Keutamaan Bulan Rajab
Bismillah, was sholaatu was salam ‘ala Rasulillah.
Sudah menjadi tradisi yang selalu berulang setiap tahunnya, di awal bulan Rajab seperti saat ini banyak tersebar statement-statement yang menjelaskan keutamaan bulan Rajab.
Namun, seorang mukmin yang telah berikrar dan meyakini dua kalimat syahadat, paham betul bagaimana kosekensi dari ikrar suci itu.
Asy-hadu an laa ilaa ha illallah…
Aku bersaksi tiada tuhan yang berhak diibadahi kecuali Allah.
Memiliki konsekensi untuk mengikhlaskan seluruh ibadah hanya kepada Allah.
Wa asy-hadu anna Muhammadar Rasulullah..
Serta aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.
Memiliki konsekensi untuk tidak beribadah kepada Allah kecuali melalui ajaran yang diajarkan oleh Rasulullah. Karena beliaulah yang paling tau bagaimana cara menghamba kepada Allah.
Miris, saat mendapati broadcast atau tulisan yang tersebar tentang bulan Rajab berisi hadis-hadis dho’if bahkan palsu.
Selengkapnya anda bisa dalami di artikel ini : Hadis Dhaif Seputar Bulan Rajab
Padahal Nabi kita –shallallahualaihi wa sallam– mengingatkan,
كفى بالمرء كذبا أن يحدث بكل ما سمع
Cukuplah untuk menilai seorang itu pendusta, saat ia menceritakan segala kabar yang ia dengar. (HR. Muslim).
Kenyataan ini menodai konsekensi kalimat syahadat yang kedua, yaitu persaksian bahwa Nabi Muhammad shallallahualaihi wa sallam adalah utusan Allah. Karena saat anda meyakini beliau adalah utusan Allah/penyampai pesan dari Allah, saat itulah anda mempercayai jalan menuju Allah itu adalah dengan mengikuti perintah dan ajarannya. Ketika seorang beribadah dengan amalan yang tidak Nabi ajarkan, saat itulah dia telah menyalahi persaksian pada kalimat syahadat yang kedua ini.
Meyakini hadis-hadis tidak valid bahkan palsu, sebagai pijakan ibadah, adalah bentuk beribadah kepada Allah tidak melalui jalan yang dituntunan RasulNya, shallallahualaihi wa sallam.
Ibnu Hajar rahimahullah pernah menegaskan dalam buku beliau “Tabyin Al-‘ajab bima Warada fi Fadhli Rajab” (Menyingkap keheranan riwayat-riwayat tentang keutamaan bulan Rajab),
لم يرد في فضل شهر رجب، ولا في صيامه، ولا في صيام شيء منه معين، ولا في قيام ليلة مخصوصة فيه حديث صحيح يصلح للحجة
Tak ada hadis shahih yang dapat dijadikan argument yang menerangkan keutamaan bulan Rajab, tidak tentang puasanya atau tentang keutamaan puasa khusus di bulan itu, tidak juga tentang shalat malam yang dikhususkan pada bulan itu. (Tabyin Al-‘ajab, hal. 11)
Lantas Apa Keutamaan Bulan Rajab?
Sebenarnya tak ada dalil valid yang menerangkan keutamaan bulan Rajab kecuali dalil yang menyatakan bahwa Rajab adalah salah satu dari empat bulan haram/suci.
Dalil tersebut adalah firman Allah Ta’ala,
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ
”Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.” (QS. At Taubah: 36)
Berikut penjelasan Imam Qurtubi rahimahullah terkait ayat di atas,
خَصّ الله تعالى الأشهر الحرم بالذكر ونهى عن الظلم فيها تشريفًا لها، وإن كان منهيًا عنه في كل الزمان، وعلى هذا أكثر أهل التأويل
Allah mengkhususkan penyebutan bulan-bulan haram ini, serta melarang berbuat dzalim di dalamnya, sebagai bentuk pemuliaan terhadap bulan-bulan itu. Meskipun sejatinya berbuat dzalim dilarang di setiap waktu. Inilah keterangan dari banyak ahli tafsir.
(Tafsir Al Qurtubi 8/68, atau pada tafsiran ayat 36 surat At Taubah)
Dan hadis Nabi shallallahualaihi wa sallam dari Abu Bakrah,
الزَّمَانُ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا ، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ، ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِى بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ
”Setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulannya berturut-turut yaitu Dzulqo’dah, Dzulhijjah dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadal (akhir) dan Sya’ban.” (HR. Bukhari no. 3197 dan Muslim no. 1679).
Inilah empat bulan haram/agung dalam Islam :
(1) Dzulqo’dah
(2) Dzulhijjah
(3) Muharram
(4) Rajab.
Jadi Rajab salah satu diantaranya. Inilah yang menjadikan Rajab adalah bulan yang istimewa. Ibadah di dalamnya bernilai besar pahalanya, sebagaimana dosa juga besar nilainya, dibanding yang dilakukan di luar bulan Rajab serta tiga bulan haram sisanya.
Sebagaimana diterangkan oleh Imam Qurtubi dalam kitab tafsirnya,
فيضاعف فيه العقاب بالعمل السيئ كما يضاعف الثواب بالعمل الصالح
Perbuatan dosa di bulan haram hukumannya dilipat gandakan, sebagaimana pahala amal sholih dilipat gandakan. (Tafsir Al-Qurtubi 8/68)
Ingat, fadilah ini tidak hanya berlaku khusus pada bulan Rajab, namun pada seluruh bulan haram. Kita tidak boleh mengkhususkan keistimewaan bulan kecuali berdasarkan dalil. Sementara dalil di atas menyinggung keempat bulan agung tersebut, tak hanya berbicara bulan Rajab.
Wallahua’lam bis showab.
sumber: https://konsultasisyariah.com/31418-adakah-keutamaan-bulan-rajab.html