Sahabat sekalian yang dirahmati oleh Allah, kelak ada satu fase yang akan dilewati oleh setiap manusia di hari kiamat, yaitu prosesi pembagian catatan amal, pemberian izin bagi setiap manusia untuk melihat catatan dari amalan yang telah ia kerjakan semasa di kehidupan dunia, semua terangkum dengan rapi dalam catatan itu dan tak satupun dari amalan yang tertinggal dan terlewatkan.

Buku catatan ini adalah buku yang dicatat oleh malaikat yang ditugaskan menuliskan setiap amalan bani adam, Allah menyampaikan dalam firman-Nya:

كَلَّا بَلْ تُكَذِّبُونَ بِالدِّينِ (9) وَإِنَّ عَلَيْكُمْ لَحَافِظِينَ (10) كِرَامًا كَاتِبِينَ (11) يَعْلَمُونَ مَا تَفْعَلُونَ (12

“Sekali-kali jangan begitu! Bahkan kamu mendustakan hari pembalasan. Dan sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat (perbuatanmu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
(Al-Infitor: 9-12)

Amalan manusia tertulis dalam buku catatan malaikat, dan buku ini senantiasa melekat di leher masing-masing manusia, dan ketika hari kiamat Allah akan mengeluarkan buku catatan ini, Allah berfirman:

وَكُلَّ إِنسَٰنٍ أَلْزَمْنَٰهُ طَٰٓئِرَهُۥ فِى عُنُقِهِۦ ۖ وَنُخْرِجُ لَهُۥ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ كِتَٰبًا يَلْقَىٰهُ مَنشُورًا

“Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. Dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka”.
(Al-Isra: 13)

Kemudian, akhirnya kita tahu bahwa setiap dari kita nanti akan membuka catatan amalnya masing-masing, dan yang termaktub dalam setiap buku kita nanti ada dua kemungkinan, kalau tidak amalan baik pasti adalah amalan buruk, kemudian rincian dari masing-masing amalan baik dan buruk itu adalah sebagai berikut:

1. Hal-hal yang dicatat dari amalan baik manusia, ulama membaginya menjadi 3 bagian:

A. Amalan baik yang sudah dikerjakan: seperti solat yang sudah dilakukan, haji, puasa, sedekah dan semisalnya, hal-hal baik ini tercatat dalam buku catatan amal di sisi malaikat.

B. Hal baik yang baru sekedar diniatkan dan belum dilakukan, ini tetap tertulis bagi pelakunya, namun yang tertulis hanyalah ganjaran niat baiknya saja, tidak tertulis dengan ganjaran amal, dasarnya sebagaimana disebutkan dalam hadist sohih yang mengkisahkan seorang lelaki yang diberi kelonggaran rezeki kemudian menginfakkannya untuk amal-amal kebaikan, kemudian ada lelaki lain yang fakir menyaksikan hal itu dan mengatakan “andai saja aku memiliki harta sebagaimana fulan memilikinya, niscaya aku juga akan melakukan amalan seperti dia” kemudian Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda mengomentari sahabat yang fakir ini:

فهو بنيته، فأجرهما سواء

“Dia dengan niat yang menyertainya, ganjaran keduanya sama (dari sisi niat)”.
(H.R tirmidzi no:2325, disohihkan oleh al-Albany dalam Sohih al-Jami’ no:3024)

Hadist tersebut memberikan faidah bagi kita bahwa si fakir ditetapkan untuknya mendapat ganjaran niat baik saja, kemudian silahkan terapkan kaidah ini dalam amal baik yang lain.

C. Amalan baik yang sudah ditekadkan akan dikerjakan, ini masih terbagi dua:
– Seseorang yang telah bertekad kuat akan melakukan amalan baik, dia punya kemampuan untuk melaksanakannya, namun terhalangi sesuatu hal sehingga tidak terealisasi amalan tersebut ,yang demikian tertulis baginya pahala sempurna seperti seakan ia telah mengerjakannya, ini berdasarkan firman Allah ta’ala:

وَمَن يَخْرُجْ مِنۢ بَيْتِهِۦ مُهَاجِرًا إِلَى ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ ثُمَّ يُدْرِكْهُ ٱلْمَوْتُ فَقَدْ وَقَعَ أَجْرُهُۥ عَلَى ٱللَّهِ

“Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah”.
(QS An-Nisa : 100)

Sisi pendalilannya adalah, bahwa orang tersebut sudah bertekad untuk hijrah keluar dari rumahnya (tempat tinggalnya), dia punya kemampuan untuk melakukan hal itu, namun kematian menghalangi dia untuk merealisasikan, walau demikian Allah menetapkan pahala hijrah untuk dirinya, yang demikian berlaku pula untuk amalan-amalan solih lainnya.

– Seseorang yang telah bertekad kuat akan melakukan amalan baik, dia punya kemampuan untuk melaksanakannya, namun ia tidak jadi dan meninggalkannya, yang demikian hanyalah tertulis pahala niat kebaikan saja untuk dirinya. Contoh seperti orang yang sudah bertekad kuat akan bersedekah di suatu hari, ia sudah kumpulkan uang, dan ia mampu untuk menyedekahkannya, namun ia membatalkan sedekah tersebut, bukan karena ada halangan tertentu, namun karena ia meninggalkannya saja tanpa sebab, yang demikian masih tertulis baginya pahala niat.

2. Hal-hal yang dicatat dari amalan buruk manusia, ulama juga membaginya menjadi 3 bagian:

A. Amalan buruk yang sudah dikerjakan: seperti meninggalkan solat, tidak puasa, berkata kotor dan sebagianya, hal-hal buruk ini tercatat dalam buku catatan amal di sisi malaikat.

B. Amalan buruk yang diniatkan dan diharapkan akan dilakukan, yang demikian juga tertulis baginya sebagai dosa karena niat buruknya, dalilnya adalah bahwa Nabi sallallahu alaihi wa sallam mengabarkan tentang seorang lelaki yang Allah beri materi berkecukupan namun ia menyia-nyiakan harta tersebut tanpa hak (menghamburkannya), kemudian ada seorang lelaki miskin bergumam “andai saja aku juga punya harta, niscaya juga akan aku buat foya-foya seperti si fulan”, kemudian Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda:

فهو بنيته، فوزرهما سواء

“Dia (si fakir) dengan niat yang ia miliki, dosa keduanya sama (dari sisi niat)”.
(H.R tirmidzi no:2325, disohihkan oleh al-Albany dalam Sohih al-Jami’ no:3024)

C. Amalan buruk yang sudah ditekadkan akan dikerjakan, dia punya kemampuan untuk melaksanakannya, namun terhalangi sesuatu hal sehingga tidak terealisasi amalan tersebut, yang demikian tertulis baginya dosa sempurna seperti seakan ia telah mengerjakannya, dalil dari pernyataan ini adalah sabda Nabi sallallahu alaihi wa sallam:

إِذَا الْتَقَى الْمُسْلِمَانِ بِسَيْفَيْهِمَا، فَالْقَاتِلُ وَالْمَقْتُولُ فِي النَّارِ ، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذَا الْقَاتِلُ، فَمَا بَالُ الْمَقْتُولِ؟ قَالَ: إِنَّهُ أَرَادَ قَتْلَ صَاحِبِهِ

“Jika dua orang muslim berperang dengan pedang mereka, yang membunuh dan yang terbunuh masuk neraka,” para sahabat bertanya,“Wahai Rasûlullâh, yang membunuh tentu saja, tetapi bagaimana dengan yang terbunuh?”
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Yang terbunuh juga ingin membunuh lawannya.”
[HR al-Bukhâri, no. 31 dan Muslim, no. 2.888].

Sisi pendalilannya, bahwa yang terbunuh tetap Rasul hukumi masuk neraka, padahal ia yang terbunuh dan tidak membunuh lawannya, hal ini dikarenakan ia telah bertekad dan punya kemampuan untuk membunuh lawannya, namun ketangkasan lawan menghalangi dia untuk mampu membunuhnya, justru ia yang kalah terbunuh, walau demikian, ia tetap terhukumi mendapat dosa pembunuhan dan ancaman vonis masuk neraka.

Hal yang demikian bisa kita ambil contoh dalam masalah lain misalnya, seorang yang sudah bertekad minum khomr, sudah menyiapkan uang untuk membeli, sudah menuju bar tempat membeli khamr, tapi ternyata tutup, walaupun ia belum membeli khamr dan meminumnya, tapi tertulis atasnya dosa orang yang telah meminum khamr.

Demikian sedikit penjelasan tentang amalan apa saja yang akan dicatat malaikat pada catatan amal kita, dengan mengetahui hal tersebut, kita akan lebih berhati-hati dalam beramal, berniat dan bertekad. Jika itu semua dalam kebaikan maka akan berbuah pahala dengan kualitas dan tingkatan seperti yang kami paparkan, adapun jika ia berupa keburukan, pun itu semua juga akan tercatat rapi tanpa ada yang terlalaikan, mari berupaya senantiasa beramal solih, berbuat baik dan meninggalkan perkara terlarang, semoga Allah memberi taufiq.

Tulisan diatas disarikan dari bab pembahasan al-Qiyamah al-Kubro wa Ahwaluha di kitab Syarah al-Aqidah al-Washitiyah oleh syaikh al-Utsaimin rohimahullah maktabah Ustman Ayyub nigeria, hal: 346-348.

Wallahu a’lam

Disusun oleh:
Ustadz Setiawan Tugiyono, M.H.I حفظه الله

 

sumber: https://bimbinganislam.com/apa-sih-yang-tertulis-dalam-catatan-amal-manusia/