Pertanyaan :
بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
Ustadz afwan. Teman saya seorang TKI di Taiwan, setiap Maghrib itu jam makan majikannya. Jadi dia tidak bisa shalat. Sebab itu shalat maghribnya selalu di jama’ ta’khir. Apa seperti itu boleh Ustadz.
Mohon pencerahannya. Syukran jazakallahu khairan.
(Disampaikan oleh fulanah Sahabat BiAS T09)
Jawaban :
وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْـمِ اللّهِ
الحمد لله , ولا حول ولا قوة الا بالله , والصلاة والسلام على رسول الله, اما بعد
Sholat sejatinya adalah perkara yang agung, maka tak layak siapapun di muka bumi ini yang mengaku ber-tuhan-kan Alloh Jalla wa ‘Alaa, dan ber-nabi-kan Muhammad sholallohu ‘alaihi wasallam meremehkan dan mengutak atik aturannya.
Dan diantara perkara sholat yang sering kurang dipahami, sehingga banyak orang yang meremehkannya adalah tentang jamak atau menggabungkan 2 sholat. Syari’at yang mulia telah mengatur tidak bolehnya menjamak di antara 2 sholat tanpa uzur. Siapa yang menjamaknya tanpa uzur dan alasan syar’i maka dia berdosa, karena bertentangan dengan ketentuan syariat yang menetapkan hal tersebut, di antaranya adalah firman Alloh Ta’ala,
إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا
“Sejatinya sholat itu adalah kewajiban yang telah ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”
(QS An-Nisa 103)
قال الشيخ ابن عثيمين رحمه الله : “وإذا كان النبي صلي الله عليه وسلم حدد الأوقات تحديداً مفصلاً فإن إيقاع الصلاة في غير وقتها من تعدي حدود الله : ( وَمَنْ يَتَعَدَّ حُدُودَ اللَّهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ ) [ البقرة / من الآية 229 ] فمن صلى الصلاة قبل وقتها عالماً عامداً فهو آثم وعليه الإعادة ، وإن لم يكن عالماً عامداً فليس بآثم لكن عليه الإعادة ، وهذا حاصل بجمع التقديم بلا سبب شرعي ,فإن الصلاة المقدمة لا تصح وعليه إعادتها
ومن أخر الصلاة عن وقتها عالماً عامداً بلا عذر فهو آثم ولا تقبل صلاته على القول الراجح وهذا حاصل بجمع التأخير بلا سبب شرعي، فإن الصلاة المؤخرة لا تقبل على القول الراجح.
فعلى المسلم أن يتقي الله تعالى ولا يتساهل في هذا الأمر العظيم الخطير”
مجموع الفتاوى (15/387)
Syekh Ibnu Utsaimin rohimahulloh berkata, “Jika Nabi sholallohu alaihi wa sallam telah menetapkan waktu sholat secara terperinci, maka melaksanakan sholat di luar waktunya merupakan tindakan melampaui batas atas ketentuan Alloh Ta’ala.
وَمَنْ يَتَعَدَّ حُدُودَ اللَّهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ سورة البقرة
“Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Alloh mereka itulah orang-orang yang dzolim”
(QS Al-Baqoroh 229)
Siapa yang sholat sebelum waktunya, dia mengetahui dan sengaja, maka dia berdosa dan wajib mengulanginya lagi. Jika dia tidak tahu dan tidak sengaja, maka dia tidak berdosa namun wajib mengulanginya lagi. Hal ini terjadi apabila melakukan jamak takdim (menggabungkan shalat dengan melakukannya pada waktu pertama) tanpa sebab syari, maka sholat yang didahulukan tidak sah dan dia harus mengulanginya.
Siapa yang menunda sholat hingga keluar waktunya dan dia tahu dan sengaja tanpa uzur, maka dia berdosa dan tidak diterima sholatnya, berdasarkan pendapat yang kuat. Ini terjadi bagi orang yang melakukan jamak ta’khir (menggabungkan dua sholat pada waktu kedua) tanpa sebab syari. Maka sholat yang diakhirkan tidak sah berdasarkan pendapat yang shohih. Setiap muslim hendaknya bertakwa kepada Alloh dan tidak menganggap remeh perkara yang sangat agung ini”
(Majmu Fatawa, 15/387)
Dari penjelasan ini, jika dikaitkan dengan apa yang ditanyakan oleh saudari penanya, sungguh jam makan majikan bukanlah suatu udzur, melainkan rutinitas. Maka tak layak rutinitas harian kita justru mengalahkan kewajiban kita pada Alloh. Padahal Alloh lah yang memberikan rizki pada kita, memberikan penghidupan pada kita, memberikan kelapangan pada kita. Bahkan memberikan kehidupan pada kita hingga kita masih bisa beraktivitas hingga detik ini.
Cobalah cari jalan keluar yang tepat dan baik, komunikasikan dengan hikmah bahwa anda sebagai makhluk sosial juga punya hak dan kewajiban dalam menjalankan hidup sesuai aturan Tuhan. Maka mintalah keringanan sekedar 10 menit untuk mengerjakan sholat. Jika tidak bisa, hubungi agen atau biro TKI dan ajukan pergantian majikan. Jika tidak bisa, maka sungguh di negeri kita banyak sekali lapangan pekerjaan yang bisa diikhtiarkan tanpa mengganggu waktu ibadah kita kepada Alloh. Terlebih lagi jika saudari penanya adalah wanita yang bersafar tanpa mahrom, atau meninggalkan keluarganya di negeri sendiri.
Wallahu A’lam,
Wabillahittaufiq.
Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Rosyid Abu Rosyidah حفظه الله
sumber: https://bimbinganislam.com/bagaimana-hukumnya-menjamak-shalat-tanpa-uzur-syari/