturunkan sebagai pedoman untuk kita sebagai makhluqNya. Yang demikian pun tidak lepas dari pertanyaan, bukankah ada sebagian orang yang menilai ayat sebagai mutasyabihat, sedangkan yang lain menilainya sebagai sesuatu jelas?

Karena itulah tatkala membahas ayat mutasyabih kita bisa bagi menjadi dua; Mutasyabih yang Hakiki & Mutayabih yang Majazi.

Mutasyabih Hakiki maksudnya ayat yang samar, tidak jelas dan tidak dapat diketahui oleh akal manusia, seperti sifat-sifat khusus Allah Jalla wa ‘Alaa. Meskipun kita mengetahui makna standart dari sifat-sifat tersebut, tapi kita tidak pernah tahu makna khusus, hakikat dan juga bentuknya, sebagaimana firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala;

لَا تُدْرِكُهُ الْأَبْصَارُ وَهُوَ يُدْرِكُ الْأَبْصَارَ ۖ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ

“Dia (Alloh) tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata namun Dia (Alloh) dapat melihat segala penglihatan itu dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui” (QS Al-An’am : 103)

Siapa yang bisa membayangkan tentang mata dan penglihatan Alloh? Bahwa termasuk nama dan sifat khusus Alloh adalah melihat, mampu melihat apa yg tidak bisa kita lihat? Tidak ada..

Begitu juga tentang Bersemayam di ‘Arsy, ketika Imam Malik rohimahulloh ditanya tentang firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala dalam surat Thoha ayat 5, maka beliau menjawab : “Bersemayam adalah sesuatu yang telah diketahui artinya, hakikatnya tidak diketahui, iman kepadanya hukumnya wajib dan mempertanyakannya adalah bid’ah”

Siapa pula yang mengetahui bagaimana penjelasan Arsy-Nya Alloh dengan detail? Tidak ada….

Maka bentuk Mustasyabih yang seperti ini tidak mungkin untuk dipertanyakan sebab tidak mungkin untuk bisa diketahui hakikatnya, tidak mungkin diketahui makna khususnya.

Adapun Mutasyabih Majazi, adalah Mutasyabih yang sesuai dengan tingkat pemahaman masing-masing, tidak bisa disamakan tingkat kesamaran atau ketidakjelasannya, sebab bisa jadi menurut sebagian orang jelas, namun menurut sebagian lain masih samar.
Contohnya sebagaimana firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala;

وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُتَعَمِّدًا فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَابًا عَظِيمًا

“Dan barangsiapa yang membunuh seorang mu’min dengan sengaja, maka balasannya adalah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Alloh murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan adzab yang besar baginya” (QS An-Nisaa : 93)

Maka ayat diatas dipahami keliru oleh kelompok Khowarij, mereka memahami bahwa jika seseorang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, ia akan kekal di dalam neraka, dan ini merupakan patokan bagi semua pelaku dosa besar, mereka tidak meyakini bahwa dosa dibawah syirik (dosa besar) balasannya adalah sesuai kehendak Alloh Subhanahu wa Ta’ala.

Maka jawaban yang paling tepat untuk sang penanya adalah memahami hikmah diturunkannya Al-Quran dengan dua macam ayat tersebut (Muhkam dan Mutasyabih), sebagai ujian sekaligus petunjuk. Ayat Muhkam turun sebagai petunjuk dan penjelas syari’at2 Alloh, adapun Ayat Mutasyabih sebagai ujian bagi hambanya, untuk melihat mana yang senantiasa belajar sesuai dengan pemahaman benar, yakni menjadikan Ayat Muhkam sebagai penjelas saat didapati hal yang samar atau tidak jelas. Bukan justru sebagai racun yang meracuni kejelasan Ayat Muhkam.

Karenanya sungguh beruntung orang-orang yang kokoh ilmunya, mereka meyakini ayat mutasyabih maupun yang muhkam semuanya baik. Meyakini bahwa Al-Quran yang turun dari sisi Alloh tidak akan saling bertentangan. Tidak peduli apakah Nama dan Sifat Alloh itu termasuk dalam kandungan Ayat Muhkam atau Mutasyabih, tetap ia imani, ia yakini, tanpa merubah, tanpa meniadakan, dan tanpa menyerupakan.

Semoga kita termasuk orang-orang yang beruntung itu..

Wallohu A’lam
Wabillahit taufiq

Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Rosyid Abu Rosyidah حفظه الله

Referensi: https://bimbinganislam.com/nama-dan-sifat-allah-tergolong-ayat-mutasyabihat/