Hampir-Hampir Langit Pecah, Bumi Terbelah, Gunung-Gunung Runtuh
Tidak lama lagi umat Kafir Kristiani akan menyambut datangnya hari raya mereka yang memang selalu datang setiap tahunnya. Segala persiapan telah dilakukan jauh-jauh hari. Pusat-pusat perbelanjaan mulai menawarkan diskon-diskon khusus demi memeriahkan hari raya umat yang meyakini bahwa Nabi Isa ‘alaihissalam adalah titisan atau Anak Tuhan.
Lain dengan umat Kafir Kristiani, umat Islam justru merasakan kesedihan yang mendalam di saat-saat umat Kristiani mulai mempersiapkan hari raya mereka. Pasalnya perayaan yang disambut oleh umat Kristiani ini sesungguhnya merupakan suatu kenyataan yang sangat buruk dan sangat menyedihkan. Betapa besarnya perkara tersebut, sampai-sampai Al-Quran sebagai kitab pedoman umat Islam menceritakan:
تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنْشَقُّ الْأَرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا﴿٩٠﴾ أَنْ دَعَوْا لِلرَّحْمَٰنِ وَلَدًا﴿٩١﴾ وَمَا يَنْبَغِي لِلرَّحْمَٰنِ أَنْ يَتَّخِذَ وَلَدًا﴿٩٢﴾
“Hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka mendakwakan Allāh Yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Rabb Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak.” [QS Maryam: 90-92]
Kalau bumi yang besar dan gunung-gunung yang tinggi menjulang dengan gagahnya saja nyaris hancur luluh lantah gara-gara tuduhan umat kristiani bahwa Allāh ﷻ memiliki anak, yaitu Yesus atau ‘Isa, maka tentu manusia yang jauh lebih lemah dari bumi dan gunung ini lebih layak untuk hancur karena tuduhan dusta itu! Aduhai, betapa hati ini betul-betul remuk dibuatnya. Tentu perasaan remuk ini hanya dirasakan oleh mereka yang mengerti betul akan akibat fatal yang ditimbulkan ucapan dusta tersebut.
Katakanlah: Dialah Allah, Yang Maha Esa
Oleh karena itu, ikut serta dalam perayaan Natal merupakan bentuk sikap persetujuan terhadap tuduhan dusta tersebut. Padahal kita semua hafal surat Al-Ikhlas yang berbunyi:
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ﴿١﴾ اللَّهُ الصَّمَدُ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ﴿٤﴾
“Katakanlah: “Dialah Allāh, Yang Maha Esa
Allāh adalah Rabb yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu
Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan
dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia”
Sementara itu, dalam surat Al-An’am ayat yang ke-10, Allāh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَلَقَدِ اسْتُهْزِئَ بِرُسُلٍ مِنْ قَبْلِكَ فَحَاقَ بِالَّذِينَ سَخِرُوا مِنْهُمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ
“Dia Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai isteri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu.”
Tidak Boleh Merayakan Natal
Ayat-ayat di atas setidaknya sudah cukup memberikan keterangan tegas tentang haramnya mengikuti perayaan hari raya Natal dan mematahkan segala doktrin yang menganjurkan ikut serta dalam perayaan yang hanya diisi dengan kedustaan atas nama Allāh ﷻ. Namun seorang muslim sejati cukup dengan apa yang termaktub dalam Al-Quran. Segala bentuk perintah, jika memang jelas tersebut di dalam Al-Quran, ia akan spontan mengatakan, “Sami’na wa atha’na (kami telah mendengar, maka kami akan melaksanakannya),” bukan seperti ucapan orang Yahudi, “Sami’na wa ‘ashaina (kami telah mendengarnya, namun kami tidak mau tunduk).”
Di samping itu, ada sebuah hadits yang tidak layak kita luputkan dalam pembahasan ini, yaitu sabda Nabi Muhammad ﷺ:
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Sesiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk bagian dari mereka.” [HR Abu Dawud]
Berdasarkan hadits ini pula, orang yang turut mengikuti acara hari-hari besar umat tertentu –termasuk umat Kristiani-, walaupun mungkin tidak meyakini kebenarannya, maka ia dikategorikan sebagai umat yang ia ikuti perayaannya tersebut. Sehingga hukumnya tentu saja haram dan bahkan menjerumuskan ke dalam jurang kekufuran! Semoga Allāh ﷻ melindungi kita semua dari segala bentuk kekufuran.
Ditulis Oleh:
Ustadz Firman Hidayat Marwadi حفظه الله
Sumber: https://bimbinganislam.com/karena-islam-melarangku-ikut-merayakan-hari-natal/#Karena_Islam_Melarangku_Ikut_Merayakan_Hari_Natal