Pertanyaan :
بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
Semoga Allah ‘Azza wa Jalla selalu menjaga Ustadz dan keluarga.
Ana mau bertanya, sikap apa yang harus ana ambil diantara 2 hal ini, tentang orang tua atau kajian:
1. Tinggal bersama orangtua yang sudah cukup berumur tetapi ana jadi tidak bisa ikut kajian salaf karena orang tua belum bisa menerima dakwah salaf?
2. Atau tinggal di kos dekat kampus agar bisa ikut kajian salaf tetapi menjadi tidak bisa merawat orangtua karena tinggal berjauhan?
Jazaakallahu khayran
(Disampaikan oleh Sahabat Grup WA BiAS)
Jawaban :
وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْـمِ اللّهِ
Alhamdulillah, wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah, wash shalaatu was salaamu ‘alaa rasulillaah, Amma ba’du.
Semoga Alloh berikan kesehatan bagi orangtua kita semua, dan mudahkan kita untuk berbakti kepadanya.
Saudaraku-saudaraku sekalian yang mencintai Sunnah dan dicintai oleh Alloh ‘Azza wa Jalla, kita tau bersama bahwa bakti pada orangtua atau birrul walidain merupakan kewajiban utama dalam ranah hablu minannaas (hubungan sesama Manusia).
Alloh tegaskan hal itu setahap setelah kewajiban utama dalam ranah hablu minalloh :
وَٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ وَلَا تُشۡرِكُواْ بِهِۦ شَيۡٔٗاۖ وَبِٱلۡوَٰلِدَيۡنِ إِحۡسَٰنٗا وَبِذِي ٱلۡقُرۡبَىٰ
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah pada kedua orangtua, karib-kerabat…”
(QS An-Nisaa 36)
Dengan tingkat kewajiban seperti itu tentu saja bukan hal yang layak diremehkan, apalagi jika orangtua sudah sepuh dan anda anak satu-satunya atau anak yang dijadikan sandaran di hari tuanya.
Tapi disisi lain, menuntut ilmu juga hal yang sangat penting. Dengan ilmu lah Alloh mengangkat derajat dari hamba-hambanya yang beriman. Alloh berfirman :
يَرۡفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَٰتٖۚ
“Alloh akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”
(QS Al-Mujadilah 11)
Dengan pentingnya 2 hal tersebut (birrul walidain & tholibul ‘ilmi diatas manhaj salaf) hendaklah prioritas pertama yang dilakukan adalah men-jama’ keduanya, bukan memisahkan keduanya. Bagaimana caranya?
Ada 3 senjata solusi yang bisa digunakan : doa, akhlaq dan diplomasi.
Solusi 1 : Do’a Pada Allah
Doa adalah senjata yang luar biasa bagi mukmin, Alloh memerintahkan kita semua untuk berdoa dan meminta kepada-Nya sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran :
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
“Dan Tuhanmu berfirman: Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu”
(QS Ghofir 60)
Dalam ayat yang lain :
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ
“Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka (katakanlah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepadaKu”
(QS Al-Baqoroh 186)
Berdoalah agar orangtua dibukakan pintu hidayah dan kemudahan memahami dakwah Sunnah. Bahwa dakwah Sunnah lah yang sejatinya selaras dengan fitrah manusiawi, sesuai dengan nilai niai luhur sosial kita.
Solusi 2 : Akhlaq yang Baik pada Orang Tua
Begitupula dengan Akhlaq, ketika bakti pada orangtua merupakan tujuan, maka akhlaq pada mereka adalah bukti penerapan. Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam memberi penawaran menarik bagi yang sungguh-sungguh berakhlaq mulia, Beliau mengatakan :
إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ القِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلَاقًا
“Sesungguhnya yang paling aku cintai di antara kalian dan paling dekat tempat duduknya denganku pada hari kiamat adalah mereka yang paling bagus akhlaknya di antara kalian”
(HR Tirmidzi 1941)
Dalam hadits yang lain disebutkan,
إِنَّ الْمُؤْمِنَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَةَ الصَّائِمِ الْقَائِمِ
“Sesungguhnya seorang mukmin bisa meraih derajat orang yang rajin berpuasa dan sholat dengan akhlaknya yang mulia”
(HR Ahmad 25013 dan Abu Dawud 4165)
Alangkah konyolnya jika mengaku rajin ikut kajian Sunnah, didalamnya diseru untuk bakti pada orangtua, namun masih suka membentak pada mereka, masih tidak rajin komunikasi dengan mereka, masih menunda-nunda permintaan tolong dari mereka, dan sebagainya.
Solusi 3 : Diplomasi yang Baik dan Santun
Adapun diplomasi maksudnya adalah membahasakan dengan sederhana kepada mereka bahwa dakwah Sunnah tidak bertentangan dengan kehidupan masyarakat, justru menjunjung tinggi adab dan pergaulan.
Atau jika memang masih menolak, masih keras hati, maka solusinya sembari terus mendoakan dan berakhlaq baik pada mereka adalah Tauriyah.
Apa itu tauriyah?
Tauriyah adalah bahasa jujur namun tidak terang-terangan.
‘Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu mengatakan,
إن في معاريض الكلام ما يغني الرجل عن الكذب
“Sesunggguhnya dalam bahasa-bahasa tauriyah itu sudah mencukupi seseorang sehingga dia tidak perlu berdusta secara terang-terangan”
(Ighotsatul Lahafaan 1/381)
Tauriyah secara bahasa artinya menyembunyikan sesuatu. Sementara secara istilah artinya ucapan seseorang yang dapat difahami oleh orang yang mendengarkan, tetapi dimaknai berbeda oleh orang yang mengucapkan.
Seseorang yang mendengar memahaminya dengan makna yang umum, padahal yang mengucapkan memaknai dengan makna yang lain.
Seperti perkataan seseorang yang hendak meminjam uang kepada temannya, lalu temannya mengatakan :
“Saya tidak punya rupiah di dompet” ini difahami bahwa temannya tersebut tidak punya uang sama sekali, padahal maksudnya dia tidak memiliki rupiah tetapi mempunyai dollar, riyal, atau mata uang dan harta kekayaan yang lain. Hal inilah yang dinamakan tauriyah atau ta’arid.
Tauriyah ini termasuk solusi agama untuk menghindari kondisi-kondisi sulit yang terjadi pada seseorang. Dikala ditanya oleh seseorang tentang suatu urusan, sementara dia tidak ingin memberitahukannya secara apa adanya (terang-terangan), disisi lain dia tidak ingin berdusta.
Maka lakukan tauriyah ini pada oramg tua, sampaikan pada mereka ketika hendak hadir di Kajian Sunnah bahwa ingin belajar bersama dengan teman2.
Tauriyah karena adanya maslahat seperti ini diperbolehkan, apalagi mashlahatnya adalah untuk menuntut ilmu.
Disebutkan dalam Hadits dari ‘Aisyah rodhiallohu ‘anha
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا أحدث أحدكم في صلاته فليأخذ بأنفه ثم لينصرف
“Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Kalau salah seorang diantara kamu batal (hadats) dalam sholatnya, maka peganglah hidungnya kemudian keluar”
(HR Abu Dawud 1114)
Kenapa Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam memerintahkan demikian, agar orang lain ketika melihatnya menyangka bahwa dia mimisan pada hidungnya.
Begitu juga ketika seorang muslim terjebak dalam kondisi sulit memalukan, dimana dibutuhkan perkataan yang berlainan dengan kenyataannya untuk menyelamatkan jiwanya, harga dirinya, hingga keluar dari kondisi malu besar atau kesulitan yang lain.
Wallahu A’lam,
Wabillahittaufiq.
Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Rosyid Abu Rosyidah حفظه الله
sumber: https://bimbinganislam.com/tinggal-bersama-orang-tua-namun-sulit-kajian-atau-sebaliknya/