Pertanyaan :
بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
Afwan saya izin bertanya, Ustadz.
Bagaimana apabila keluarga menyuruh kita melakukan amalan-amalan seperti : Istighfar 1000 kali, shalawat 1000 kali, baca surat Al Waqiah, dan semacamnya yang termasuk bid’ah?
Bagaimana jika yang memerintahkan amalan-amalan tersebut adalah suami kita?
Jika kita mencoba menjelaskan bahwa amalan-amalan tersebut tidak ada tuntunannya / dalilnya yangg shahih, suami mengatakan “Disuruh taat sama suaminya aja susah!”.
Jadi sebaiknya bagaimana sikap kita sebagai istri, Ustadz ?
Mohon saran dan nasehatnya, ustadz.
Jazaakallāhu khairan wa Baarakallāhu fiik.
(Disampaikan oleh Admin BiAS T08 G-20)
Jawaban :
وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْـمِ اللّهِ
Alhamdulillah, wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah, wash shalaatu was salaamu ‘alaa rasulillaah, Amma ba’du.
Ayyuhal akhwat baarakallah fikunna.
Seorang suami yang shalih hendaknya selalu menjadi sebab masuknya istri ke surga dan dijauhkannya dari neraka, begitu pula sebaliknya. Pernikahan adalah ikatan yang kokoh antara seorang suami dan istri membina rumah tangga untuk saling mencintai, menyayangi, saling menolong dalam kebaikan dan istiqamah di atas ketaqwaan.
Langkah-langkah mengajak suami kepada kebaikan diantaranya sebagai berikut :
1. Hendaknya istri selalu mengikhlaskan niat dalam semua amal dan ibadah karena Allah semata, dan senantiasa bersyukur kepada Allah yang telah mengaruniakan hidayah kepada ibu.
Berdoalah agar Allah menguatkan hidayah dan istiqamah kepada ibu dan keluarga. Dan jangan berputus asa.
2. Ajak suami belajar agama Islam yang haq dengan baik dan benar dengan memperhatikan keadaan suami.
3. Laksanakan semua kewajiban istri terhadap suami dan keluarga dengan sebaik-baiknya dan kerjakanlah perkara-perkara yang diridhai Allah dan disukai suami, serta tampakkan teladan yang baik kepada mereka. Hal ini akan mempermudah mereka untuk menerima ajakan istri dalam kebaikan.
Bersikaplah lemah lembut kepada mereka, pepatah arab mengatakan : “Jadilah kamu bumi untuk dia (suami), maka dia akan menjadi langit untukmu”.
4. Jika menasehati suami hendaklah mendahulukan skala prioritas, perkara-perkara yang paling penting dalam Islam, seperti tauhid, rukun-rukun Islam dan kewajiban-kewajiban yang lain.
Dan jangan menasehatinya di depan anak-anak ataupun orang lain, karena ini akan menberatkannya untuk menerima hidayah.
5. Jika telah berusaha, kemudian suami masih saja menyuruh ‘berbuat salah’ dalam konteks tata cara pelaksanaan beberapa ibadah, maka sejatinya menaati suami dalam hal kebaikan yang sesuai tuntunan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam dan bukan dalam pelanggaran.
Maka dzikir yang disebutkan penanya tadi silahkan dibaca sebanyak-banyaknya tak terhingga (lebih banyak lebih bagus), diniatkan untuk berdzikir kepada Allah Ta’ala dan bukan taat kepada suami.
Karena dzikir yang disebutkan bersifat mutlak (bebas tak ada batasan).
Adapun bacaan surat Al Waqiah silahkan lanjutkan untuk baca Ar Rahman, dan surat sesudahnya dan seterusnya. Sehingga tidak jatuh dalam pengkhususan bacaan surat Al waqi’ah sehingga perintah suami diselarasakan dengan tuntunan syari’at. Semoga Allah Ta’ala menunjukkan kepada jalan Yang lebih lurus, aamiin.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لَا طَاعَةَ فِي مَعْصِيَةٍ إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِي الْمَعْرُوفِ
Artinya: “Tidak ada ketaatan (kepada makhluk) di dalam kemaksiatan kepada Allah, sesungguhnya ketaatan hanya di dalam sesuatu yang ma’ruf (dibolehkan oleh agama).”
(HR. Al-Bukhary dan Muslim).
Wallahu a’lam
Wabillahittaufiq
Disusun oleh:
Ustadz Fadly Gugul حفظه الله
sumber: https://bimbinganislam.com/bagaimana-menyikapi-perintah-suami-yang-tidak-sesuai-syariat/