Berikut Pujian Para Ulama Kepada Pengusung Dakwah Yang Dikatakan “Wahabiyah” atau
“Wahabi”
Sering terdengar julukan “wahabi” sebuah julukan yang disematkan dengan image yang selalu dikesankan negatif, keras, tukang mengkafirkan, membidahkan, dan tuduhan-tuduhan keji lainnya, yang rata-rata hanya ikut-ikutan, tidak disertai fakta dan argumen yang kuat.
Wahabi/wahabiah, sekali lagi adalah sebuah julukan yang disematkan untuk sebuah gerakan islam yang bertujuan untuk mengesakan Allah, memurnikan aqidah dan ibadah, membersihkannya dari noda-noda kesyirikan, kebidahan, khurofat, takhoyyul dan sejenisnya dari bentuk-bentuk klenik yang menjamur di masyarakat, sebuah julukan yang pengusungnya sendiri tidak pernah memplokamirkannya, tidak pula oleh pengikutnya, namun berasal dari musuh-musuh yang benci dan dengki padanya.
Gerakan dakwah ini memang pertama kali diusung oleh seorang ulama bernama Muhammad bin Abdul Wahhab di abad 12 hijriah, seorang ulama yang lahir di tahun 1115 h di daerah uyainah (sekarang sekitaran riyadh ibu kota saudi), beliau lahir di keluarga yang memang terkenal dengan keilmuan agamanya, beliau belajar al-quran dan menghafalnya sebelum berumur 10 tahun, pemahaman beliau bagus, cerdas, dan sangat cepat menghafal, beliau belajar agama dari ayah beliau, kemudian juga melakukan rihlah menuntut ilmu ke hijaz (makkah-madinah), bashroh, ihsa dan lainnya, begitu biografi singkatnya.
Disini kita akan sedikit mengutipkan sanjungan dan komentar positif dari para ulama kaum muslimin kepada Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, kalau benar memang beliau sesat dan menyimpang, tidaklah mungkin ada ulama yang memberikan pujian dan penghormatan kepada beliau, tanpa berpanjang lebar, berikut beberapa komentar para ulama dari penjuru dunia yang tidak hanya dari jazirah arab saja:
1. Syaikh Muhammad Bahjat Baitar rohimahullah
Ulama ternama suriah kelahiran tahun 1311 h dan wafat tahun 1396 h, ulama besar dan terkemuka ini pernah memberikan pernyataan terkait Syaikh Muhammad bin Abdul wahhab seperti dalam komentar berikut:
ليس للوهابية، ولا للإمام محمد بن عبد الوهاب مذهب خاص، ولكنه -رحمه الله- كان مجددًا لدعوة الإسلام، ومتبعًا لمذهب أحمد بن محمد بن حنبل
“Wahabiyah dan Imam Muhammad bin abdul wahhab tidaklah mempunyai madzhab khusus, namun beliau –rohimahullah- sejatinya adalah pembaharu dakwah islam (mujaddid), dan beliau mengikuti madzhab Imam Ahmad bin Hanbal”.
(Hayatu Syaikh al-Islam Ibn Taimiyyah oleh Muhammad Bahjat Baitar hal:200)
Dalam komentarnya, syaikh Bahjat Baitar menggelari Syaikh Muhammad dengan “al-Mujaddid” pembaharu dakwah islam, dan beliau bermadzhab hanbali, disini menunjukkan bahwa syaikh Muhammad bukanlah orang yang membawa paham yang baru, apalagi ideologi sesat.
2. Al-Imam al-Syaukani rohimahullah
Beliau yang lahir di tahun 1173 h dan wafat 1255 h adalah seorang ulama besar, Qadhi (hakim), ahli fikih, dan mujaddid (pembaharu/reformis) dari Yaman, penulis kitab yang fenomenal Nailul Autor syarah dari kitab Muntaqo al-Akhbar dalam bidang hadist, al-Imam al-Syaukani ini beliau sezaman dengan syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, beliau mengatakan:
Baca Juga : Hukum Memberi Kado Ulang Tahun
وفي سنة 1215هـ وصل من صاحب نجد المذكور مجلدان لطيفان
، أرسل بهما إليّ حضرة مولانا الإمام -حفظه الله-: أحدهما: يشتمل على رسائل لمحمد بن عبد الوهاب، كلها في الإرشاد إلى إخلاص التوحيد،
والتنفير من الشرك، الذي يفعله المعتقدون في القبور،
وهي رسائل جيدة، مشحونة بأدلة الكتاب، والسنة
“Di tahun 1215 h telah sampai kepadaku dua jilid kitab dari penguasa najd (Abdul Aziz Ibnu Saud raja najd kala itu), beliau yang mulia mengirimkan kepadaku dua buah kitab, salah satu dari keduanya mencakup risalah/tulisan dari Muhammad bin Abdul Wahhab, kesemuanya mengarahkan untuk berbuat ikhlas dalam mentauhidkan Allah ta’ala, dan menjauhi kesyirikan yang diyakini oleh orang-orang yang banyak mempunyai keyakinan (batil) perihal kuburan (tabarruk, tawassul, doa kepada mayyit, dan semisalnya), tulisan beliau ini adalah tulisan yang bagus, penuh dengan dalil dari al-Quran dan al-Sunnah”.
(Al-Badru al-Thooli’ Bi Mahasini Man Ba’da al-Qarni al-Sabi’ juz:2 hal:4)
3. Muhammad Rasyid Ridho rohimahullah
Salah satu ulama dan cendikiawan muslim, pemikir muslim, pencetus majalah terkenal di zamannya “Majalah al-Manar”, beliau adalah murid dari syaikh Muhammad Abduh rohimahullah.
Rasyid Ridho lahir di lebanon tahun 1282 h dan wafat di kairo mesir di tahun 1354 h, salah satu komentar beliau perihal syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab sebagai berikut:
كان الشيخ محمد بن عبد الوهاب -رحمه الله تعالى-، مجددًا للإسلام في بلاد نجد، بإرجاع أهله عن الشرك، والبدع التي فشت فيهم إلى التوحيد، والسنة
“Dahulu syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab –semoga Allah merahmatinya- adalah seorang pembaharu islam di negri najd, beliau mengembalikan penduduk najd kepada tauhid dan sunnah Rasul shallallahu alaihi wa sallam dari kesyirikan dan kebid’ahan yang tersebar dan merajalela kala itu”.
Lihat: https://al-maktaba.org/book/6947/3641
4. Muhammad Basyir al-Syahwani al-Hindi rohimahullah
Beliau adalah ulama besar di bidang hadist, seorang yang mengikuti generasi salaf dalam beragama, ulama india yang lahir di desa Sahwan yang masih masuk teritori New Delhi india, tahun kelahirannya diperselisihkan oleh para ulama, kisaran tahun lahirnya antara tahun 1249-1254 h, salah satu pernyataan beliau tentang syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab adalah sebagai berikut:
الشيخ -رحمه الله- لا يعرف له قول انفرد به عن سائر الأمة، ولا عن أهل السنة والجماعة منهم، وجميع أقواله في هذا الباب، أعني ما دعا إليه من توحيد الأسماء والصفات، وتوحيد العمل، والعبادات، مجمع عليه عند المسلمين
“Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab –semoga Allah merahmatinya- tidak dikenal pendapat dari beliau yang menyendiri dari pendapat keseluruhan ummat islam, juga pendapat beliau tidak menyendiri dari pendapat ahlus sunnah, semua statement beliau dalam tema-tema seperti nama dan sifat Allah, atau dalam mengesakan amalan untuk Allah, juga dalam ibadah, ini perkara yang disepakati oleh kaum muslimin”.
(Shiyanatu al-Insan ‘An Waswasati al-Syaikh Dahlan hal:419)
5. Imam al-Shon’any rohimahullah
Imam Muhammad bin Ismail al-Shon’any yang lahir di tahun 1099 h dan wafat tahun 1182 h, seorang ahli sejarah, ahli syair, dan termasuk ulama yaman kalangan mutaakhirin, ulama yang mencapai derajat ijtihad dalam ilmu, penulis kitab terkenal Subul al-Salam syarah dari kitab Bulugh al-Maram yang terkenal itu, beliau juga memberi komentar positif tentang syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab seperti dalam pernyataan beliau berikut:
لما طارت الأخبار بظهور عالم في نجد، يقال له: محمد بن عبد الوهاب، ووصل إلينا بعض تلاميذه، وأخبرنا عن حقائق أحواله، وتشميره في التقوى، وفي الأمر بالمعروف والنهي عن المنكر، اشتاقت النفس
إلى مكاتبته بهذه الأبيات سنة 1163هـ، وراسلناها من ط
يق مكة المشرفة.. وجاء في قصيدته
محمد الهادي لسنة أحمد … فيا حبذا الهادي ويا حبذا المهدي
“Ketika tersiar kabar munculnya seorang alim ulama di negri najd, dikatakan namanya Muhammad bin Abdul Wahhab, telah sampai kepada kami sebagian dari murid beliau, dan mereka mengabarkan kepada kami hakikat kebenaran kondisi beliau, dan kemampuan/kesiapan beliau dalam fatwa, dalam amar ma’ruf nahi munkar, dari semua itu, ingin sekali diri ini menuliskan bait-bait syair di tahun 1163 h, dan kami kirimkan surat ke beliau dengan bait-bait tersebut melalui jalur makkah.. salah satu potongan bait syair untuk beliau dari Imam al-Shona’ny:
#Muhammad bin Abdul wahhab yang menunjukkan kepada sunnah Ahmad (nabi Muhammad)#
#Duhai betapa bagusnya yang memberi petunjuk dan yang mendapat petunjuk#
Lihat: islamweb artikel tentang محمد بن عبد الوهاب من بقية السلف الصالح
Demikian beberapa sanjungan para ulama kepada syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan dakwahnya yang coba kami kutipkan, masih banyak sanjungan ulama yang lain, namun yang disebutkan dirasa sudah cukup untuk menjelaskan bahwa tidak ada kejanggalan atau bahkan kekeliruan dalam dakwah beliau, justru banyak yang memujinya, semoga ini bisa membuka cara pandang kita kepada beliau.
Dan takutlah bagi orang-orang yang gemar mencela dan memaki beliau, mencela seorang muslim adalah perbuatan dosa, sebagaimana Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
سِبَابُ المُسْلِمِ فُسُوقٌ، وَقِتَالُهُ كُفْرٌ
“Mencela seorang muslim adalah kefasikan (dosa besar), dan memerangi mereka adalah kekufuran.”
(HR. Bukhari no. 48 dan Muslim no. 64)
Dalam kesempatan lain Allah subhanahu wa ta’ala juga melarang mengolok-olok dan memberikan julukan jelek kepada orang lain, sebagaimana Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ
وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ
وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ
الْإِيمَانِ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) itu lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok). Dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita yang lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olok) itu lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri (maksudnya, janganlah kamu mencela orang lain, pen.). Dan janganlah kamu saling memanggil dengan gelar (yang buruk). Seburuk-buruk panggilan ialah (penggilan) yang buruk (fasik) sesudah iman. Dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang dzalim.”
(QS. Al-Hujuraat [49]: 11)
Jika semua celaan yang diarahkan ternyata salah, olok-olok yang dilontarkan ternyata meleset dan keliru, bahkan hakikat dari syaikh Muhammad bin Abdul wahhab berbeda dari apa yang mereka tuduhkan, justru realita memang berkata demikian, dakwah syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab adalah dakwah yang mulia, mengajak kepada tauhid, menjauhi kesyirikan, mengajak kepada sunnah dan menjauhi kebidahan dalam agama, begitulah realitanya, sebagaimana yang disampaikan dalam pujian-pujian ulama yang kami kutipkan.
Adapun orang-orang yang mempelopori dan mengajak melabeli beliau dengan image-image yang buruk, segeralah bertaubat, takutlah dengan dosa jariah, takutlah dengan kesalahan yang terus mengalir, sebagaimana penjelasan dalam hadist Nabi shallallahu alaihi wa sallam:
وَمَنْ سَنَّ فِيْ الإِسْلاَمِ سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ
مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَىْء
“Dan barang siapa merintis dalam Islam sunnah (contoh) yang buruk maka baginya dosa dari perbuatannya tersebut, dan dosa dari orang yang melakukannya (mengikutinya) setelahnya tanpa berkurang dari dosa-dosa mereka sedikitpun”.
(HR. Muslim no 1016)
Semoga yang sedikit ini bermanfaat. Wallahu a’lam.
Semoga bermanfaat.
Wabillahi taufiq.
Disusun oleh:
Ustadz Setiawan Tugiyono, M.H.I حفظه الله
sumber: https://bimbinganislam.com/wahabi-sesat-apakah-benar-demikian/