Pertanyaan :
بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
Afwan ijin bertanya Ustadz, apakah memiliki hutang itu sebuah aib Ustadz?
جزاكم الله خيرا وبارك الله فيكم.
(Disampaikan oleh Fulanah, Sahabat BiAS T09 G-23)
Jawaban :
وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْـمِ اللّهِ
Alhamdulillah, wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah, wash shalaatu was salaamu ‘alaa rasulillaah, Amma ba’du.
Memiliki hutang bukanlah sebuah aib, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meninggal dalam keadaan menggadaikan baju besinya untuk 30 so’ bahan makanan.
تُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَدِرْعُهُ مَرْهُونَةٌ عِنْدَ يَهُودِيٍّ، بِثَلاَثِينَ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wafat dalam keadaan baju besinya tergadaikan kepada seorang Yahudi untuk meminjam 30 so’ gandum”.
(HR. Al-Bukhari 2916)
Namun yang perlu diperhatikan adalah jangan sampai meninggal dalam keadaan masih memiliki hutang. Karena hutang orang yang mati syahid saja masih menjadi tanggungannya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
يُغْفَرُ لِلشَّهِيدِ كُلُّ ذَنْبٍ إِلَّا الدَّيْنَ
“Orang yang syahid diampuni semua dosanya kecuali hutang”.
(HR. Muslim 1886)
Namun berhutang bukanlah aib, hanya saja jangan dijadikan kebiasaan, dan jangan menunda-nunda pembayaran. Karena menunda-nunda pembayaran merupakan kedzaliman,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
مَطْلُ الغَنِيِّ ظُلْمٌ
“Menunda-nunda membayar hutang, padahal sudah punya uang, merupakan kedzaliman”.
(HR. Al-Bukhari 2287 dan Muslim 1564)
Wallohu A’lam,
Wabillahittaufiq.
Dijawab dengan ringkas oleh:
? Ustadz Ratno Abu Muhammad, Lc حفظه الله