Pada era digital ini, orang menyebutnya zaman ‘Now’. Kemajuan teknologi adalah sebuah keniscayaan, fenomena alam nyata yang tak terelakkan dari segala lini kehidupan umat manusia.
Bahkan seakan-akan teknologi modern dengan segala alat super canggihnya tersebut telah merasuk ke jantung setiap insan melalui budaya, suku, bangsa, dan agama.
Perkembangan teknologi pada zaman sekarang berkembang pesat, menggeliat bak jamur di musim penghujan. Berbagai alat modern dengan kecanggihannya bermunculan menawarkan kemudahan yang sangat mencengangkan.
Sebut saja internet dengan kecepatan tinggi, handphone/smartphone berbagai macam varian dengan fitur super lengkap, transportasi modern yang tak pernah terbayangkan sebelumnya ada yang bisa membuatnya, dan sebagainya yang sekarang menghiasi perkantoran swasta dan pemerintah, sekolah, rumah, dan lingkungan sekitar kita.
Bagaimana Islam dalam memandang kemajuan teknologi ini?
Apakah Islam mampu menjawab tantangan modern ini?
Bagaimana sikap seorang muslim dalam menghadapinya?!
Akankah teknologi ini mengantarkan kepada peradaban yang betul-betul beradab?
Kesempurnaan Agama Islam
Diantara nikmat teragung yang Allah Subhanahu wa Ta’ala anugerahkan kepada kaum Muslimin adalah disempurnakannya agama ini sebagaimana di dalam firman-Nya
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kusempurnakan kepadamu nikmatKu, dan telah Kuridhoi Islam sebagai agama bagimu.”
(QS : Al Maidah [5] : 3).
Tidaklah Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam meninggalkan dunia ini melainkan telah meninggalkan kaum Muslimin di atas jalan terang-benderang, malamnya seperti siangnya.
Semua permasalahan yang dibutuhkan oleh hamba telah dijelaskan di dalam syari’at Islam, sampai-sampai permasalahan yang dipandang remeh oleh kebanyakan manusia seperti adab buang hajat dan semisalnya.
عَنْ سَلْمَانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ لَنَا الْمُشْرِكُوْنَ: قَدْ عَلَّمَكُمْ نَبِيُّكُمْ كُلَّ شَيْئٍ حَتَّى الْخِرَاءَةَ! فَقَالَ: أَجَلْ
Dari Salman radhiallahu ‘anhu, beliau berkata :
“Orang-orang musyrik telah bertanya kepada kami, ‘Sesungguhnya Nabi kalian sudah mengajarkan kalian segala sesuatu sampai (diajarkan pula adab) buang air besar!’
Maka, Salman Radhiyallahu anhu menjawab, ‘Ya!”
(HR. Muslim, no. 262)
Alangkah bagusnya ucapan al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah tatkala mengatakan:
فَلَيْسَتْ تَنْزِلُ فِيْ أَحَدٍ مِنْ أَهْلِ دِيْنِ اللهِ نَازِلَةٌ إِلَّا وَفِيْ كِتَابِ اللهِ الدَّلِيْلُ عَلَى سَبِيْلِ الْهُدَى فِيْهَا
“Tidak ada satu pun masalah baru yang menimpa seorang yang memiliki pengetahuan agama, kecuali di dalam al-Qur‘an telah ada jawaban dan petunjuknya.”
(Ar-Risalah halaman 20)
Kemudian al-Imam asy-Syafi’i membawakan beberapa dalil untuk menguatkan ucapannya di atas, di antaranya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala (yang artinya):
وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَىٰ لِلْمُسْلِمِينَ
“Dan Kami turunkan kepadamu al-Kitab (al-Qur‘an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.”
(QS. an-Nahl [16]: 89)
Islam dan Perkembangan Teknologi
Sebagai agama yang sempurna dan sesuai dengan perkembangan zaman dan tempat, Islam mendukung perkembangan teknologi dan tidak menolaknya.
Maka, sungguh jeleknya ucapan yang tidak berdasar tatkala sebagian kalangan berkata :
“Kita sekarang, hidup di zaman teknologi modern, manusia sudah sampai ke bulan(!), akankah kita harus kembali kepada pemahaman Al-Qur’an dan As Sunnah terdahulu dan zaman unta lagi?!”
Aduhai lancang sekali!
siapakah yang mengatakan bahwa kembali kepada pemahaman Al-Qur’an dan As Sunnah sebagaimana dipahami sahabat dan ulama terdahulu itu berarti mengharamkan alat-alat teknologi modern?!
Tidakkah kalian membedakan antara keduanya?!
Ketahuilah bahwa kembali kepada Islam yang murni, bukan berarti mengharamkan teknologi modern yang tidak bertentangan dengan syari’at, bahkan bila hal tersebut digunakan di dalam kebaikan maka membuahkan pahala.
(Lihat kitab Hadza Huwal Islam oleh Dr. Humud ibn Abdul Aziz al-Badr hal. 142 – 144).
“Ambil Baiknya, dan Buang Yang Buruk”
Ketahuilah wahai saudaraku!
Perumpamaan setiap insan dengan kemajuan teknologi dan kemodernnya bagaikan seseorang yang berada jauh dari pemukiman penduduk, tertinggal dari rombongan perjalanan safar serta dalam kondisi sekarat karena kehausan, lalu ia mendapati disana ada racun yang mematikan dan air yang segar.
logika akan menunjukkan ada empat (4) kemungkinan sikap yang diambil oleh orang ini :
Pertama : Ia akan meminum air dan racun tersebut sekaligus
Kedua : Atau ia akan meninggalkan kedua-duanya
Ketiga : Atau ia akan meminum racun dan meninggalkan air segar
Keempat : Atau ia akan meminum air segar dan meninggalkan racun tersebut.
• Jika ia meminum kedua-duanya sekaligus, maka air segar tersebut tidak akan bermanfaat baginya karena ia akan mati terbunuh oleh racun.
• Jika ia meninggalkan kedua-duanya maka ia akan meninggal dunia kehausan, dan tidak bisa menyusul kafilah (rombongan safarnya) dan akan tersungkur tertinggal rombongan.
• Jika ia meminum racun dan meninggalkan air segar maka ia adalah orang yang sangat dungu yang tidak bisa membedakan antara kebaikan dan keburukan.
• Jika ia adalah orang yang cerdas maka tentu ia akan meminum air segar dan meninggalkan racun.
(lihat kitab Ar-Rihlah ila Afriqiya, hal. 54 dengan beberapa perubahan yang tidak merubah makna).
Sikap yang terakhir inilah yang harus diambil setiap muslim, karena dirinya bisa selamat dari mudharat dan bahaya yang ditimbulkan di setiap kemajuan teknologi modern.
Jangan ‘Silau’ Dengan Peradaban Barat!
Alangkah menyedihkannya ketika seorang muslim bangga bisa meniru-niru kemajuan peradaban barat.
Ketika kebanyakan mereka semakin menanggalkan pakaian mereka sedikit demi sedikit sehingga semakin tersingkap aurat, di antara kaum muslimin ada juga yang ikut latah menampakkan aurat mereka, karena menyangka inilah kemajuan. Padahal kalau kita perhatikan justru tradisi budaya barat menunjukkan kemunduran peradaban mereka.
Kehidupan mereka semakin ke arah kehidupan hewan dan menuju pada ketelanjangan, dimana mereka mengklaim inilah keterbukaan dunia.
Sejatinya mereka hanya membuka dan melepaskan kehormatan mereka, itulah peradaban yang mereka banggakan, dan sayang sekali juga dibanggakan dan diikuti oleh sebagian kaum muslimin. Allah Al Musta’an. Maka ada etika yang harus dimiliki setiap individu dalam mengahadapi kemajuan peradaban barat.
InsyaAllah kita akan lanjutkan pembahasan tersebut pada bagian terakhir dari artikel ini. Wallahu Ta’ala A’lam.
Disusun oleh:
Ustadz Fadly Gugul حفظه الله
sumber: https://bimbinganislam.com/teknologi-dan-peradaban-dalam-sorotan-islam/