Pertanyaan
بسم اللّه الرحمن الر حيم
السلام عليكم ورحمةالله وبركاته
Pertanyaan dari Sahabat BiAS:
Pada Bulan Sya’ban disunnahkan untuk memperbanyak puasa sunnah, apakah dibolehkan kita puasa dari Hari Senin sampai Hari Jum’at dengan niat puasa sunnah?
Jadi bukan hanya puasa Hari Senin-Kamis dan puasa ayyamul bidh.
Apakah setelah tanggal 15 Sya’ban tidak boleh puasa sunnah lagi sampai Bulan Romadhon?
Jazaakallaahu khairan ustadz
( Disampaikan : Widya, admin BiAS T07- G64)
Jawaban
وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْـمِ اللّهِ
Alhamdulillāh
Washshalātu wassalāmu ‘alā rasūlillāh, wa ‘alā ālihi wa ash hābihi ajma’in.
Ya boleh. Masuk dalam keumuman dalil dari hadits Aisyah rodhiallohu ‘anha;
وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِى شَعْبَانَ
“Aku (Aisyah) pun tidak pernah melihat Beliau (Sholallohu ‘alaihi wasallam) berpuasa yang lebih banyak daripada berpuasa di Bulan Sya’ban” [HR Bukhari 1969 dan Muslim 1156]
Dalam redaksi lain, Aisyah rodhiallohu ‘anha juga mengatakan;
لَمْ يَكُنِ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ
“Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam tidak biasa berpuasa pada satu bulan yang lebih banyak dari Bulan Sya’ban. Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam biasa berpuasa pada Bulan Sya’ban seluruhnya” [HR Bukhari 1970 dan Muslim 1156]
Tentang makna seluruhnya pada hadits di atas, Asy Syaukani rohimahulloh mengatakan dalam Nailul Auhor, “Riwayat-riwayat ini bisa digabungkan dengan kita maknai bahwa yang dimaksud dengan kata “kullu” (seluruhnya) di situ adalah kebanyakannya (mayoritasnya)” (Nailul Author, 7/148).
Jadi, yang dimaksud Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam berpuasa pada seluruh hari Bulan Sya’ban dalam hadits Aisyah di atas adalah berpuasa pada mayoritas harinya, bukan keseluruhan hari Bulan Sya’ban.
Maka jelaslah tentang syariat memperbanyak puasa pada Bulan Sya’ban, jika ingin lebih dari sekedar puasa Senin Kamis dan ayyamul bidh ya silahkan, tak masalah, misal puasanya setiap hari dari Senin sampai Jum’at, asalkan mulainya dari awal bulan, bukan dari pertengahan bulan.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah rodhiallohu anhu bahwa Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِذَا انْتَصَفَ شَعْبَانُ فَلا تَصُومُوا
“Kalau telah memasuki pertengahan Sya’ban, maka janganlah kalian berpuasa” [HR Abu Daud 3237, Tirmizi 738, Ibnu Majah 1651]
Hadits ini menunjukkan *larangan berpuasa setelah pertengahan Sya’ban* , yaitu dimulai dari hari keenam belas.
Tapi ada dalil lain yang menjelaskan sebaliknya, yakni membolehkan puasa setelah tengah bulan dengan syarat dan ketentuan yang berlaku. Sebagaimana yang disabdakan Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam,
لا تَقَدَّمُوا رَمَضَانَ بِصَوْمِ يَوْمٍ وَلا يَوْمَيْنِ إِلا رَجُلٌ كَانَ يَصُومُ صَوْمًا فَلْيَصُمْهُ
“Janganlah kalian mendahului Bulan Ramadhan dengan berpuasa sehari atau dua hari, kecuali orang yang telah terbiasa puasa, maka berpuasalah” [HR Bukhari 1914, Muslim 1082]
Hadits di atas menunjukkan bahwa berpuasa setelah pertengahan Bulan Sya’ban boleh bagi orang yang mempunyai kebiasaan puasa, seperti puasa Senin Kamis, Puasa Daud, dll sejak sebelum tengah bulan, alias puasanya adalah menyambung rutinitas puasa sebelumnya.
Syekh BinBaz rohimahulloh ditanya tentang hadits larangan berpuasa setelah pertengahan Sya’ban, beliau menjawab: “Landasannya adalah hadits yang shahih sebagaimana dikatakan Al-Allamah Syekh Nasiruddin Al-Albany. Namun maksud larangannya adalah ketika baru mulai berpuasa dari pertengahan bulan (Sya’ban). Adapun bagi yang sudah sering berpuasa atau telah banyak banyak berpuasa di Bulan (Sya’ban), maka dia telah sesuai dengan sunnah” (Al-Majmu Fatawa Ibnu Baz, 15/385).
Semoga kita senantiasa dimudahkan mengamalkan sunnah dan terus berpegang teguh di atasnya.
Wallohu A’lam
Wabillahittaufiq.
Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Rosyid Abu Rosyidahحفظه الله
Referensi: https://bimbinganislam.com/larangan-berpuasa-setelah-pertengahan-bulan-syaban/