Allah ta’ala seringkali memberikan perumpamaan di dalam Al-Qur’an lalu berfirman,

وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ ۖ وَمَا يَعْقِلُهَا إِلَّا الْعَالِمُونَ

“Dan itulah perumpamaan-perumpamaan yang Kami tunjukkan pada manusia dan tidaklah memahami perumpamaan tersebut kecuali orang yang berilmu”. (QS Al-Ankabut : 43).

Para pendahulu kaum muslimin dari kalangan orang-orang yang shalih apabila tidak mampu memahami perumpamaan yang diberikan oleh Allah mereka menangis tersedu-sedu sembari berujar, “Alangkah malangnya nasibku, aku bukan termasuk orang yang berilmu”. (Al-Kaafiyah Asy-Syaafiyah : 9 oleh Imam Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah).

Diantara perumpamaan yang Allah berikan kepada manusia adalah apa yang tersebut di dalam surat Ibrahim,

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا ۗ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ

“Apakah kalian tidak memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik (kalimat tauhid) seperti pohon yang baik, akarnya kokoh dan cabangnya menjulang kelangit (24) Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan itu supaya mereka selalu ingat (25).” (QS Ibrahim : 24-25).

Raja Dari Segala Tanaman
Sebagian kita mungkin bertanya apa yang dimaksud dengan pohon yang baik itu? benar sekali jawabannya adalah pohon kurma. Jawaban cemerlang yang telah disampaikan para ulama di dalam kitab-kitab mereka berdasarkan wahyu dari Allah dan bukan sekedar jawaban hasil dari olah pikir otak manusia yang lemah lagi kerdil.

Al-Imam Al-Bukhari di dalam shahihnya mencantumkan sebuah hadis dari Abdullah Ibnu Umar radhiyallahu ’anhuma, ”Dulu kami berada disisi Rasulullah shalallahu ’alaihi wa sallam, beliaupun bersabda, ”Beritahukanlah padaku sebuah pohon yang menyerupai atau mirip dengan seorang muslim, tidak pernah berguguran daunnya, dan tidak…dan tidak…dan tidak… pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim”.

Lalu Ibnu Umar radhiyallahu ’anhuma berkata, ”Terbersit dalam jiwaku bahwa pohon tersebut adalah pohon kurma, tapi aku melihat Abu Bakar dan Umar diam tidak berbicara, maka aku tidak enak untuk berbicara, ketika sahabat yang lain tidak ada yang menjawab Rasulullah shalallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ”Ia adalah pohon kurma”.

Ketika kami sudah berdiri aku mengatakan kepada Umar, ”Wahai ayah demi Allah sungguh telah terbersit dalam jiwaku bahwa jawabannya adalah kurma”.

Umar radhiyallahu ’anhu berkata, ”Apa yang menghalangimu untuk berbicara?” Ia menjawab, ”Aku melihat kalian tidak berbicara sehingga akupun tidak enak untuk berbicara”.

Lalu Umar radhiyallahu ’anhu berkata, ”Kalau engaku mengatakannya itu lebih aku sukai dari pada demikian dan demikian”. (HR Bukhari : 4698).

Demikian pula Al-Imam Ibnul Jauzi dan Al-Imam Ibnu Katsir menukilkan tafsiran para ulama bahwa yang dimaksud pohon yang baik adalah pohon kurma dan pendapat yang lain yang menyatakan bahwa yang dimaksud pohon yang baik adalah seorang mu’min. (Lihat kitab Zadul Masir Fi ‘Ilmi Fafsir : 4/358, dan Tafsir Ibnu Katsir : 1028).

Sebagian ulama ada yang menafsirkan bahwa yang dimaksud pohon yang baik adalah pohon surga, akan tetapi Al-Imam Ibnu Qoyyim Al Jauziyyah menyanggahnya dan berkata ;

”Dan ada sebagian salaf yang menyatakan bahwa yang dimaksud adalah pohon disurga, maka aku katakan bahwa pohon surga yang paling mulia adalah pohon kurma”. (I’lamul Muwaqqi’in : 1/173 oleh Al-Imam Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah).

Kemudian dalam hadis yang lain disebutkan dengan jelas bahwa perumpamaan seorang mu’min seperti sebuah pohon kurma, Ibnu Umar radhiyallahu ’anhuma berkata ; ”Perumpamaan seorang mu’min adalah seperti pohon kurma, apapun yang diambil dari pohon kurma memberi manfaat pada kamu”. (HR Ath-Thabarani dalam Al-Mu’jam Al-kabir : 13.514, Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani menyatakan, ”Isnad hadis ini shahih”, lihat Fathul Bari : 1/147).

Sampai-sampai Al-Imam Abu Dawud As-Sijistani merasa berkepentingan untuk menulis kitab tersendiri berjudul ”Kitabun Nakhli”/ ”Kitab pohon kurma” yang dikhusukan untuk menjelaskan keunggulan pohon kurma dibandingkan pohon yang lain.

Diantara yang beliau katakan adalah, ”Ketika kita mengetahui bahwa syahadat adalah rajanya perkataan, maka demikian pula pohon kurma adalah rajanya pohon”. (Kitabun Nakhli : 33 oleh Imam Abu Dawud As-Sijistani).

Beliaupun mencantumkan dalil yang banyak berkaitan dengan keutamaan pohon kurma.

Syaikh Abdurrazaq Al-Badr mengatakan, ”Tidak ada keraguan lagi tentang keutaman pohon kurma, keunggulannya, kemuliaannya, dan cukuplah menunjukkan keutamaannya ia dipilih diantara seluruh pohon untuk dijadikan perumpamaan bagi seorang mu’min.

Disamping keistimewaan lain yang tersebut dalam dalil-dalil diatas seperti akarnya yang kokoh, cabangnya yang menjulang, senantiasa berbuah tanpa mengenal musim, disifati dengan keberkahan, semua bagiannya mulai dari akar sampai daun semuanya bermanfaat dll. Bahkan ada jenis kurma tertentu bisa dijadikan penolak sihir dan bisa memperlancar kelahiran yang susah.” (Lihat Ta’ammulat fi mumatsalatil mu’min : 29-30 oleh Syaikh Abdurrazaq Al Badr).

Setelah ini semua timbul pertanyaan besar di dalam hati-hati kita, kenapa pula Allah ta’ala mengumpamakan keimanan & orang yang beriman dengan pohon kurma.

Seandainya saja kita kaum muslimin mau meruju’ ke referensi ilmiyyah hasil karya para ulama’ tentang penjelasan hal ini entah yang terdapat di dalam kitab-kitab tafsir ataupun syarah-syarah hadis maka kita akan mengetahui jawaban serta penjelasan para ulama terkait hal ini yang akan menjadi faidah ilmu yang besar serta bermanfaat bagi kita. Akan kita sebutkan disini sebagian dari point-point penjelasan tersebut insya’Allah.

1. Karena pohon kurma memiliki akar, batang dan cabang yang menjulang.
Berkata Al-Imam Al-Baghowi, ”Hikmah dari pengumpamaan keimanan dengan pohon kurma adalah karena pohon tidak dikatakan pohon kecuali terdiri dari tiga unsur, akar yang kokoh, batang yang tegak serta cabang yang menjulang, demikian pula iman tidak tegak kecuali dengan tiga unsur keyakinan hati, ucapan lisan & amal perbuatan badan”. (Lihat tafsir Al-Baghawi : 3/33).

Hal tersebut juga diamini oleh Al Imam Ibnu Qoyyim Al Jauziyyah ; ”Tauhid dan keikhlasan adalah sebuah pohon di dalam hati, sedangkan amal perbuatan adalah cabang-cabangnya, kemudian buahnya adalah rasa tentram di dunia & kebahagiaan yang kekal abadi di akhirat”. (Lihat Al Fawa’id : 143-145 oleh Al-Imam Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah).

2. Kita ketahui bersama bahwa pohon kurma tidak bisa hidup kecuali ada air yang mengairinya serta menumbuhkannya, apabila air habis ia akan kering, apabila dipotong maka ia akan mati.
Demikian pula kehidupan seorang mu’min, tidak ada kehidupan yang hakiki bagi dirinya dan tidak akan tegak hidupnya kecuali apabila ia mendapat pengairan khusus berupa firman Allah & sabda Rasulullah shalallahu ’alaihi wa sallam.

Oleh karenanya Allah ta’ala menyebut wahyu itu sebagai ruh bagi diri seorang mu’min, Allah berfirman,

وَكَذَٰلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا ۚ

”Dan demikianlah kami wahyukan kepadamu RUH (Al-Qur’an) dengan perintah Kami”. (QS Asy-Syura : 52).

Dan hati manusia akan mati tanpa keberadaan wahyu di dalamnya, ia mati meskipun ia berjalan di antara orang-orang yang hidup, sebagaimana pohon akan mati tanpa keberadaan air.

3. Pohon kurma sebagaimana dikabarkan Allah ”Memberikan buahnya pada setiap musim”.
Berkata Al-Imam Abu Ja’far Ath-Thabari, ”Tidak diragukan lagi bahwa mu’min senantiasa naik amalnya kepada Allah setiap hari, baik amal berupa ucapan maupun perbuatan. Tidak hanya setahun sekali beramal atau sebulan sekali atau sepekan sekali”. (Tafsir Ath-Thabari : 8/210).

4. Semua bagian pohon kurma itu bermanfaat
Sebagaimana dinyatakan Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani ;

”Keberkahan pohon kurma ada diseluruh bagiannya, sampai biji kurma digunakan untuk pakan ternak, ijuk untuk tali dan lainnya. Demikian pula keberkahan dan kemanfaatan seorag mu’min itu luas dalam setiap keadaan, kemanfaatannya berlangsung terus bagi diri dan orang lain meski ia telah meninggal dunia”. (Fathul Bari : 1/145-146 oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar Al ’Asqalani).

5. Sebagaimana kita tahu bahwa pohon kurma tidak bisa tumbuh di sembarang tempat, kadang ia bisa tumbuh di sebuah lahan tetapi tidak bisa berbuah.
Kadang ia bisa tumbuh tapi tidak kokoh akarnya dan mudah goyah serta tumbang. Demikian pula iman tidak bisa tumbuh pada semua hati, hanya hati-hati yang mendapatkan hidayah saja yang akan menjadi lahan subur bagi iman, karena hati itu tidak semuanya sama seperti layaknya lahan yang berbeda tingkat kesuburannya. Maka dari itu benarlah apa yang dikatakan Nabi dalam hadisnya.

”Perumpamaan apa yang aku bawa dari Tuhanku berupa ilmu dan hidayah itu seperti hujan yang menyiram tanah, ada jenis tanah yang menyerap air sehingga ia bisa menumbuhkan rumput yang banyak.

Adapula jenis tanah yang keras yang bisa menampung air tapi tidak menyerapnya, maka Allah memberi manfaat manusia melaluinya, mereka minum darinya dan bercocok tanam serta mengairi darinya. Adalagi jenis tanah yang keras, datar tidak menampung air dan tidak menumbuhkan rerumputan.

Demikianlah perumpamaan orang yang pandai dalam agama Allah, ia mendapat manfaat dari ilmu dan hidayah maka ia pun berilmu dan beramal, dan demikian pula perumpamaan orang yang tidak mau menerima petunjuk yang aku bawa.. dst. (HR Bukhari : 89).

Disarikan dari kitab ”Ta’ammulat Fi Mumatsalatil Mu’min Lin Nakhlah” oleh Syaikh Prof. DR Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al-Abbad Al-Badr.

Abul Aswad Al Bayaty

Referensi: https://bimbinganislam.com/raja-dari-segala-tanaman/