Pertanyaan :

بسم اللّه الرحمن الر حيم
السلام عليكم ورحمةالله وبركاته

Bagaimana hukum ruksoh bagi musafir yang hanya sekedar liburan saja (bersenang – senang) padahal dia tidak terburu – buru, santai, tidak dijamakpun juga tidak memberatkannya. Apakah tetap berlaku ruksoh untuk seperti ini nggeh.

Jazakallahu khairan

(Disampaikan oleh Juahir di Malang Admin BIAS N06)

Jawaban :

وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْـمِ اللّهِ

Alhamdulillāh
Washshalātu wassalāmu ‘alā rasūlillāh, wa ‘alā ālihi wa ash hābihi ajma’in.

Ketika safar, yang menjadi rukhshah adalah mengqashar shalat, bukan menjamaknya.
Ibunda Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata :

الصَّلَاة أول مَا فرضت رَكْعَتَيْنِ، فأقرت صَلَاة السّفر وأتمت صَلَاة الْحَضَر

“Pertama kali diwajibkannya shalat adalah dua rakaat saja, lalu ditetapkan dua rakaat itu dalam keadaan safar, dan disempurnakan ketika tidak safar” (HR. Al-Bukhari 1090 dan Muslim 685)

Nabi ﷺ juga pernah bersabda :

فرضت الصَّلَاة رَكْعَتَيْنِ ثمَّ هَاجر رَسُول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم َ فَفرضت أَرْبعا وَتركت صَلَاة السّفر عَلَى الأولَى

“Shalat diwajibkan dua rakaat, kemudian Nabi ﷺ hijrah, maka ditetapkan empat raka’at, dan shalat safar dibiarkan tetap seperti semula” (HR. Al-Bukhari 3935)

Adapun jamak digunakan ketika ada keperluan dan sebab – sebab yang disebutkan para ulama.

Kemudian terkait rukhshah ada sebuah hadits dari Ibnu Umar, dari Nabi ﷺ :

إِن الله يحب أَن تُؤْتَى رخصه، كَمَا يكره أَن تُؤْتَى مَعْصِيَته

“Allah senang ketika rukhshahnya dipakai, sebagaimana kebencian Allah jika seorang hamba bermaksiat” (HR. Ahmad, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban)

Kemudian safar apa saja yang seorang boleh mengambil rukhshah ?
1. safar taat
2. safar mubah
3. safar untuk bekerja

Yang tidak diperbolehkan mengambil rukhshah adalah safar kemaksiatan

Wallohu A’lam
Wabillahittaufiq.

Dijawab dengan ringkas oleh:
? Ustadz Ratno Abu Muhammad Lc حفظه الله تعالى

Referensi: https://bimbinganislam.com/apa-hukum-rukhsah-bagi-musafir/