Pertanyaan :
بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُه
Ustadz, ana ingin bertanya.
Ada karyawan dari produksi motor, dia mendapatkan kemudahan untuk mencicil motor baru. Kemudian motor itu dia jual dengan kredit kepada orang lain dengan harga yang sudah dilebihkan untuk keuntungan pribadi nya.
Apakah boleh ana membeli motor tersebut?
Sedangkan dia juga masih membayar kredit / cicil motor tersebut ke perusahaan dia kerja.
Apakah ini juga termasuk ke riba?
Mohon pencerahannya Ustadz.
Jazaakumullah khoyron.
(Disampaikan oleh Fulan, Sahabat BiAS)
Jawaban :
وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْـمِ اللّهِ
Alhamdulillah, wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah, wash shalaatu was salaamu ‘alaa rasulillaah, amma ba’du.
Kalau seandainya pegawai tersebut telah melakukan akad dengan pabrik motor tersebut maka kepemilikan motor telah berpindah kepada pegawai tersebut, sehingga dia boleh menjualnya lagi walaupun pembayarannya belum lunas, dan masih dalam masa kredit / masih dia cicil.
Maka jika seandainya kepemilikan telah berpindah, maka kita boleh untuk membelinya dari pegawai tersebut, walaupun dengan cara kredit.
Syaikh bin baz berkata:
ليست مسألة التقسيط من جنس الربا، بل للناس أن يتبايعوا بالمداينة بما تراضوا عليه والتقسيط يختلف، قد تكون أقساطًا كثيرة، تحتاج إلى زيادة في الثمن وقد تكون قليلة، تكون الزيادة قليلة، فليس المداينة من جنس بيع النقد، ولا حرج في ذلك عند عامة العلماء، عند جمهور أهل العلم، بل هو كالإجماع
“Jual beli kredit tidak termasuk riba, bahkan boleh hukumnya berjual beli dengan cara berhutang dengan kerelaan kedua belah pihak, biaya tambahan kredit berbeda-beda, terkadang biaya tambahan besar, terkadang sedikit.
Jual beli secara kredit tidak termasuk jual beli riba, tidak mengapa menurut mayoritas ulama, bahkan ini sudah dianggap kesepakatan para ulama.”
(Fatwa Syaikh Bin Baz nomer 12563)
Wallahu a’lam,
Wabillahit taufiq.
Dijawab dengan ringkas oleh :
Ustadz Muhammad Ihsan حفظه الله