Pertanyaan:
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Kami usaha bekerjasama dengan sebuah brand fashion, Alhamdulillah setiap tahun karena penjualan baik kami mendapat reward berupa trip ke negara lain. Yang membuat ragu trip tersebut seringnya ke negara non muslim. Meskipun disana kami bertemu dengan tokoh-tokoh muslim setempat, mengsosialisasikan hijab.
Reward akan hangus jika tidak kami ambil, terkadang kami gak enak kalau gak diambil terus. Kami niatkan menyenangkan hati yang memberikan hadiah, karena bagaimanapun owner brand tersebut adalah teman kami dan kami sudah bekerjasama cukup lama, dan berdo’a semoga tidak mendatangkan mudhorot.
Pertanyaannya apakah kami diperbolehkan ikut serta trip seperti kondisi diatas meskipun tripnya ke negara non muslim ?
(Dari Wida di Cikarang Anggota Grup WA Bimbingan Islam)
Jawaban :
وعليكم السلام ورحمة الله وبر كاته
Tidak boleh seorang muslim bersafar, bepergian apalagi berwisata ke negri kafir. Ketika kita tidak enak dengan teman atau relasi bisnis, atau atasan, seharusnya kita lebih tidak enak lagi kepada Allah ta’ala.
Ketika relasi bisnis kita sudah menjalin kerjasama dengan kita dalam waktu yang lama dan memberikan keuntungan kepada kita, maka Allah sudah memberikan segala sesuatu kepada kita jauh hari sebelum kita dilahirkan. Siapa yang memberikan kehidupan kepada kita, memberikan rizki kepada kita, memberikan kesehatan, anak, istri dan lain sebagainya. Seandainya kita menghitung nikmat pemberian Allah, takkan mampu kita menghitungnya, Allah ta’ala berfirman :
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak mampu menghitungnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nahl : 18).
Imam Abu Ja’far Ath-Thabari berkata menafsirkan ayat tersebut di atas :
إن الله لغفور لما كان منكم من تقصير في شكر بعض ذلك إذا تبتم وأنبتم إلى طاعته واتباع مرضاته، رحيم بكم أن يعذبكم عليه بعد الإنابة إليه والتوبة.
“Sesungguhnya Allah memaafkan kekurangan kalian dalam bersyukur. Jika kalian bertaubat, kembali taat dan ingin menggapai ridho Allah, Dia sungguh menyayangi kalian dengan ia tidak akan menyiksa kalian setelah kalian betul-betul bertaubat.” (Tafsir Ath-Thabari : 8/119).
Setelah semua kenikmatan ini, setelah kita diampuni karena tidak mampu mensyukuri nikmat-nikmat Allah ini, apakah kita akan melakukan kemungkaran terang-terangan di dahapan Allah ? seorang yang bijak ketika ia diberikan kenikamatAn yang sangat banyak, saking banyaknya ia tak mampu menghitungnya, ia akan senantiasa berusaha membuat ridha Allah ta’ala. Karena itulah syarat kita mendapatkan kasih sayang Allah sebagaimana ungkapan Imam Abu Ja’far Ath-Thabari di atas.
Kita tidak akan melanggar larangan utusan Allah, kita tidak akan ridha dengan segala kemungkaran yang tersebar luas di negri kafir. Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
أنا بريء من كل مسلم يقيم بين المشركين
“Aku berlepas diri dari setiap muslim yang tinggal menetap di negri orang-orang musyrik.” (HR Abu Dawud : 2645, Tirmidzi : 1604, dishahihkan oleh Imam Al-Albani dalam Irwa’ul Ghalil : 5/30). Wallahu a’lam
Konsultasi Bimbingan Islam
Abul Aswad Al Bayati
Referensi: https://bimbinganislam.com/hadiah-trip-keluar-negeri/