Pertanyaan

بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Ustadz, bagaimana hukumnya tanam rambut di kepala yang sudah botak?

Syukron, Ustadz.
Jazaakallaahu khoiron wa baarakallaahu fiik.

(Fulanah, Sahabat BiAS T05)

Jawaban

وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْـمِ اللّهِ

Alhamdulillāh
Washshalātu wassalāmu ‘alā rasūlillāh, wa ‘alā ālihi wa ash hābihi ajma’in.

Bagi wanita, kepala yang rambutnya rontok / botak karena kecelakaan atau penyakit merupakan sebuah aib. Sedang botaknya lelaki itu merupakan sesuatu yang wajar.

Wanita yang mengalami kecelakaan atau sakit kemudian rambutnya botak, ia diperkenankan menanam rambut dalam rangka mengembalikan ciptaan Allah dan tidak termasuk merubah ciptaan Allah dan tidak termasuk ke dalam merubah ciptaan Allah dalam rangka untuk mempercantik diri.

Imam Ibnu Utsaimin berkata :

استعمال الباروكة بمثل هذا الحال الذي وصفته ، حيث تساقط شعرها على وجه لا يرجى معه أن يعود ، نقول : إن الباروكة في مثل هذه الحال لا بأس بها ، لأنها في الحقيقة ليست لإضافة تجميل ، ولكنها لإزالة عيب ، وعلى هذا فلا تكون من باب الوصل الذي لعن النبي صلي الله عليه وسلم فاعله ، فقد (لعن الواصلة والمستوصلة) والواصلة هي التي تصل شعرها بشيء ، لكن هذه المرأة في الحقيقة لا تشبه الواصلة ، لأنها لا تريد أن تضيف تجميلاً ، أو زيادة إلى شعرها الذي خلقة الله تبارك وتعالى لها ، وإنما تريد أن تزيل عيباً حدث ، وهذا لا بأس به ، لأنه من باب إزالة العيب ، لا إضافة التجميل ، وبين المسألتين فرق

Menggunakan wig dalam kondisi seperti yang anda sebutkan yaitu rambut rontok yang tidak bisa diharapkan akan tumbuh kembali, kami katakan penggunaan wig dalam kondisi ini tidak mengapa. Karena ia hakikatnya bukan untuk mempercantik diri akan tetapi untuk menghilangkan aib.

Maka dari itu ia tidak termasuk ke dalam kategori menyambung rambut yang pelakunya dilaknat oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Allah melaknat wanita yang menyambung rambut dan meminta untuk disambungkan rambutnya.’

Al-Washilah adalah wanita yang menyambung rambutnya dengan sesuatu, akan tetapi wanita yang disebut dalam pertanyaan ini tidak sama dengan Al-Washilah karena ia tidak memaksudkan menyambung rambut untuk mempercantik diri atau untuk tujuan menambah jumlah rambut yang telah Allah ciptakan untuk dirinya.

Akan tetapi ia bertujuan untuk menghilangkan aib yang muncul karena kecelakaan. Yang seperti ini tidak mengapa karena ia termasuk menghilangkan aib, bukan untuk menambah kecantikan, dua hal ini adalah sesuatu yang berbeda satu sama lain.”

(Fatawa Nurun Alad Darbi Libni Utsaimin : 2/22).

Wallohu A’lam

Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Abul Aswad Al Bayaty حفظه الله

Referensi: https://bimbinganislam.com/hukum-tanam-rambut/